Minggu, 27 September 2020

SEJARAH KABUPATEN MAJALENGKA

Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum.

Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara – LOKANTARA

A. Asal Usul Nama Majalengka

Majalengka berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu maja dan lengka. Kata maja berarti cita-cita luhur, gagasan utama, semangat keras, gerak cepat, pikiran bagus, langkah baik, kemauan agung. Lengka berarti kemakmuran, kesejahteraan, ketentraman, kedamaian, kejayaan, kemuliaan, kebahagiaan. Dengan demikian Majalengka merupakan gagasan luhur untuk mewujudkan kemakmuran lahir batin.

Makna Majalengka diuraikan oleh Kanjeng Raden Tumenggung Adipati Arya Dendanagara, pada tanggal 5 Januari 1819. Hadir pada saat penobatan Bupati Majalengka ini utusan keluarga dari Kraton Cirebon, Kraton Banten dan Kraton Surakarta Hadiningrat. Tamu undangan lain yaitu para Bupati Bang Kulon, Bupati Pesisir dan Bupati Bang Wetan. Penobatan Bupati Majalengka berlangsung megah meriah.

Panembahan Arya Manik, ahli budaya Sunda didaulat untuk menguraikan sejarah Majalengka kuno. Dalam penjelasan itu disebutkan bahwa Kerajaan di Talaga pernah berjaya. Rajanya bernama Batara Gunung Picung. Ayahnya masih keturunan Prabu Siliwangi, raja Pajajaran. Sedangkan ibunya masih keturunan raja Galuh.

Pemerintahan Prabu Darma Suci melanjutkan kepemimpinan kerajaan di Majalengka Kuna. Berturut-turut raja penggantinya yakni Prabu Talaga Manggung, Ratu Simbar Kencana, Prabu Dewa Parung, Ratu Sunyalarang, Prabu Rangga Mantri, Prabu Wanaperih, Pangeran Apun Surawijaya, Adipati Suwarga, Pangeran Wiranata, Pangeran Secanata. Para pemimpin hebat ini adalah leluhur Kanjeng Raden Tumenggung Adipati Arya Dendanagara.

Pada tahun 1842 Raden Ngabehi Ranggawarsita pernah diundang ke Majalengka. Beliau memberi ceramah tentang asal usul tanah Jawa. Gunung Ciremai, gunung Cakrabuana, dulu masih berhubungan dengan Gunung Mahameru yang berasal dari Tanah Hindustan. Perpindahan gunung-gunung di Jawa dilakukan oleh para dewata Kahyangan yang dipimpin oleh Batara Indra. Bupati Arya Dendanagara merasa puas dengan keterangan sejarah.

Bupati Arya Dendanagara terkenal sebagai pemimpin yang sakti mandraguna. Setiap malam Jumat Kliwon beliau melakukan ritual berendam di hulu sungai Cideres. Oleh karena itu beliau peduli pada daerah aliran sungai. Semua sungai dipelihara dengan baik. Contoh sungai Cimanuk, Ciawi, Ciwaringin, Cikadondong, Ciherang, Cikeruh, Cojurey, Cilutung. Beliau memiliki ilmu tingkat tinggi, ilmu tirta perwita sari.

Literatur Bupati Majalengka termasuk lengkap. Arya Dendanagara gemar membaca buku sejarah. Karya Bujangga Manik, ahli kesusasteraan Sunda dibaca semua. Beliau juga suka membaca cerita kepahlawanan Arjuna Wiwaha. Dengan pakar pemerintahan beliau diskusi tentang kitab Negarakertagama. Tata susila pergaulan beliau baca dari kitab Nitisruti. Kitab Sastra Gending beliau pelajari untuk memahami konsep teologi. Wajar sekali beliau mempunyai pengetahuan yang luas. Pada tahun 1844 kabupaten Majalengka mendirikan perpustakaan dan taman pendidikan yang dilengkapi sarana hiburan.


