Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum.
Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA
A. Asal Usul Nama Tangerang
Masyarakat kabupaten Tangerang memang pantas bangga, berbahagia dan sejahtera. Nama Tangerang berasal dari tiga kata yaitu tahu, ngerawat, orang. Tangerang berarti kumpulan masyarakat yang tahu cara ngerawat perasaan orang. Merawat perasaan orang dengan cara mencukupi kebutuhan lahir batin.
Demikian uraian yang disampaikan oleh Kanjeng Raden Tumenggung Aria Yudanegara pada tahun 1682. Dari silsilahnya beliau masih keturunan langsung dari keluarga kasultanan Banten. Dari garis ibu masih keturunan Prabu Siliwangi, raja kraton Pajajaran. Jalur neneknya masih segaris dengan keluarga Kasultanan Cirebon. Lengkap sudah asal usul KRT Aria Yudanegara.
Pelantikan Kanjeng Raden Tumenggung Aria Yudanegara dihadiri oleh Sri Susuhunan Amangkurat Amral raja Mataram yang beribukota di Kartasura. Undangan penting lain yang hadir yaitu Pangeran Pekik Bupati Surabaya dan Ratu Pandansari. Ketiga tokoh ini turut membantu mendirikan kabupaten Tangeran sejak tahun 1679. Selama tiga tahun panitia pemekaran telah bekerja tekun dan rapi.
Pembangunan pendopo kabupaten Tangerang dikerjakan oleh Ratu Pandansari. Beliau adalah adik Sultan Agung yang menjadi pemborong bangunan. Kayu pendopo Tangerang diambil dari jati Randublatung Cepu. Tukang-tukangnya didatangkan dari Jepara. Mereka terkenal sebagai juru ukir dengan kualitas tinggi. Lantai pendopo dibuat dari marmer Tulungagung. Berdirilah joglo Tangerang yang megah pada tahun 1884.
Kayu jati yang digunakan untuk perkantoran kabupaten Tangerang terdiri dari jati munggang, jati trajumas, jati pandawa, jati gempol, jati gandik, jati sudung. Sebagian besar kayu jati itu sumbangan dari Pangeran Pekik Surabaya. Beliau terkenal sebagai penguasa bang wetan yang berbudi luhur.
Perkantoran kabupaten Tangerang berbentuk joglo. Bagian depan menggunakan jenis joglo pengrawit, joglo jubungan, joglo pedaringan. Sedang bagian tengah menggunakan joglo semar tinandu, joglo witana, joglo cempurung. Sedang bagian belakang menggunakan joglo jenis joglo kepuhan, joglo ceblokan, joglo tawonboni. Pembangunan area perkantoran Tangerang begitu asri.
Perumahan penduduk Tangerang mendapat perhatian dari KRT Aria Yudanegara. Rumah warga Tangerang berbentuk panggang pe, gedang selirang, kodokan, pelana kampung, kampung srontongan, kampung jompongan, perisai limasan, trajumas, wantah apitan, kemah tajug, tajug lawakan, tajug lambang gantung. Masyarakat Tangerang benar-benar beruntung dan senang.
B. Kemajuan Kabupaten Tangerang dari Masa ke Masa
Pada tahun 1728 Bupati Tangerang dipegang oleh KRT Aria Yudanegara III. Beliau membuat program pelatihan manajemen pelabuhan di Semarang. Saat itu panitia pelatihan dilaksanakan oleh Ratu Kencono selaku direktur komisaris pelabuhan Tanjung Emas. Tenaga yang dikirim oleh KRT Aria Yudanegara terdiri dari pemuda trampil. Dari pelatihan ini lantas dikirim untuk bekerja di pelabuhan Tanjung Priok.
Pelatihan batik buat ibu-ibu pejabat Tangeran pernah dilaksanakan oleh KRT Aria Yudanegara VI pada tahun 1806. Bertempat di Laweyan atas undangan Kanjeng Ratu Kencono Wungu, garwa permaisuri Sinuwun Paku Buwana IV. Selama melakukan pelatihan ketrampilan batik para wanita berprestasi Tangerang belajar dengan sungguh-sungguh. Supaya mereka tampil menjadi wanita mandiri.
Mereka belajar jenis batik motif parang sarpa, sidomukti, madubranta, cakrakusuma, truntum, wirasat, semen, sekar tanjung, udan riris, worawari, gurdo, ceplok sriwedari, gebang, sekar jagad. Pengenalan batik ini dilakukan demi memperluas cakrawala pengetahuan tentang pakaian nusantara.
Kebudayaan mendapat perhatian yang utama dari KRT Yudanegara VII. Pada tahun 1842 Bupati Tangerang mengundang Raden Ngabehi Ranggawarsita untuk ceramah tentang sejarah tanah Jawa. Beliau menguraikan silsilah para Raja Pajajaran, Galuh, Tarumanagara, Cirebon, Banten, Mataram, Pajang, Majapahit, Daha, Jenggala, Kahuripan. Menurut Ranggawarsita leluhur tanah Jawa dan Sunda memiliki hubungan yang dekat dan erat.
