Lembaga Olah Kajian Nusantara (LOKANTARA) ialah lembaga yang berkhidmad di bidang dan usaha pemajuan kebudayaan. Pemajuan Kebudayaan adalah tindakan yang dilakukan terhadap objek pemajuan kebudayaan yakni inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, dan penyelamatan. Setiap warga negara dapat berperan aktif dalam pemajuan kebudayaan.
Rabu, 30 September 2020
BUSANA PENGANTIN KARATON SURAKARTA HADININGRAT
Senin, 28 September 2020
SEJARAH KYAI AGENG HENIS LELUHUR KRATON MATARAM
AJARAN SERAT WULANGREH YASAN SINUWUN PAKU BUWANA IV
SERAT WEDHATAMA YASAN DALEM SRI MANGKUNEGARA IV
Minggu, 27 September 2020
RADEN AJENG SUKAPTINAH TOKOH WANITA PAMEKASAN
Oleh Dr Purwadi M.Hum, Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara, LOKANTARA
Raden Ajeng Sukaptinah adalah putri Bupati Pamekasan Kanjeng Adipati Cokrohadiningrat.
Kelak menjadi Permaisuri Sinuwun Paku Buwono IV, raja Surakarta Hadiningrat yang memerintah tahun 1788 sampai 1820. Raden Ajeng Sukaptinah bergelar Kanjeng Ratu Kencono Wungu atau ratu Handoyowati. Posisi yang tinggi dan terhormat.
Generasi muda harus menghormati jasa leluhur. Sebagai Permaisuri raja Surakarta Hadiningrat, beliau cukup sukses melakukan pembangunan di segala bidang. Keturunannya juga jadi orang hebat. Dua putranya jadi raja yang terkenal. Yaitu Sinuwun Paku Buwono V memerintah tahun 1820 sampai 1823. Putra kedua yaitu Sinuwun Paku Buwono VII yang memerintah tahun 1830 sampai 1858. Tari Ludiro Madu merupakan tari sakral yang diciptakan untuk menghormati Raden Ajeng Sukaptinah. Beliau berjasa mendirikan Kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur setelah tahun 1800.
Sejarah telah mencatat dengan tinta emas. Raden Ajeng Sukaptinah itu Pahlawan besar dari Madura. Pernah menjadi komisaris pelabuhan Tanjung Perak dan Tanjung Emas. Punya pabrik garam Kalianget, usaha ukir ukiran Jepara, pabrik trasi Lasem Rembang dan pabrik kecap Purwodadi. Sukaptinah istri raja yang kaya raya.
Kebanggaan yang utama. Raden Ajeng Sukaptinah leluhur warga Madura yang telah mengharumkan nama ibu pertiwi. Beliau mewariskan keteladanan, keutamaan dan kebajikan. Jasmerah, jangan sekali kali meninggalkan sejarah.
Yogyakarta, 25 Juli 2020.
Purwadi hp 087864404347
SEJARAH KABUPATEN BOGOR
Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum; Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara – LOKANTARA
A. Bogor Berdiri pada Jaman Kerajaan Pajajaran.
Bogor berdiri pada tanggal 3 Juni 1483. Pendirinya adalah Kanjeng Sinuwun Sri Baduga Maharaja, raja agung yang berkuasa di Kerajaan Pajajaran. Sri Baduga Maharaja seorang pemimpin yang bijak bestari, merakyat, suka menolong, disiplin, pekerja keras, cerdas, berwawasan luas, berilmu tinggi dan sakti mandraguna.
Setiap bulan Sura Sri Baduga Maharaja melakukan tapa brata di Gunung Salak. Beserta dengan aparat kerajaan Pajajaran, beliau bersemedi untuk mendapat daya kesaktian. Para dewa kahyangan berdatangan untuk memberi anugerah agung kepada raja Pajajaran. Sri Baduga Maharaja mendapat pusaka keris dengan nama Kyai Pudak Arum. Pusaka ini menjadi andalan bagi kerajaan Pajajaran. Demi keselamatan negeri, pusaka keris Kyai Pudak Arum dikirap dengan kereta kencana.
Kata Bogor berarti bolongan yang ditegor. Sri Baduga Maharaja membuat bolongan dari tanah yang ditegor. Hasilnya berupa aliran sungai yang mengalir teratur sebagai sarana transportasi, irigasi dan rekreasi. Pada tahun 1483 Sri Baduga Maharaja melakukan perjalanan sepanjang kali Ciliwung. Beliau naik perahu yang berbentuk Naga Basuki. Perahu ini menjadi lambang kemakmuran dan keselamatan warga kerajaan.
Turut serta dalam perjalanan Sri Baduga Maharaja ini warga dari Babagan, Madang, Bojonggede, Caringin, Cairu, Ciampea, Ciawi, Cibinong, Cibungbulang, Cigombong, Cigudeg, Cijeruk, Cileungsi, Ciomas, Cisarua, Ciseung, Citeureup, Dramaga,Gunung Putri, Gunung Sindur. Mereka bertugas untuk menyiapkan perahu, rute, dan perlengkapan perjalanan. Prabu Sri Baduga Maharaja ini menentukan keberhasilan transportasi sungai Ciliwung.
Warga dari Jasinga, Jonggol, Kemang, Klapanunggal, Leuwiliang, Leuwisadeng, Megamendung mendapat tugas untuk mengurusi konsumsi peserta. Dalam bidang keamanan diserahkan pada warga dari daerah Nanggung, Pamijahan, Parung, Parungpanjang, Ranca Bungur, Rumpin, Sukajaya, Sukamakmur, Sukaraja. Urusan among tamu dan protokol diserahkan pada warga dari daerah Tajurkalang, Tamansari, Tanjungsari, Tenjo dan Tenjolaya.
Pengembangan sistem transportasi kali Ciliwung sekaligus dalam rangka peningkatan kualitas rekreasi. Masyarakat perlu diberi sarana transportasi dan rekreasi yang mudah, murah, megah, mewah, indah. Aspirasi masyarakat Bogor dapat ditangkap dengan sempurna oleh raja Pajajaran. Wajar sekali karena Sri Baduga Maharaja memiliki kecerdasan intelektual, spiritual, kultural yang diwarisi oleh pendahulunya.
B. Keagungan Keturunan Prabu Siliwangi dalam menata Kabupaten Bogor.
Bogor merupakan ibukota baru kerajaan Pajajaran. Sebelumnya ibukota kerajaan Pajajaran berada di Priangan Bandung. Perpindahan ibukota melalui proses pengkajian yang mendalam.
Kerajaan Pajajaran berdiri pada tahun 1333. Suasana kerajaan dalam keadaan makmur, aman, damai, sejahtera, kokoh, jaya, berwibawa. Masyarakat hidup ayem tentrem, bahagia lahir batin. Semua ini berkat jasa, usaha, perjuangan Prabu Siliwangi. Raja Pajajaran ini memang agung dan anggun.
Gunung Malabar merupakan tempat sakral bagi keluarga Kerajaan Pajajaran. Sesuai dengan namanya, Pajajaran, maka terdapat jatidiri yang berjajar-jajar. Pusakanya berjajar-jajar, hartanya berjajar-jajar, kesaktiannya berjajar-jajar, prajuritnya berjajar-jajar, pegunungan berjajar-jajar, sahabat berjajar-jajar. Singkat kata kelebihan negeri Pajajaran serba berjajar-jajar. Maka disebut negeri Pajajaran.
