Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum.
Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA
A. Asal Usul Nama Pandeglang
Pandeglang berasal dari dua kata, yaitu Pande dan Gelang. Pande berarti orang yang ahli membuat perkakas dari besi. Gelang merupakan perhiasan yang melingkar di tangan. Pada jaman dulu masyarakat Pandeglang termasuk pakar dalam bidang besi dan beragam perhiasan.
Kemahiran orang Pandeglang dalam mengolah logam besi dibina oleh Sultan Maulana Hasanuddin sejak tanggal 1 April 1527. Kualitas produk Pandeglang terkenal sampai luar negeri. Kasultanan Banten mendukung penuh kerajinan logam besi. Menteri perindustrian Kasultanan Banten turut pula membantu pemasaran. Pande-pande Banten semakin semangat untuk bekerja.
Hasil kerajinan para pande Banten dipasarkan ke Samudra Pasai, Kutai, Banjar, Goa, Tallo, Ternate, Tidore, Cirebon, Demak. Bahkan sampai kota Tamasek, Malaya, Thailand, India, Cina, Turki, Persia dan Yaman. Wajar sekalipara pande menjadi makmur kaya raya.
Pada tanggal 1 April 1528 Sultan Maulana Hasanuddin meresmikan berdirinya kerajinan perhiasan gelang. Terlebih dulu para pengrajin dikirim untuk belajar perhiasan perak di daerah Trowulan Mojokerto. Bekas ibukota Majapahit ini memiliki komunitas pengrajin gelang. Bahannya dari perak, emas, intan. Dari proses belajar inilah tumbuh semarak pengrajin gelang. Kasultanan Banten semakin harum termasyhur.
Sejak tahun 1549 Kasultanan Banten dipimpin oleh Pangeran Maulana Pasareyan. Kehidupan para pande besi bertambah maju sejahtera. Mereka dibantu modal dan jaringan usaha. Peralatan pande didatangkan dari negeri Tiongkok. Sementara bijih besi cukup tersediadi sekitar daerah Cilegon. Usaha para pande besi berkembang pesat.
Kasultanan Banten di bawah kepemimpinan Pangeran Maulana Pasareyan menjalin kerjasama dengan kerajaan Goa pada tahun 1553. Bijih besi dan nikel banyak dipasok dari pegunungan Perbeek Sulawesi. Kerajaan Goa beruntung sekali menjalin kemitraan dengan kerajaan Banten. Diplomasi perdagangan ini merupakan simbiosis yang saling menguntungkan.
Pengrajin gelang mendapat dukungan penuh dari Kasultanan Banten yang dipimpin oleh Pangeran Maulana Yusuf. Beliau memerintah tahun 1570 – 1580. Jaringan beliau di Timur Tengah amat luas. Demi lancarnya marketing gelang produk Banten, beliau terjun langsung ke negeri Mesir, Syria, Yaman, Persia, Turki. Usaha pemasaran ini berjalan sangat sukses.
Kepemimpinan Kasultanan Banten beralih ke tangan Pangeran Maulana Muhammad. Beliau memerintah tahun 1580 – 1598. Kejayaan industri besi dan perhiasan menjadi handalan masyarakat Pandeglang. Konsumen terlalu fanatik dengan industri buatan Banten. Kesejahteraan rakyat meningkat berlipat ganda.
Masa kejayaan Kasultanan Banten terjadi pada tahun 1651 – 1682. Kasultanan Banten dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Beliau menjadi pelopor kemajuan negara Maritim di wilayah Jawa bagian barat. Beliau bersahabat erat dengan raja Mataram, Sri Susuhunan Amangkurat Agung. Kedua tokoh maritim ini bertemu di pelabuhan Tegal pada tahun 1653. Dari hubungan yang akrab ini lantas diadakan perbaikan manajemen pelabuhan Tanjung Priok.
Sultan Haji memimpin Kerajaan Banten tahun 1682 – 1714. Untuk memajukan Banten beliau mengadakan studi banding ke Mataram yang beribukota di Kartasura. Selama dua minggu lamanya Sultan Haji dan rombongan belajar isi serat Ambiya.