B. Perkembangan Kabupaten Majalengka dalam Lintasan Sejarah Agung

Kepemimpinan kabupaten Majalengka sejak tanggal 11 Pebruari 1849 dipegang oleh Kanjeng Raden Tumenggung Adipati Arya Kartadiningrat. Bupati Majalengka ini sangat idealis. Beliau amat mengidolakan kejayaan kerajaan Majapahit. Literatur tentang Majapahit dipelajari teliti. Kitab Sutasoma dan Negarakertagama menjadi landasan memimpin rakyat. Empu Prapanca dan Empu Tantular dijadikan referensi. Prabu Hayamwuruk dianggap sebagai raja ideal. Beliau dipuja sebagai Perdana Menteri yang cakap dan gagah berani. Pada kenyataannya memang Majalengka ada kemiripan dengan nama Majapahit.

Arya Kartadiningrat sukses membawa Majalengka sebagai kabupaten yang sejahtera. Rakyat tercukupi sandang pangan papan. Sepanjang lereng gunung Ciremay ditanami teh. Sepanjang lereng gunung Cakrabuana ditanami kopi. Hasilnya membuat kas kabupaten berlimpah ruah. Perikanan darat dikembangkan sebagai penambah protein rakyat.

Pada tahun 1857 Adipati Arya Kartadiningrat berkunjung ke Pegajahan Perbaungan Deli Serdang. Di sana beliau belajar tentang budidaya perkebunan kelapa sawit dan karet. Saat berada di Tebing Tinggi beliau belajar pengolahan coklat. Lantas belajar pengolahan minyak kelapa di daerah Siantar. Tak lupa beliau datang ke istana Maemun Medan. Kedatangan Adipati Arya Kartadiningrat ini sekaligus bertemu dengan warga Majalengka yang merantau ke daerah Sumatera Timur. Pertemuan ini berlangsung akrab dengan penuh kekeluargaan.

Bupati Majalengka selanjutnya dijabat oleh Kanjeng Raden Tumenggung Adipati Arya Sura Adiningrat tahun 1868 – 1886. Beliau bersahabat erat dengan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana IX, raja Karaton Surakarta Hadiningrat. Rombongan ibu-ibu kabupaten Majalengka pernah belajar batik di Laweyan. Mereka belajar motif batik alas-alasan, parang sarpa, sidamukti, sidamulya, cakrakusuma, madubrata, seman, sekar tanjung, truntum, gebang, gandasuli, wora wari rumpuk, gurda, ceplok sriwedari, parang, sekar jagat.

Industri kayu dikembangkan oleh Raden Adipati Arya Salmon Suriadiningrat pada tahun 1887. Ahli ukir-ukiran dari Jepara didatangkan untuk melatih pemuda Majalengka. Mereka diberi pelajaran tentang pertukangan. Diharapkan kelak mereka dapat hidup mandiri, dengan membuat lapangan kerja. Bupati Majalengka ini amat peduli dengan ketrampilan. Para remaja dikirim ke daerah Tanggulangin untuk belajar ketrampilan kulit.

Kemajuan transportasi di Majalengka terjadi pada tanggal 29 Desember 1901. Raden Adipati Arya Supra Adiningrat meresmikan stasiun dan rel kereta api. Masyarakat Majalengka dapat berkeliling di seluruh kawasan tanah Jawa. Mobilitas penduduk makin tinggi. Roda perdagangan dan ekonomi berputar cepat. Masyarakat Majalengka semakin gembira sejahtera.

Masyarakat boleh berbangga. Pada tahun 1911 Raden Adipati Arya Sastraningrat diangkat menjadi Ketua Budi Utomo cabang Majalengka. Beliau memang suka organisasi. Sarikat Islam, Muhammadiyah, Taman Siswa kerap mengundang Adipati Arya Sastraningrat sebagai aktivis beliau amat berpengalaman. Sikap rela berkorban dan berjuang ini juga ditunjukkan oleh Bupati Adipati Arya Suria Tanudibrata yang menjabat tahun 1922 – 1944.