Ucapan selamat atas berdirinya Kerajaan Pajajaran berasal dari Tri Bhuana Tunggadewi, raja Majapahit. Beliau memberi bokor emas kepada Prabu Siliwangi sebagai tanda persahabatan. Kebetulan sekali Raja Putri Majapahit ini gemar dengan makanan Peuyeum. Tiap Majapahit punya acara pesta, sang raja minta kiriman tape Pasundan. Ternyata peuyeum menjadi sarana diplomasi antara kerajaan Pajajaran dengan kerajaan Majapahit. Pada tahun 1336 utusan dari Singasari, Kahuripan, Jenggala, Daha, Kediri, dan Panjala memberi dukungan kepada Prabu Siliwangi.
Kerjasama antara kraton Pajajaran dengan Majapahit semakin erat. Pada tahun 1352 bregada prajurit Pajajaran belajar baris berbaris di daerah Trowulan Majapahit. Setiap kali istirahat santai, prajurit Pajajaran diberi hidangan rujak cingur. Pada akhir pekan mendapat hidangan lontong balap. Ketika acara pelatihan selesai prajurit Pajajaran mendapat hadiah makanan nasi rawon. Begitulah prajurit Pajajaran dilatih oleh bregada prajurit Prawira Anom, Jayeng Astro, Payutra. Oleh karena itu ada kemiripan antara prajurit Pajajaran dan prajurit Majapahit.
Untuk mempererat tali persaudaraan, Prabu Hayamwuruk berkunjung ke Pajajaran pada tanggal 5 September 1356. Kali ini kehadiran Prabu Hayamwuruk memimpin tim perdagangan Majapahit. Beliau mengantar pengusaha kulit Tanggulangin. Mereka diharap belajar kepada warga Kraton Pajajaran yang berpengalaman dalam mengelola industri sepatu kulit. Sarasehan perdagangan sepatu kulit dilaksanakan di kawasan Cibaduyut.
Selama kunjungan ini, para seniman Pasundan menghibur pejabat Majapahit seni musik angklung memang mempesona. Prabu Hayamwuruk secara khusus belajar seni musik angklung. Beliau berjanji akan mengirim seniman Majapahit yang bermukim di Pandaan untuk belajar seni musik angklung. Misi perdagangan ini cukup berhasil. Warga Tanggulangin menjadi pengusaha kulit yang sukses gemilang.
Prabu Brawijaya pun amat terpesona dengan manajemen wisata gunung. Kerajaan Pajajaran makin dalam budidaya serta pengembangan wisata pegunungan. Daerah Priangan sebagai ibukota Pajajaran tampak asri. Pada tanggal 24 April 1416 Prabu Brawijaya menyempatkan belajar tata kota. Selama ini Pajajaran sudah punya hubungan diplomasi dengan kerajaan Samudra Pasai, Sriwijaya, Ternate, Tidore. Kerajaan Majapahit melakukan studi banding demi memajukan potensi wisata kota. Kota Priangan cukup memberi pelajaran yang berharga.
C. Kabupaten Bogor Tertata Rapi Berbasis Ilmu Pengetahuan.
Ilmu pengetahuan menjadi basis pengembangan kota Bogor. Para pemimpin mendorong agar warganya maju sejahtera. Pengalaman lapangan di segala bidang ditingkatkan.
Kerajaan Pajajaran mulai berencana untuk mengembangkan ibukota pada tahun 1579. Dari Priangan ini ibukota kraton Pajajaran hendak dipindah ke Bogor. Pengkajian, penelitian dan pembahasan tentang perpindahan ibukota negara dilaksanakan oleh tim ahli. Mereka meninjau dari segi ekonomi, sosiual, budaya, hankam, politik. Wawasan menyeluruh atas perpindahan ibukota Pajajaran dari Priangan ke Bogor ini benar-benar dalam proses penelitian yang seksama.
Persiapan perpindahan ibukota kerajaan Pajajaran memakan waktu tiga tahun. Tepat pada tanggal 3 Juni 1482 kerajaan Pajajaran pindah ke Bogor. Kota Priangan dikembangkan sebagai kota industri, wisata dan perdagangan. Begitulah strategi yang dilakukan oleh Sri Baduga Maharaja sebagai pemimpin kerajaan Pajajaran. Gagasan unggul dan bermutu ini berlangsung lestari sepanjang masa.
Raden Bondan Kejawan, putra Prabu Brawijaya raja Majapahit diundang ke Bogor. Raden Bondang Kejawan ahli garam dari Sampang Madura. Beliau juga memiliki perusahaan garam di Kalianget Sumenep Madura dan perusahaan kecap di Grobogan. Kedatangan bangsawan Majapahit ke ibukota Pajajaran dalam rangka pelatihan ekonomi kerakyatan. Pemuda pemudi Bogor diajari untuk hidup mandiri dan berdikari. Pelatihan ekonomi terjadi pada tahun 1485.
Pada tanggal 10 Juni 1533 Prabu Surawisesa memimpin Kerajaan Pajajaran. Beliau pengagum ajaran Empu Tantular pujangga kerajaan Majapahit. kitab Sutasoma dibaca dengan cermat. Beliau menemukan semboyan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Ajaran luhur itu diterapkan untuk memimpin kerajaan Pajajaran. Warga Pajajaran yang beragama Islam dikirim ke daerah Kadilangu Glagahwangi. Saat itu Kerajaan Demak dipimpin Sunan Prawoto, dengan guru utama Kanjeng Sunan Kalijaga.
Adipati Kemang sebagai pemimpin Bogor mengundang Sri Susuhunan Amangkurat Agung, Raja Mataram. Beliau hadir dalam rangka penandatanganan kerjasama bidang pertanian, perkebunan dan peternakan. Sejak tahun 1648 Adipati Kemang giat dalam budidaya tanaman yang bernilai komoditas. Sri Susuhunan Amangkurat Agung pada waktu punya usaha budidaya ikan laut di daerah Tegal.
Kemegahan Bogor tampak pada masa pemerintahan Demang Rumpin. Meskipun beliau cuma punya wilayah kecil, tetapi super kreatif. Pada tahun 1748 beliau menjadikan pelabuhan Tanjung Priok sebagai pusat perdagangan. Atas bantuan Bupati Lamongan, Pangeran Purboyo, Tanjung Priok menjadi pelabuhan yang terkenal. Pangeran Purboyo berpengalaman mengelola pelabuhan Tanjung Kodok.
Demang Ciawi pada tahun 1817 mendapat kesempatan untuk belajar batik di Laweyan Solo. Sinuwun Paku Buwana IV memberi fasilitas kepada pemuda pemudi Bogor. Para istri pejabat Bogor diberi pengertian tentang motif batik : sidomukti, kawung, sidomulya, candrakusuma, parang, sekar tanjung, wirasat, udan riris dan truntum.
Kreativitas seni budaya juga sempat menjadi perhatian warga Bogor. Pada tahun 1847 Demang Tajur Halang belajar sejarah, kesusasteraan, filsafat, pewayangan di daerah Pengging. Tim Bogor berguru kepada pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita. Daerah Pengging cocok untuk pembelajaran bidang humaniora.
Pengenalan pada lingkungan Pengging diteruskan oleh tim Bogor yang dipimpin oleh Demang Cijeruk. Pada tahun 1874 warga Bogor belajar manajemen perkebunan kopi di Kembang Semarang. Pada tahun 1886 Demang Caringin memimpin studi banding di Ampel Boyolali. Tim Bogor belajar tentang manajemen perkebunan teh. Berkenan memberi materi pembelajaran yaitu Adipati Arumbinang Bupati Kebumen.