Kemajuan Banten semakin menggembirakan saat dipimpin oleh Sultan Maulana Arifin pada tahun 1714 – 1736. Beliau pernah memimpin rombongan Kasultanan Banten ke daerah Lasem Rembang. Di sana beliau dengan tekun mendukung pemuda untuk belajar industri trasi. Ketrampilan rakyat perlu dibina demi kemajuan ekonomi.
Program pemberdayaan ekonomi kerakyatan ini dilanjutkan oleh Pangeran Maulana Ratu Bagus Buang. Beliau memerintah tahun 1736 – 1762. Sultan Banten ini bersahabat erat dengan Sinuwun Paku Buwana III. Pernah ibu-ibu dari Kasultanan Banten diundang untuk belajar batik di Laweyan Surakarta.
Kanjeng Pangeran Maulana Gusti memimpin Kasultanan Banten tahun 1762 -1791. Raja Banten ini berkunjung ke Klaten untuk belajar tentang pengairan di Cakra. Kemudian studi banding ke Umbul Pengging Boyolali. Irigasi mendapat perhatian utama.
Pada tahun 1791 – 1821 kerajaan Banten dipimpin oleh Sultan Muhammad Yusuf. Kasultanan Banten berhasil melanjutkan masa keemasan leluhur. Rakyat Pandeglang begitu berbahagia, bila mendengarkan kisah sejarah Kasultanan Banten. Nilai keutamaan dan keteladanan menjadi sarana pembinaan generasi muda.
B. Perkembangan Kabupaten Pandeglang dalam Lintasan Sejarah Besar
Kejadian sejarah penting bagi masyarakat Pandeglang terjadi pada tanggal 1 April 1848. Kanjeng Raden Tumenggung Aria Condronegoro dilantik menjadi Bupati Pandeglang. Keturunan Sultan Banten ini terkenal sebagai pribadi paripurna. Beliau termasuk bangsawan pintar, bijaksana, ramah tamah, kaya raya, rendah hati, berwawasan luas, berilmu tinggi.
Bila Aria Candranegara dipilih sebagai pimpinan tentu masyarakat Pandeglang mendukung penuh. Tiap hari Aria Candranegara melakukan keliling ke segala kawasan. Mulai dari pegunungan, pedesaan, perkotaan. Semua warga mengenal kualitas kepemimpinan Bupati Pandeglang.
Program selanjutnya diluruskan oleh Kanjeng Raden Tumenggung Aria Natadiningrat. Beliau Bupati Pandeglang tahun 1849 – 1870. Pernah beliau berkunjung ke Sumenep. Di sana rombongan Bupati Pandeglang belajar tentang sistem produksi garam di daerah Kalianget. Kunjungan di pulau Madura ini tentu menambah wawasan bagi warga yang peduli pada industri berbasis maritim.
Kemajuan transportasi massal dikembangkan pada masa kepemimpinan Kanjeng Raden Tumenggung Sutadiningrat. Beliau menjabat Bupati Pandeglang pada tahun 1878 – 1888. Stasiun kereta api dibuka pada tahun 1884. Rakyat Pandeglang semakin berbahagia sejahtera. Barang dan jasa mudah diangkut ke segala penjuru. Lalu lintas yang melewati kabupaten Pandeglang semakin ramai.
Raden Tumenggung Kunta Astrawijaya memimpin Pandeglang tahun 1910 – 1914. Beliau dipercaya oleh HOS Tjokroaminoto untuk memimpin Sarikat Islam cabang Pandeglang. Bahkan beliau juga aktif dalam organisasi Budi Utomo. Beliau mengajak tokoh masyarakat untuk trampil berorganisasi.
Pertumbuhan penerbitan Balai Pustaka mendapat perhatian dari Bupati Pandeglang. Kanjeng Raden Tumenggung Adipati Hasan Kartadiningrat memimpin tahun 1914 – 1927. Beliau gemar dengan buku-buku roman seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan. Tiap seminggu sekali, beliau mengajak para pemuda unntuk melakukan apresiasi sastra.