Kepemimpinan KRT Aria Wangsadikara I bermula sejak tahun 1844 -1878. Beliau terlalu sadar arti penting tanaman agrobis. Maka beliau mengirim para pemuda untuk belajar manajemen perkebunan teh di Ampel Boyolali, sepanjang lereng gunung Merbabu. Sedangkan perkebunan kopi dilakukan studi banding di kawasan Kembang Semarang. Pelatihan manajemen kebun teh dan kopi ini berlanjut lancar setiap tahun. Beliau peduli pada lingkungan bidang yang tumbuh subur. Alam sekitar harus teratur dan sehat.
Kemajuan teknologi warga Tangerang terjadi pada tanggal 2 Januari 1889. Bupati Tangerang KRT Aria Wangsakara II meresmikan stasiun kereta api. Sejak itu warga Tangerang mendapat kemudahan dalam hal transportasi. Mereka bepergian ke seluruh tanah Jawa dengan mudah murah. KRT Aria Wangsakara II pernah belajar manajemen kereta api di kota Madiun.
Dalam bidang organisasi KRT Aria Wangsakara II turut membidani kelahiran Budi Utomo pada tahun 1908. Beliau lantas ditetapkan menjadi ketua Budi Utomo cabang Tangerang. Dengan organisasi Budi Utomo ini beliau turut membina warga Tangerang lewat pendidikan. Beliau lantas mendirikan balai pengajaran sampai pelosok pedesaan.
Pada masa pemerintahan KRT Aria Jaya Santika I sejak tahun 1914 masyarakat Tangerang semakin maju. Beliau mendirikan perpustakaan rakyat. Buku terbitan Balai Pustaka menjadi bahan koleksi. Karya-karya pengarang Pujangga Baru juga menjadi referensi penting. Cita-cita luhur ini dilanjutkan oleh Bupati Tangerang KRT Aria Jaya Santika II pada tahun 1928 -1943. Sedangkan Bupati Atik Suardi memimpin Tangerang dengan ketajaman sosial. Beliau bersahabat dekat dengan Wuryaningrat yang pernah menjadi anggota BPUPKI.
Perjuangan dan jasa para pemimpin Tangerang sangat besar. Mereka berhasil menjadikan Tangerang menjadi beradab makmur lahir batin.
C. Para Bupati Tangerang
1. Kanjeng Raden Tumenggung Aria Yudanegara I 1682 – 1710
2. Kanjeng Raden Tumenggung Aria Yudanegara II 1710 – 1728
3. Kanjeng Raden Tumenggung Aria Yudanegara III 1728 – 1751
4. Kanjeng Raden Tumenggung Aria Yudanegara IV 1751 – 1774
5. Kanjeng Raden Tumenggung Aria Yudanegara V 1774 – 1796
6. Kanjeng Raden Tumenggung Aria Yudanegara VI 1796 – 1822
7. Kanjeng Raden Tumenggung Aria Yudanegara VII 1822 – 1844
8. Kanjeng Raden Tumenggung Wangsakara I 1844 – 1878
9. Kanjeng Raden Tumenggung Wangsakara II 1878 – 1895
10. Kanjeng Raden Tumenggung Wangsakara III 1895 – 1914
11. Kanjeng Raden Tumenggung Jaya Santika I 1914 – 1928
12. Kanjeng Raden Tumenggung Jaya Santika II 1928 – 1943
13. Kanjeng Raden Tumenggung Atik Suardi 1943 – 1944
14. Kanjeng Raden Tumenggung Agus Padmanegara 1944 – 1945
15. R. Achyad Penna 1945 – 1946
16. Abdul Hadi 1946 – 1946
17. Tajus Sabirin 1983 – 1993
18. Syaifullah, MM 1993 – 1998
19. Agus Djunara 1998 – 2003
20. Ismet Iskandar 2003 – 2018
21. Ahmad Zaki Iskandar 2018 – 2023
Masyarakat kabupaten Tangerang merasa beruntung mendapat pemimpin yang agung dan ulung. Mereka berjuang demi bangsa dan negara. Siang malam bekerja keras, agar rakyat tercukupi sandang pangan papan.
Pada masa depan kabupaten Tangerang akan selalu tampil cemerlang. Tangerang berarti tahun ngerawat orang. Yakni pemimpin yang selalu melayani kehidupan rakyat. Sejahtera lahir batin menjadi kenyataan.
Ditulis oleh Dr. Purwadi, M.Hum, 15 September 2020
Jl. Kakap Raya 36 Minomartani Yogyakarta, hp. 087864404347
Tidak ada komentar:
Posting Komentar