Semangat untuk belajar manajemen gula dipelopori oleh Demang Bojonggede. Beserta dengan rombongan Bogor, lantas datang ke pabrik gula Manis Harjo dan Gondang Winangun Klaten. Program studi banding manajemen gula ini dilaksanakan pada tahun 1905 – 1907. Sebagian warga Bogor turut pula menjadi karyawan pabrik gula di Purwodadi Magetan. Mereka mendapat tugas dalam bidang administrasi.
Keahlian dalam mengolah semen dilakukan oleh warga Bogor yang dipimpin Demang Cibinong. Pada tahun 1934 warga Cibinong, Rumpin, Ciomas, Dramaga melakukan riset di bukit Renteng Bojonegoro. Mereka cukup tekun mempelajari alam pegunungan kapur. Pengalaman dan pengetahuan inilah yang menjadi cikal bakal pendirian pabrik semen di Indonesia.
Kabupaten Bogor terus melangkah maju mengikuti perkembangan jaman. Para Bupati Bogor memberi kontribusi pada kesejahteraan rakyat. Mereka bergerak bersama dengan dilandasi pengabdian yang tinggi. Para Bupati yang telah bekerja demi kemajuan masyarakat Kabupaten Bogor yaitu :
1. Ipik Gandamana 1948 – 1949
2. R.E. Abdoellah 1950 – 1958
3. Raden Kahfi 1958 – 1961
4. Karta Dikaria 1961 – 1967
5. Wisatya Sasmita 1968 – 1973
6. Raden Mochamad Muchlis 1973 – 1976
7. Ayip Rughby 1976 – 1983
8. Soedrajat Nataatmaja 1983 – 1988
9. Eddie Yoso Martadipura 1988 – 1998
10. Kol. TNI (Purn.) H. Agus Utara Effendi 1998 – 2008
11. Drs. H. Rahmat Yasin, M.M. 2008 – 2014
12. Hj. Nurhayanti, S.H., M.M., M.Si. 2014 – 2018
13. Ade Yasin 2018 - 2023
Jasa dan perjuangan para pemimpin Kabupaten Bogor harus dihormati. Mereka telah mempersembahkan tenaga, waktu, pikiran buat kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Masyarakat Kabupaten Bogor telah memberi sumbangan yang berguna buat menganyam peradaban dunia. Wilayah Bogor melampaui peristiwa historis dengan suasana aman damai, segar bugar dan bahagia sentosa.
Ditulis oleh : Dr. Purwadi, M.Hum, 27 Juli 2020.
Jl Kakap Raya 36 Minomartani Yogyakarta. Hp. 087864404347
SEJARAH KABUPATEN BANDUNG
Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum; Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA
A. Asal Usul Nama Bandung.
Nama Bandung berasal dari dua kata, Bantuan dan Mendung. Bantuan terkait dengan anugerah pertolongan dari Tuhan. Mendung merupakan suasana yang sedang gelap gulita. Tidak selamanya langit mendung, berarti suasana duka suatu saat pasti berganti. Ada harapan untuk menanti keadaan yang lebih gemilang. Bandung berarti keyakinan masyarakat terhadap bantuan anugerah untuk mengatasi suasana yang sedang mendung.
Sesungguhnya di balik kesempitan pasti beserta dengan kesempatan. Anugerah yang berlimpah ruah ini betul-betul dihayati oleh Kanjeng Sinuwun Prabu Siliwangi pada tanggal 9 Muharam atau 20 April 1333. Nasihat luhur ini diungkapkan oleh Prabu Siliwangi ketika dinobatkan sebagai raja agung di kerajaan Pajajaran. Pidato pengukuhan sebagai pimpinan tertinggi kraton Siliwangi sungguh menggetarkan hati. Segenap hadirin tak kuasa menahan air mata. Raja Pajajaran ibarat Batara Wisnu yang menjelma di madyapada untuk menaburkan kesejahteraan pada alam.
Berkenan hadir dalam upacara penobatan Prabu Siliwangi, yaitu para raja di kawasan Nusantara, Asia Tengah, Asia Selatan dan Asia Barat. Sultan Al Malik Azh Zhahir mewakili kerajaan Samudra Pasai. Ratu Putri Tribhuana Tungga Dewi Jaya Wisnumurti mewakili kerajaan Majapahit. Panji Asmarabangun mewakili kerajaan Daha. Sekartaji Galuh Candrakirana mewakili kerajaan Jenggala. Prabu Indrajaya Balaputradewa mewakili kerajaan Sriwijaya. Prabu Maharaja Bonisora mewakili kerajaan Galuh. Komala Pulu mewakili kerajaan Ternate. Sultan kolano Syahjati mewakili kerajaan Tidore. Maharaja Indera Mulia mewakili kerajaan Kutai Martapura. Srimat Sri Suruaso Udaya Adityawarman mewakili kerajaan Pagaruyung. Hampir semua raja Nusantara mendapat undangan.
Selain raja sahabat Nusantara, hadir pula Sultan Alaeddin Pasha. Kehadirannya mewakili Kasultanan Utsmaniyah Turki yang memerintah sejak tahun 1320. Raja diraja yang berpusat di Konstatinopel ini memang termashur di seluruh dunia. Kehadiran Sultan Alaeddin Pasha membanggakan warga Pasundan. Tentu pengawalan super ketat. Sejak tiba di pelabuhan Tanjung Priok, raja Turki mendapat pengawalan khusus dari Bregada Prajurit Langen Astra, Prajurit Surageni, Prajurit Jayeng Astra dan Prajurit Jagasura.
Upacara penobatan Prabu Siliwangi berlangsung megah, mewah, meriah, indah. Lantas dilakukan kirab keliling kota Bandung. Sepanjang jalan berkibar bendera gula klapa, rontek, umbul-umbul. Rakyat berduyun-duyun dari segala penjuru. Penjual peuyeum laris manis. Para raja turut kirab dengan naik kereta Paksi Kencana, kereta Paksi Kumala, kereta Paksi Retna, kereta Jati Nugraha, kereta Jati Wiwaha. Semua kereta ditarik delapan kuda pilihan dari Sumbawa.
Gagah benar penampilan Prabu Siliwangi. Beliau menggunakan busana kebesaran tedak loji dengan selempang tanda-tanda kebesaran. Yakni berupa bintang-bintang kerajaan, nganggar pusaka warangka gayaman. Raja Pajajaran berbusana sikepan ageng, kuluk panunggul, atela hitam, dasi model kupu-kupu, sikepan tritis bersulam benang emas, nyamping parang curiga latar putih, jarik ngumbar kunca, kampuh blenggen rumbai dua. Para pegawai istana menggunakan busana makutha, matak, kastur, destar, celana, pasikon, kepuh, dan ukup.
Putra-putri Pajajaran menggunakan aneka ragam perhiasan. Ada kalung, subang, tusuk konde, gelang, bros, cincin, semyok, sengkang, susuk. Busana keputren meliputi : sabukwala, pinjung kencong, ukel sanggul, kampuhan gendalagiren, dodotan, klembrehan, sengkelat, janur slepe, jungkat, kukar, limaran, cinde, cunduk jungkat, kebaya, rasukan janggan, jarik wiron, gendala giri, peserta kirab berbusana serba gemerlap.
Dua tahun kemudian yaitu tanggal 20 April 1335 istana Pajajaran dibangun lebih cantik. Prabu Siliwangi mendatangkan kayu jati dari Cepu, semen dari Gresik, marmer dari Tulungagung. Juru ukir terpilih didatangkan dari Jepara. Tukang pahat batu dari Muntilan, ahli relief dari Prambanan. Pakar bangunan terpilih diundang ke Priangan Bandung. Hari ulang tahun kerajaan Pajajaran, ini dilakukan secara istimewa.