Sastrawan angkatan Pujangga Baru seperti Sutan Takdir Alisyahbana diundang ke pendopo Kabupaten Pandeglang pada tahun 1932. Bupati Pandeglang dijabat oleh Adipati Wiriaatmaja tahun 1927 - 1941. Para sastrawan lain yang pernah diundang yaitu Amir Hamzah, Sanusi Pane, Armyn Pane, YE Tatengkeng. Mereka melakukan pelatihan penulisan sastra buat pelajar.
Bupati Pandeglang yang dekat dengan Dr. Widyadiningrat ketua BPUPKI adalah Raden Tumenggung Mr. Djumhana Wiraatmaja. Beliau selalu bertukar pikiran tentang perubahan sosial politik yang terjadi. Pemikiran para bupati ini demi keselamatan dan ketentraman rakyat Pandeglang pada umumnya.
C. Para Bupati Pandeglang yang Berbudi Luhur
1. R.T. Aria Tjondronegoro Djayanegara 1848 – 1849
2. R.T. Aria Natadiningrat 1849 – 1870
3. R.T. Pandji Gondokoesoemo I 1870
4. R.T. Soetadindingrat 1870 – 1888
5. R.T. Abdul Gafoer Soerawinangoen 1888 – 1898
6. R.T. Soera Adiningrat 1898 – 1910
7. R.T. Mas Kanta Astrawijaya 1910 – 1914
8. R.T. Adipati Hasan Kartadiningrat 1914 - 1927
9. Rd. Aria Adipati Soerja Djajanegara 1927
10. Rd. Aria Adipati Wiriaatmadja 1927 – 1941
11. R.T. Mr. Djoemhana Wiraatmadja 1941 – 1945
12. K.H. Tb. Abdoelhalim 1945 – 1947
13. Mas Soedibjadjaja 1947 – 1948
14. Mas Djaja Rukmantara 1948 – 1949
15. Rd. Hola Sukmadiningrat 1949 – 1956
16. Rd. Moch. Noch Kartanegara 1956 – 1957
17. Rd. Lamri Suriaatmadja 1957
18. Rd. Muhdas Suria Haminata 1957 – 1958
19. Rd. Harun 1958 – 1959
20. Muhammad Ebby 1959 – 1961
21. Rd. Moch. Sjahra Sastrakusuma 1961 – 1964
22. Rd. Akil Achjar Mansjur 1964
23. Rd. Syamsudin Natadisastra 1964 – 1968
24. Drs. Rd. Machfud 1968
25. Drs.H. Karna Suwanda 1968 – 1980
26. Drs. H. Suyaman 1980 – 1990
27. H. Muhammad Zein, BA 1990 – 1995
28. Drs. H. Yitno 1995 – 2000
29. Dr. H. R. Achmad Dimyati Natakusumah, S.H., M.H., M.Si. 2000 – 2009
30. Drs. H. Erwan Kurtubi, MM 2009 – 2010
31. Asmudji HW 2010 – 2011
32. Drs. H. Erwan Kurtubi, MM 2011 – 2016
33. Irna Narulita, SE, MM 2016 - 2021
Nilai sejarah penting buat pembinaan mental spiritual generasi muda. Para Bupati Pandeglang dalam memimpin rakyat selalu berpegang teguh pada nilai kearifan lokal.
Masa lampau leluhur Pandeglang memang cemerlang dan gemilang. Rakyat dan aparat sepakat manunggal lahir batin. Semua program pemimpin demi kemakmuran seluruh rakyat. Supaya terwujud murah sandang pangan papan.
Pada masa depan masyarakat Pandeglang tentu bertambah mulia jaya dan bahagia. Alam mengandung kekayaan yang berlimpah ruah. Rakyat bekerja tekun masa keemasan tetap lestari sepanjang jaman.
Ditulis oleh Dr. Purwadi, M.Hum; 19 September 2020
Jl. Kakap Raya 36 Minomartani Yogyakarta, hp. 087864404347
Tidak ada komentar:
Posting Komentar