Perkembangan sosial politik terjadi pada tahun 1944 – 1945 pada masa pemerintahan Bupati Raden Adipati Arya Umar Said. Beliau berhubungan erat dengan Dr. Radjiman Widyodiningrat ketua BPUPKI. Masyarakat Majalengka selalu mengenang jasa Bupati Umar Said yang selalu mengabdi pada rakyat, bangsa dan negara.


C. Para Bupati Majalengka yang Berjuang untuk Nusa dan Bangsa

1. Raden Adipati Arya Dendanegara 1819 – 1849

2. Raden Adipati Arya Kartadiningrat 1849 – 1868

3. Raden Adipati Arya Sura Adiningrat 1868 – 1886

4. Raden Adipati Arya Salmon Suriadiningrat 1886 – 1896

5. Raden Adipati Arya Supraadiningrat 1896 – 1902

6. Raden Adipati Arya Sastraningrat 1902 – 1922

7. Raden Adipati Arya Suriatanudibrata 1922 – 1944

8. Raden Adipati Arya Umar Said 1944 – 1945

9. Raden Enoch 1945 – 1947

10. Raden H. Hamid 1947 – 1948

11. Raden Sulaeman Nata Amijaya 1948 – 1949

12. M. Chavil 1949

13. R. M. Nuratmadibrata 1949 – 1957

14. H. Aziz Halim 1957 – 1960

15. H. RA. Sutisna 1960 – 1966

16. R. Saleh Sediana 1966 – 1978

17. H. Moch. Saleh Paindra 1978 – 1983

18. H. RE. Djaelani, SH. 1983 – 1988

19. Drs. H. Moch. Djufri Pringadi 1988 – 1993

20. Drs. H. Adam Hidayat, SH., M.Si 1993 – 1998

21. Hj. Tutty Hayati Anwar, SH., M.Si 1998 – 2008

22. H. Sutrisno, SE., M.Si 2008 – 2018

23. Dr. H. Karna Sobahi, M.M.Pd. 2018 - 2023

Bupati Majalengka dalam memimpin rakyat selalu berlandaskan ajaran luhur. Keteladanan yang diwariskan oleh para pendiri Majalengka membuat suasana harmonis. Pemimpin dan rakyat bersatu padu. Sesuai dengan nama Majalengka yang berarti cita-cita untuk membuat suasana mulia. Pemimpin Majalengka berbuat maksimal untuk menuju kemajuan, kemakmuran, kejayaan yang selaras serasi seimbang.

Sejarah panjangnya melintasi kabupaten Majalengka memberi jiwa gerak langkah yang cepat tepat. Kerajaan Pajajaran memberi semangat kewibawaan. Kerajaan Galuh memberi jiwa kedamaian, kerajaan Majapahit memberi rasa kebangsaan. Kerajaan Cirebon memberi dorongan persatuan. Kerajaan Banten memberi inspirasi kejayaan. Faktor historis ini telah membangun kebersamaan.

Para pemimpin kabupaten Majalengka mengatur tata pemerintahan bersama aparat demi kepentingan rakyat. Masyarakat senantiasa terlibat untuk menganyam peradaban yang semakin bermartabat. Jatidiri bangsa semakin kokoh, kepribadian nasional semakin kuat. Pemimpin dan rakyat Majalengka betul-betul melaksanakan gagasan Agung, demi kejayaan yang anggun.

Ditulis oleh Dr. Purwadi, M.Hum; 1 September 2020
Jl. Kakap Raya 36 Minomartani Yogyakarta, 087864404743

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEJARAH PRABU SILIWANGI

SEJARAH PRABU SILIWANGI.  Oleh: Dr. Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA Hp: 0878 6440 4347.  A. Berdirinya Istana ...