Bangunan karaton Pajajaran terdiri dari gladag, pamurakan, alun-alun, ringin kurung, pagelaran, sasana sumewa, sitinggil, kori mangu, kori brajanala, kori kamandungan, sri manganti, dalem ageng, kedaton, prabasuyasa, bala angun-angun, untarasana, paningrat, smarakata, bale marcukunda, gondorasan, bangsal pengrawit, singgasana, manguntur tangkil, talangpati, banoncinawi, keputren, tratak rambat, kepatihan, sasana handrawina, langen boga, sasana mulya, sasana krida dan bangsal manis. Istana Pajajaran sungguh mengagumkan.
B. Bandung Sebagai Lautan Peradaban di Pasundan.
Masyarakat Bandung sungguh berbahagia mendapat warisan mulia dari Prabu Siliwangi. Kerajaan Pajajaran berkembang menjadi negeri aman damai, makmur sejahtera, termashur wibawa, murah sandang pangan papan. Prabu Siliwangi memerintah dengan arif bijaksana. Keadilan dan hukum dijunjung tinggi. Birokrasi dibina demi mengutamakan pelayanan.
Pada ulang tahun yang kelima, yakni pada tanggal 20 April 1338 Kerajaan Pajajaran memberi hadiah seni Jajar Agung kepada para budayawan. Prestasi para seniman dan budayawan dihargai oleh Prabu Siliwangi. Mereka diundang ke istana. Penghargaan seni Jajar Agung tentu mendorong para seniman budayawan untuk terus berkarya. Penetapan seniman berprestasi melalui seleksi yang ketat. Prabu Siliwangi menghendaki unsur obyektivitas dalam seleksi. Tidak ada rekayasa. Itulah keteladanan Prabu Siliwangi yang mulia dan agung.
Bandung adalah bantuan untuk mengatasi suasana mendung. Prinsip ini diterapkan semasa kepemimpinan Prabu Siliwangi. Kerajaan Pajajaran mampu mewujudkan rasa bangga di kalangan warga Pasundan. Rakyat Pajajaran yang tinggal di pegunungan, pedesaan dan perkotaan amat memuja keluhuran budi Prabu Siliwangi. Terlebih-lebih bagi warga jelata yang serba kekurangan, senantiasa mendapat bantuan dan pertolongan dari raja Pajajaran. Prabu Siliwangi tidak pernah pilih kasih.
Raja Pajajaran memang sakti mandraguna. Beliau pernah bertapa di puncak Gunung Tangkuban Perahu. Perlengkapan semedi dibawa oleh pegawai istana yang tergabung dalam lembaga sasana padupan. Mereka membawa dupa, kemenyan, ratus, minyak wangi srimpi, kembang telon, kembang piton. Prabu Siliwangi duduk bersila memuja kepada Tuhan. Meditasi Prabu Siliwangi juga dilakukan di puncak gunung Malabar setiap bulan Sura. Raja Siliwangi ini juga tapa kidang, tapa kalong, tapa api dan tapa air.
Ibukota Pajajaran pindah ke Bogor pada tanggal 3 Juni 1482. Raja Pajajaran dipegang oleh Sri Baduga Maharaja. Sedangkan kota Priangan Bandung dikelola oleh Dipati Ukur. Wilayahnya lantas disebut dengan Kadipaten Tatar Ukur. Kerajaan Pajajaran tetap membawahi kadipaten Tatar Ukur. Para penguasa baru juga gemar semedi dengan tapa ngeli di sungai Citarum.
Dalam perjalanannya kerajaan Pajajaran berganti nama menjadi kerajaan Sumedang Larang pada tahun 1580. Rajanya bernama Kanjeng Sinuwun Prabu Geusan Ulun. Pemimpin kerajaan Sumedang Larang ini bersahabat erat dengan Panembahan Senopati raja Mataram yang memiliki istri Kanjeng Ratu Kidul. Penguasa Laut Selatan ini membantu kerajaan Sumedang Larang.
Hubungan kerajaan Mataram dengan kerajaan Sumedang Larang berjalan sangat harmonis. Pada tahun 1620 Sultan Agung berkunjung ke Sumedang Larang. Kedatangan raja Mataram disambut hangat oleh Prabu Suriadiwangsa, pimpinan Sumedang Larang. Sultan Agung memberi gelar Raden Suriadiwangsa dengan sebutan Pangeran Rangga Kusumadinata. Pada tahun 1624 Pangeran Rangga Kusumadinata berkunjung ke Sampang Madura.
Pada tahun 1632 Priangan Bandung dipimpin oleh Pangeran Dipati Rangga Gede. Pelantikan Bupati Bandung pada tanggal 20 April 1632, melanjutkan tradisi luhur yang diwariskan oleh Prabu Siliwangi. Hari bersejarah ini juga bersamaan dengan ulang tahun kabupaten Bandung, kabupaten Parakan Muncang dan kabupaten Sukapura.
Kabupaten Bandung pada tahun 1641 dipimpin oleh Tumenggung Wira Angu-angun. Beliau menjabat Bupati Bandung tahun 1641 – 1681. Penggantinya bernama Tumenggung Ardi Kusumah tahun 1681 – 1704. Beliau bersahabat erat dengan Sinuwun Amangkurat Amral yang menjadi raja Mataram Kartasura. Raden Ardinata menjabat Bupati Bandung tahun 1704 – 1747. Lantas dilanjutkan oleh Adipati Hatapraja tahun 1707 – 1763. Pangeran Anggadireja menjabat Bupati tahun 1763 – 1794. Selanjutnya para penguasa Bandung menjalin kekerabatan dengan kerajaan Mataram. Bandung bertambah jaya, makmur dan tersohor.
C. Para Bupati Bandung Mengabdi Demi Kemuliaan Warga Pasundan
1. Tumenggung Wiraangunangun 1632 – 1681
2. Tumenggung Ardikusumah 1681 – 1704
3. Tumenggung Anggadireja I 1704 – 1747
4. Tumenggung Anggadireja II 1747 – 1763
5. R. Wiranata Kusumah I 1769 – 1794
6. RA. Wiranata Kusumah II 1794 – 1829
7. R. Wiranata Kusumah III 1829 – 1846
8. R. Wiranata Kusumah IV 1846 – 1874
9. R.A Kusumahdilaga 1874 – 1893
10. R.A.A Martanegara 1893 - 1918
11. R.H.A.A Wiranata Kusumah V 1920 – 1931
12. R.T Hasan Sumadipraja 1931 – 1935
13. R.H.A.A Wiranata Kusumah V 1935 – 1945
14. Suriaputra 1945 – 1947
15. Wiranata Kusumah VI 1947 – 1956
16. Apandi Wiradiputra 1956 – 1957
17. Godjali Gandawidura 1957 – 1960
18. Memed Ardiwilagaa B.A. 1960 – 1967
19. Masturi 1967 – 1969
20. Lily Sumantri 1969 – 1975
21. Sani Lupias Abdurachman 1980 – 1985
22. Cherman Effendi 1985 – 1990
23. Hatta Djatipermanaa, S.Ip 1990 – 2000
24. Obar Sobarna S.Ip 2000 – 2010
25. Dadang M. Nasser 2010 – 2015
26. Perry Suparman 2015 – 2016
27. H. Dadang M. Nasser 2016 – 2021
Perjuangan para Bupati Bandung penuh dengan nilai keutamaan, kebajikan dan keteladanan. Mereka adalah pemimpin tangguh, utuh, sepuh, berpengaruh. Gagasan Prabu Siliwangi menjadi inspirasi mereka untuk menjalankan pengabdian. Kerajaan Pajajaran memberi bukti nyata atas keberhasilan masa silam.
Keunggulan Bupati Ardi Kusumah terletak pada kemampuan membuat tata kota. Pada tahun 1683 diundang Sinuwun Amangkurat Amral untuk menata pertamanan di Kartasura. Bupati Bandung ini punya selera estetika yang sangat tinggi. Perpaduan pepohonan dan bentuk bangunan terlihat asri berkat sentuhan tangan Tumenggung Ardi Kusumah.
Kanjeng Ratu Mas Balitar pada tahun 1716 menyelenggarakan pelatihan menyusun tareh Nabi. Bupati Bandung Tumenggung Angga Direja I mengirim siswa-siswi untuk belajar sastra budaya di Kartasura. Program ini berlanjut pada tahun 1805 ketika Raden Ajeng Sukaptinah mengadakan kursus serat Wulangreh. Sedang para ibu-ibu dari Bandung diundang ke Laweyan untuk belajar batik motif sidomukti, parang dan truntum.
Raden Wiranata Kusumah IV pada tahun 1870 diundang ke Madiun. Beliau turut mendukung pembangunan rel kereta api di seluruh tanah Jawa. Para kepala daerah berkumpul untuk membahas sistem transportasi massal yang mudah dan murah. Adipati Martanagara pada tahun 1912 diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan manajemen perkebunan di daerah Kembang Semarang dan Ampel Boyolali. Rombongan Bandung mendapat pengetahuan tentang budidaya kopi.
Bupati Bandung, Raden Tumenggung Hasan Sumadipraja pada tahun 1932 mengikuti pelatihan manajemen industri logam di Bekonang. Kegiatan ini atas undangan Sinuwun Paku Buwana X, raja Karaton Surakarta Hadiningrat. Kegiatan ini dalam rangka memperluas lapangan kerja. Para pemuda Bandung yang punya bakat dalam bidang pembuatan musik gamelan mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri. Kelak mereka dapat hidup mandiri dengan membuka lapangan kerja.
Berbahagialah warga kabupaten Bandung yang memiliki sejarah gemilang. Dengan belajar kehidupan masa lampau, masyarakat Bandung siap menata masa depan yang lebih cemerlang. Cita-cita mulia ini diperjuangkan terus, sehingga kemuliaan menjadi kenyataan. Masa depan bagi masyarakat Bandung selalu bersinar terang benderang.
Ditulis oleh : Dr. Purwadi, M.Hum, 28 Juli 2020
Jl. Kakap Raya 36 Minomartani Yogyakarta, Hp. 087864404347
SEJARAH KABUPATEN SUMEDANG
Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum; Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA
A. Asal Usul Nama Sumedang Larang
Sumedang Larang berasal dari rangkaian kata Su berarti indah, megah, mewah, meriah, bagus, cantik, elok, permai, baik, terang, cerah, cemerlang dan gemilang. Medang artinya pedang yang digunakan untuk mengupas intisari makna kehidupan. Larang memiliki makna mahal, tinggi, luhur, agung, hebat, kuat, kokoh. Dengan demikian nama Sumedang Larang mengandung arti alat kehidupan yang berwujud keindahan demi tercapainya cita-cita kemasyarakatan menuju kesejahteraan lahir batin.
Makna Sumedang Larang dijabarkan oleh Pangeran Angkawijaya pada tanggal 22 April 1578. Pada saat itu Pangeran Angkawijaya dinobatkan menjadi raja Sumedang Larang, dengan gelar Kanjeng Sinuwun Prabu Geusan Ulun. Beliau memimpin kerajaan Sumedang Larang dengan bijaksana. Siang malam bekerja untuk kesejahteraan rakyat. Raja Sumedang Larang terkenal ramah tamah, rendah hati, berbudi luhur, berjiwa agung, tegas, tangkas, trampil, cerdas, pintar, cekatan, tampan, gagah berwibawa.
Prabu Geusan Ulum berasal dari keluarga terpandang. Ibunya bernama Ratna Dewati, putri Prabu Guru Aji Putih, raja kraton Galuh. Ayahnya Prabu Surya Dewata, yang memerintah kerajaan Pajajaran. Pangeran Angkawijaya atau Prabu Geusan Ulun nyata-nyata berdarah biru. Keturunan ningrat Pasundan ini terkenal berilmu tinggi dan sakti mandraguna. Beliau ahli pemerintahan, kuat dalam kebatinan dan memiliki pusaka aji kawijayan.
Begawan Bujangga Mansik menjadi guru spiritual Prabu Geusan Ulun. Lewat kitab Kropak beliau belajar tentang birokrasi, biologi, ekonomi, antropologi, psikologi, sosiatri, bahasa, sastra, sejarah, filsafat dan budaya. Kemahiran Prabu Geusan Ulun dalam memerintah juga berkat pendidikan yang diberikan oleh Prabu Tajimalela, raja kraton Tembong Agung atau Himbar Buana. Prabu Tajimalela adalah kakak kandung Ratna Dewati. Paman dan kemenakan ini sama-sama gemar ilmu tata praja.
Pada tanggal 17 April 1579 Prabu Geusan Ulun mendapat kunjungan kenegaraan dari kerajaan Pajang. Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, raja Pajang memang menjalin hubungan diplomasi dengan kerajaan Sumedang Larang. Dua orang raja hebat ini sempat melakukan meditasi di Gunung Tampomas. Proses semedi di gunung menjadi sarana para raja untuk memperoleh ketajaman spiritual.
Jalinan persahabatan antara kerajaan Pajang dengan Sumedang Larang berjalan cukup mengakar. Prabu Geusan Ulun diajak sowan ke Kadilangu Demak Bintara. Di sana beliau berguru kepada Sunan Kalijaga. Dalam perguruan Kadilangu ini Prabu Geusan Ulun mendapat dukungan dari Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Penjawi, Ki Ageng Juru Mertani, Ki Ageng Butuh, Ki Ageng Banyubiru, Ki Ageng Sela, Ki Ageng Pringapus. Para pakar kejawen ini pernah diundang ke wilayah Pasundan untuk melakukan pelatihan budaya.
Penobatan Panembahan Senopati sebagai raja Mataram terjadi pada tahun 1582. Prabu Geusan Ulun diundang sebagai tamu kehormatan. Permaisuri Panembahan Senopati bernama Ratu Waskita Jawi, putri Bupati Pati. Atas kemurahan Ratu Waskita Jawi inilah kerajaan Sumedang Larang mendapat sumbangan kayu jati. Kantor pemerintahan kerajaan Sumedang Larang dibangun dari kayu jati pilihan. Ratu Waskita Jawi juga mengirim ahli ukir Jepara ke Sumedang Larang
Sebagai penerus kerajaan Pajajaran, Prabu Geusan Ulun mendapat warisan pusaka keris Panunggul Naga. Pusaka ini memang ampuh, tangguh, sepuh, berpengaruh. Dulu tiap tahun keris Panunggul Naga dikirab untuk menolak balak. Semua hama, wabah, penyakit bisa dilenyapkan oleh pusaka Panunggul Naga. Rakyat Sumedang Larang merasa mendapat pengayoman, perlindungan, pertahanan. Pada tahun 1586 dilakukan kirab untuk mencegah terjadinya pageblug. Prabu Geusan Ulun naik kereta kencana berkeliling kota.
Pusaka Pajajaran yang diwarisi oleh kerajaan Sumedang Larang adalah Mahkota Binokasih. Rakyat Sumedang meyakini pusaka Mahkota Binokasih dapat mendatangkan kemakmuran, kejayaan, keselamatan, keluhuran, kewibawaan. Setiap bulan purnama pusaka Mahkota Binokasih diberi sesaji berupa minyak srimpi, dupa, kemenyan, ratus, garu, rasamala, kembang telon, kembang piton, jajanan pasar, rokok klobot serta ubi jalar.
Pangeran Kusumadinata meneruskan kejayaan leluhur. Sumedang Larang menjalin kekerabatan dengan kerajaan Cirebon, Banten, Mataram. Mereka hidup rukun damai. Malah di antara mereka, lantas menjalin kekeluargaan dengan pernikahan. Pangeran Kusuma Dinata menikah dengan Ratu Maduretna, putri Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati, raja Mataram yang memerintah tahun 1601 – 1613. Persahabatan antar kerajaan berlangsung semakin kokoh.
B. Perkembangan Wilayah Sumedang yang Semakin Agung Wibawa
Kepemimpinan Sumedang mencapai prestasi yang amat mengagumkan terjadi pada tahun 1683. Pangeran Kusuma Adilaga mengirim pemuda Sumedang belajar kerajinan perak di Kotagedhe. Sebagian pemuda dikirim ke Tanggulangin untuk belajar penyamakan kulit. Pengiriman tenaga trampil ini bertujuan untuk membentuk sikap mandiri ekonomi. Program ini berjalan atas kerjasama dengan Sri Susuhunan Amangkurat Mataram Kartasura.
Pemerintahan Pangeran Kusuma Adijaya giat belajar tentang konsep maritim. Pada tahun 1723 atas undangan Sinuwun Amangkurat Jawi, pemuda Sumedang belajar manajemen pelabuhan di daerah Tegal. Dari pelatihan ini lahir tenaga trampil dari Sumedang yang siap bekerja di pelabuhan Tanjung Priok. Lebih dari itu mereka membuat usaha perikanan dengan kualitas ekspor. Sebagian meniti karier dalam bidang pelayaran.
Pengembangan ekonomi Sumedang dilakukan oleh Pangeran Kusuma Hadiatmaja pada tahun 1802. Beliau mengirim para pemuda berbakat untuk belajar pembuatan garam di Kalianget Madura. Usaha pelatihan ini atas kerjasama dengan Raden Ajeng Sukaptinah. Beliau adalah putri Bupati Pamekasan Adipati Cakraningrat, yang menjadi permaisuri Sinuwun Paku Buwana IV, raja Surakarta Hadiningrat. Kelak banyak warga Sumedang rantau yang sukses menjadi pengusaha kuliner. Misal tahu Sumedang.
Pengiriman budayawan Sumedang dilakukan oleh Pangeran Kusuma Hadisurya pada tahun 1849. Mereka disuruh belajar membuat metrum macapat kepada pujangga kraton Surakarta Hadiningrat, Raden Ngabehi Ranggawarsita. Para sastrawan Sumedang mempelajari epos Mahabarat Ramayana. Cerita ini dikembangkan di daerah Sumedang, dengan ditulis ulang. Bahasa dan aksara Sunda digunakan untuk menulis lakon wayang yang bernilai sastra.
Perkebunan teh mendapat perhatian dari Pangeran Aria Suriatmaja pada tahun 1871. Beliau mengirim pemuda untuk belajar manajementeh di desa Candi, Ampel, Boyolali. Hasil dari studi banding ini digunakan sebagai bahan untuk menyusun kebijakan agrobis. Bersama dengan warga pegunungan Tangkuban Perahu, Tampomas dan Salak beliau mendukung budidaya tanaman teh. Pangeran Aria Suriatmaja termasuk pemimpin yang kaya raya. Beliau mengajak pemuka agama pergi haji ke Mekkah. Tentu dengan biaya yang ditanggung Pangeran Aria Suriatmaja. Inilah keteladanan seorang pemimpin sejati.
Adipati Arya Martanagara pernah belajar ketrampilan pahat batu di Muntilan Magelang. Pada tanggal 22 Juli 1922 beliau membuat peresmian karya seni tinggi. Yakni tugu lingga. Tugu Lingga ini menjadi kebanggaan bagi sebagian warga Sumedang. Generasi sekarang perlu tahu semangat dan arti filosofis Tugu Lingga.
Ilmu pengetahuan harus dipelajari dengan sungguh-sungguh. Adipati Arya Martanagara menganjurkan masyarakat Sumedang untuk membaca kitab Waruga Jagat. Pemimpin Sumedang begitu sadar akan arti penting literasi. Pemuda yang berhasil membaca dengan lancar isi kitab Waruga Jagad diberi hadiah pada tahun 1923.
Nilai keteladanan, kejujuran, keterbukaan, kebajikan, kepahlawanan terdapat dalam kitab Darmaraja. Di sini diajarkan konsep kepemimpinan yang utama. Pemimpin yang baik sebaiknya selalu memperhatikan kesejahteraan rakyat. Misalnya konsep asta brata yang merujuk kepemimpinan dengan basis kesadaran lingkungan. Bagi masyarakat Sumedang pemimpin harus dekat dengan aspek ekologis. Itulah keselarasan antara manusia dan alam yang saling menguntungkan. Alam sekitar harus dijaga, dirawat dan dilestarikan.
Tokoh ekologi yang perlu mendapat penghormatan yaitu Ratu Ratnasia. Beliau juga populer dengan nama Nyi Mas Rajamantri, permaisuri Prabu Sri Baduga Maharaja. Beliau terkenal sebagai bangsawan yang kerap melakukan reboisasi di kawasan Sumedang Larang. Bersama dengan kerabatnya, yaitu Pangeran Martalaya dalam menjaga kebersihan sungai Citarum dan sungai Ciliwung. Irigasi perlu dijaga agar pertanian dapat berjalan lancar. Pengairan merupakan sarana penting dalam usaha mewujudkan ketahanan pangan.
Pelopor kebudayaan Sumedang telah ditunjukkan oleh Sunan Guling yang rajin melakukan pengajaran. Pangeran Tirtakusumah memberi contoh pengajaran irigasi. Maka beliau mendapat gelar Sunan Patnakan. Perjuangan ini diteruskan Ratu Sintawati. Masyarakat Sumedang perlu mengenang jasa besar para tokoh masa lampau. Terlebih-lebih para generasi sekarang yang akan menjadi pemimpin masa depan. Harus mau belajar sejarah leluhur.
C. Para Bupati Sumedang yang Menjunjung Keluhuran Budi.
1. Aria Suria Kusumah Adinata 1945 – 1946
2. Hasan Suria Sacakusumah 1946 – 1947
3. Tumenggung Singer 1947 – 1949
4. Hasan Suria Sacakusumah 1949 – 1950
5. Abdurachman Kartadipura 1950 – 1951
6. Sulaeman Suwita Kusumah 1951 – 1958
7. Enoh Suriadi Kusumah 1958 – 1960
8. Muhammad Hafil 1960 – 1966
9. Adang Kartaman 1966 – 1970
10. Drs. Supian Iskandar 1970 – 1977
11. Drs. Soejoed 1977 – 1978
12. Drs. Kustandi Abdurachman 1978 – 1983
13. Drs. Sutarja 1983 – 1993
14. Drs. Moch Husein Jacjasaputra 1993 – 1998
15. Drs. Misbach 1998 – 2003
16. Dr. Don Murdono, M.Si 2003 – 2013
17. Endang Sukandar 2013
18. Ade Irawan 2013 – 2016
19. Eka Setiawan 2016 – 2018
20. Dony Ahmad Munir 2018 – 2023
Pengembangan wilayah Sumedang sudah dilakukan pada masa silam, masa kini dan akan berlanjut pada masa mendatang. Pemimpin Sumedang sudah berusaha dengan sekuat tenaga. Masyarakat mendukung penuh, sebagaimana ungkapan ing ngarsasung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Konsep kepemimpinan itu sudah dilaksanakan oleh pemimpin dan rakyat Sumedang.
Pelaksanaan pembangunan wilayah Sumedang berlandaskan konsep cipta rasa karsa atau aspek logika etika estetika. Dalam bahasa sehari-hari warga Sumedang selalu membuat keselarasan dalam bidang kebenaran, kebaikan dan keindahan. Masyarakat kabupaten Sumedang selalu berjiwa besar berbudi luhur. Bisa dijamin masa depan Sumedang semakin arum kuncara berjaya di jagad raya.
Ditulis oleh Dr. Purwadi, M.Hum
Jl. Kakap Raya 36 Minomartani Yogyakarta, Hp. 087864404347
SEJARAH KABUPATEN BEKASI
Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum; Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara – LOKANTARA
A. Asal Usul Nama Bekasi
Nama Bekasi sesungguhnya memiliki makna filosofis dari tiga kata. Berusaha memberi kabar yang berisi. Be – berusaha, ka – kabar, si – berisi. Pada kenyataannya masyarakat Bekasi senantiasa memberi harapan kepada sekalian sesama hidup. Maka Bekasi juga bermakna memberi kasih sayang dengan sesuap nasi. Be – berusaha, ka – kasih sayang, si – sesuap nasi. Dengan demikian Bekasi mengandung makna kejujuran serta rasa kemanusiaan.
Nilai keutamaan itu sesuai dengan ajaran luhur Kanjeng Sinuwun Prabu Purnawarman saat dinobatkan pada tanggal 15 Agustus 450. Raja Tarumanagara ini suka mawas diri. Empu Yasamanik, pujangga kraton Tarumanagara menjelaskan arti nama Purnawarman. Purna berarti utuh, sepuh, tangguh, patuh, berpengaruh. Warman berarti pengabdian yang dilakukan dengan penuh kesuksesan. Prabu Purnawarman pada rakyat kerajaan Tarumanagara selalu berlandaskan kemanusiaan, kebangsaan serta keadilan.
Prabu Purnawarman memerintah tahun 450 – 472. Kerajaan Tarumanagara yang berpusat di Bekasi tampil sebagai negeri yang aman damai, adil makmur, sejahtera lahir batin, murah sandang pangan papan. Rakyat hidup rukun, jauh dari silang sengketa, bersatu padu, berdaulat dan patuh kepada kewibawaan Prabu Purnawarman. Beliau menjunjung tinggi prinsip kepemimpinan asta brata yang mengacu kepada kesadaran kosmis. Itulah kepemimpinan asli nusantara yang bersandar pada kekuatan dari matahari, bulan, bintang, angin, tanah, air, api dan samudra.
Pada tanggal 15 Agustus 454 Prabu Purnawarman melakukan upacara catur warsa praja. Tujuannya untuk memperingati hari jadi kerajaan Tarumanagara yang keempat. Empu Yasamanik menguraikan dengan rinci arti Tarumanagara. Taruma berarti kejayaan, nagara berarti pemerintahan. Kejayaan negeri Tarumanagara ditunjukkan dengan sedekah 2000 ekor lembu. Sesaji ini bermaksud untuk melenyapkan segala mara bahaya. Masyarakat supaya hidup ayem tenteram aman damai.
Masyarakat Bekasi terlalu cinta kepada raja Purnawarman yang murah hati, ramah tamah, dermawan, luhur budi, cakap, tampan, gagah, cerdas, tangkas, trampil, cekatan dan bertanggung jawab. Birokrasi Tarumanagara tertib, aparat bersih, prajurit setia, bisnis lancar, ekonomi mandiri, keamanan mantab. Pertanian, perkebunan diberi sistem pengairan yang teratur.
Istana Tarumanagara berada di Bekasi. Berdiri megah dengan bahan bangunan berkualitas ekspor. Kayu jati diambil dari Cepu. Tukang dan juru ukir datang dari daerah Jepara. Batu marmer diambil dari daerah Tulungagung. Tukang-tukangnya dari Mrican Kediri. Semen diambil dari Gresik dengan bahan dasar bebatuan gunung Kendeng. Pembangunan istana Tarumanagara melibatkan sekalian warga.
Pekerjaan hari Senin dilakukan warga dari daerah Babelan, Bojongmangu, Cabangbungin. Jadwal hari Selasa dilakukan warga dari daerah Cibarusah, Cibitung, Cikarang. Hari Rabu menjadi tugas warga Pebayuran, Kedungwaringin, Karangbahagia. Untuk hari Kamis giliran warga Muara Gembong, Setu, Serang. Pada hari Jum’at menjadi tugas warga Sukakarya, Tambun, Sukatani. Jadwal hari Sabtu dilakukan warga Tambelang, Tarumajaya. Mereka bekerja dengan sepenuh hati demi kejayaan ibu pertiwi. Pembangunan itu dimulai pada tanggal 15 Agustus 455.
Pembangunan berjalan lancar. Prabu Purnawarman mengadakan syukuran dengan cara tapa ngeli di kali Candrabhaga. Sungai sakral ini kerap dijadikan sebagai sarana ritual bagi pejabat teras kerajaan Tarumanagara. Prabu Purnawarman sendiri adalah raja yang sakti mandraguna. Beliau pernah bertapa di puncak gunung Salak. Setiap tahun selalu bersemedi di gunung Tangkuban Perahu. Ke mana saja Prabu Purnawarman bepergian selalu membawa pusaka Taruaji. Petugas yang menyimpan pusaka Taruaji bernama Mandrasaka.
Bangunan istana kerajaan Tarumanagara sangat indah, megah, mewah, gagah. Bagian depan berbentuk joglo, dengan rincian joglo wantah, joglo apitan, joglo tinandu, lambangsari, lawakan, tompongan, trajumas, hageng, pangrawit, sinoman, mungkur, anakan. Sedangkan istana bagian tengah dibangun berbentuk limasan. Dengan rinci limasan ini terdiri dari gajah ngombe, macan njerum, pacul gowang, klabang nyander, cere gancet, gantung kutuk, lambang teplok, wader ngambang, Semar tinandu.
Adapun istana Tarumanagara bagian belakang dibangun dengan gaya tajug. Bentuknya terdiri dari payung agung, tawon boni, gantung ceblokan, Semar sinongsong. Adapun para pegawai tinggal pada bagian istana dengan gaya Panggang Pe yang terdiri dari empyak setangkep, gedang selirang, kodokan, barengan, jompongan, dara gepak, srontongan, gajah ngombe, gotong narpa. Semua bangunan itu terlihat bersih, sehat dan terawat. Pegawai istana bekerja dengan rajin.
B. Pembangunan Wilayah Bekasi dengan Suasana Indah Asri
Arsitektur istana kerajaan Tarumanagara membujur dari utara ke selatan. Dari sebelah utara terdapat gapura gladhak. Dibuat dengan tembok tebal dengan hiasan sulur-suluran. Lima puluh meter lagi tergelar alun-alun yang luas. Digunakan untuk rekreasi warga Bekasi saat sore hari. Sebelahnya berdiri pagelaran yang berguna untuk pertemuan umum. Berdekatan lagi bangunan Sitihinggil yang berfungsi untuk penobatan raja.
Dalem Ageng, paningrat, nguntarasana, smarakata, bale angun-angun, bale marcukunda, prabasunya, sri manganti, magangan adalah deretan istana kerajaan Tarumanagara. Pesta negeri diselenggarakan di sasana handrawina. Sasana mulya untuk kegiatan latihan seni. Gondorasan bagian untuk para ibu-ibu yang sedang memasak. Kompleks istana yang tertata rapi ini terbuka untuk umum pada hari Minggu. Prabu Purnawarman menjadikan istana sebagai rumah rakyat.
Kostum raja Tarumanagara terbuat dari bahan terpilih. Komposisi warna dilakukan dengan teliti dan serasi. Ketika diselenggarakan upacara adat, Prabu Purnawarman mengenakan busana keprajuritan raja, baju sikepan bludru hitam, songkok, nganggar wangkingan di sebelah kiri dan duduk di dampar kencana. Pada acara berikutnya beliau mengenakan busana kebesaran tedak loji, kain selempang dan bros bintang-bintang kerajaan.
Para sesepuh kerajaan juga memiliki tanda kehormatan. Busana pangeran sepuh atau panembahan mengenakan kuluk kanigara, baju sikepan hitam bordir penuh sampai belakang. Bacingah balikan sikepan rangkap berwarna kuning emas, ukup renda emas dengan memakai wedung kampuhan. Adapun para aparat kerajaan Tarumanagara mengenakan busana atela prajurit biru, bersenjata pedang, keris gayaman, celana panji, panji merah dan kain rejeng.
Para putri kerajaan Tarumanagara wajib memakai perhiasan kalung, cincin, semyok, sengkang, subang, brumbungan. Juga perlengkapan ukel sanggul, ukel ageng bangun tulak dengan untaian kembang melati. Bagi permaisuri raja, yaitu Ratu Padmanagari ditambah dengan cunduk kembang melati dan sedap malam. Hiasan sebelah kiri berupa simping bunga kantil dua buah. Di tengah-tengah ukel ageng dihias dengan peniti atau bros semyok.
Anggota Darma Wanita yang dipimpin Ratu Padmanagari diberi busana kain batik dan kebaya. Lengkap dengan selendang dan perhiasan yang serasi, sehingga dapat menjadi lebih anggun. Untuk istri pejabat mengenakan busana pinjung kencong, kain parang curiga latar petak, sengkelat laken hijau, udet gendalagiri, janur slepe, ukel tekuk, cunduk jungkat, serta sabukwala. Aturan tentang busana ditetapkan pada tahun 458.
Beragam batik yang dikembangkan oleh kerajaan Tarumanagara meliputi motif parang sarpa, madubranta, sidomukti, sidamulya, candrakusuma, sekar tanjung, udan riris, wirasat, truntum, semen bondet, klabang ngentup, wora wari rumpuh, semen gurda, parang klitik, ceplok sriwedari, semen rama, gebang, sekar jagat dan kawung. Kanjeng Ratu Padmanagari sangat peduli pada kerapian berbusana.
Keagungan budaya kerajaan Tarumanagara diteruskan oleh generasi berikutnya. Kerajaan Pajajaran, kerajaan Galuh dan kerajaan Sumedang Larang menjadi pewaris utama peradaban. Nilai luhur yang diwariskan oleh kerajaan Tarumanagara dilestarikan, dikembangkan dan diajarkan kepada generasi muda. Oleh karena itu warga Bekasi hingga kini gigih berjuang demi meneruskan sejarah warisan para leluhur.
C. Para Bupati Bekasi yang Berjuang dengan Kesadaran Kasih Dedikasi.
Pengabdian para Bupati Bekasi demi mewujudkan kemakmuran perlu dihormati. Warisan luhur yang diberikan oleh Prabu Purnawarman menjadi inspirasi buat melakukan dedikasi. Kesetiaan dan pengabdian para pemimpin selalu didukung oleh sekalian warga kabupaten Bekasi. Mereka bersatu padu dalam menjalankan program pembangunan. Mereka bekerja sama demi mewujudkan cita-cita. Daftar Nama Bupati Bekasi
1. Suhandan Umar 1949 - 1951
2. Sampoerno Kolopaking 1951 -- 1958
3. Prawira Adiningrat 1958 – 1960
4. Ismaun 1960 - 1967
5. Soebandi 1967 - 1973
6. Abdul Fatah 1973 - 1983.
7. Suko Martono 1983 - 1993.
8. Moch Djamhari 1993- 1998.
9. Wikanda Darmawijaya 1998 – 2003
10. Saleh Manaf 2003 – 2005
11. Teni Wisramuan 2005 – 2007
12. Dr. H. Sa'duddin, MM 2007 – 2012
13. dr. Hj. Neneng Hassanah Yasin 2012 – 2018
14. H. Eka Supria Atmaja, SH menjabat sejak 2018
Selama ini kabupaten Bekasi menjadi lumbung padi. Sawah menghampar luas. Petani bekerja dengan suka gembira. Tanah subur membuat suasana makmur. Sapi, kerbau, kambing, ayam, bebek menjadi aset peternakan yang selalu memberi harapan. Perjuangan para bupati Bekasi merupakan keteladanan, keutamaan dan kebajikan. Rakyat kabupaten Bekasi mempunyai masa depan yang cerah ceria.
Sudah selayaknya warga kabupaten Bekasi mempelajari sejarah kerajaan Tarumanagara. Prabu Purnawarman memberi contoh untuk mengangkat harkat martabat rakyat. Sejarah peradaban masa lampau akan memperkokoh jatidiri kabupaten Bekasi. Butir-butir kearifan lokal dapat digunakan untuk mengisi bahan ajar pendidikan karakter di kalangan siswa. Muatan lokal dalam sistem pengajaran hendaknya diambil dari fakta sejarah yang telah menjadi pengalaman kolektif.
Kabupaten Bekasi mampu menjawab tantangan jaman. Baik ditingkat lokal, nasional dan global masyarakat Bekasi bisa tampil dengan luwes dan meyakinkan. Keselarasan antara nilai lokal dan peradaban global merupakan modal bagi masyarakat Bekasi untuk berkontribusi pada kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sumbangan besar dari masyarakat Bekasi hendaknya dicatat dengan tinta emas. Warga Indonesia dari Sabang sampai Merauke banyak yang tinggal di kabupaten Bekasi. Pergaulan antar sesama warga bangsa itu berlangsung secara selaras, serasi dan seimbang. Mereka bergaul atas dasar saling menghormati. Warga Bekasi pada masa mendatang akan semakin sejahtera lahir batin.
Ditulis oleh : Dr. Purwadi, M.Hum, 30 Juli 2020
Jl. Kakap Raya 36 Minomartani Yogyakarta, Hp. 087864404347
SEJARAH PRABU SILIWANGI
SEJARAH PRABU SILIWANGI. Oleh: Dr. Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA Hp: 0878 6440 4347. A. Berdirinya Istana ...
-
Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum; Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara ( LOKANTARA) A. Keagungan Wilayah Ciamis dalam Peradaban Historis Masyarakat ...
-
SEJARAH KABUPATEN BANJARNEGARA Oleh Dr Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA, hp. 087864404347. A. Berdirinya Kabup...
-
SEJARAH KABUPATEN KENDAL Oleh Dr Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA, hp. 087864404347. A. Pembentukan Kabupaten ...