Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum.
Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara (LOKANTARA)
A. Asal Usul Nama Karawang
Karawang berasal dari singkatan kata Karya para penjaga gawang. Kenyataannya masyarakat Karawang punya nilai perjuangan tinggi dalam bidang kebangsaan. Maka muncul puisi terkenal yang berjudul Karawang Bekasi. Gawang perjuangan harus dikawal dari sergapan musuh. Semangat perjuangan yang dilandasi nilai kebangsaan terpatri dalam hati warga Karawang. Jasa dan pengabdian warga Karawang dicatat oleh sejarah dengan tinta emas.
Keluhuran, keteladanan, keutamaan, kebajikan, kepahlawanan, keagungan para penjaga gawang perjuangan diungkapkan oleh Raden Adipati Singa Perbangsa. Sejenak kemudian pada tanggal 14 September 1633 Raden Adipati Singa Perbangsa ditetapkan sebagai Bupati Karawang dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung Adipati Aria Kertabumi. Pidato penobatan Adipati ARia Kertabumi disaksikan ribuan pasang mata. Pada umumnya para undangan merasa kagum, puas dan terharu dengan isi pidato Bupati Karawang yang baru dilantik.
Dalam orasi kadipaten, RAA Kertabumi mengungkapkan arti penting bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Penanganan bidang-bidang tersebut harus tercipta demi mewujudkan kemakmuran masyarakat Karawang. Selaku pimpinan yang telah diberi amanat oleh rakyat, RAA Kertabumi bertekad mewujudkan cita-cita mulia. Segenap jiwa raga, pikiran, tenaga, waktu akan dicurahkan buat kepentingan seluruh rakyat. Bupati Karawang menjadi pelopor pelayan masyarakat.
Pidato penobatan bupati banyak diisi dengan kutipan naskah kuno karya Bujangga Manik yang ditulis pada tahun 1520 Masehi. Pokok-pokok gagasan yang dikutip dari naskah Bujangga Manik meliputi ajaran Ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan. Bujangga Manik merupakan sastrawan besar yang pernah mengabdikan dirinya pada kerajaan Pajajaran. Leluhurnya adalah orang agung yang menjadi penasihat Prabu Siliwangi. Bujangga Manik adalah pujangga utama yang termasyhur.
Upacara penobatan Bupati Karawang dihadiri oleh utusan dari kerajaan Banten, Cirebon dan Galuh. Raden Adipati Singa Perbangsa atau Tumenggung Kertabumi masih memiliki hubungan darah dengan Kasultanan Cirebon, Banten dan kerajaan Galuh. Bila ditarik ke atas, Tumenggung Kertabumi berhubungan dengan keluarga kerajaan Taruma Negara. Sinuwun Prabu Purnawarman menurunkan bakat kepemimpinan kepada anak cucu. Mereka selalu menjadi tumpuan harapan rakyat.
Dari garis ibunya yang bernama Ratna Sundari, Tumenggung Kertabumi mengalir darah Banten. Dari silsilah sang ayah, Tumenggung Kertabumi jelas masih keturunan Kasultanan Cirebon. Ayahnya bernama Syekh Jumadil Quro adalah Pangeran Cirebon yang berdarah kerajaan Galuh. Asal usul Tumenggung Kertabumi jelas berdarah biru, keturunan ningkat yang terhormat.
Pengalaman Raden Adipati Kertabumi cukup beragam. Beliau pernah belajar kepada Syekh Nuruddin Ar Raniri di Samudra Pasai. Di sana Adipati Kertabumi mempelajari kitab Bustanus Salatin. Kitab ini berisi tentang logika, etika, estetika. Pelajaran kitab Melayu Klasik terjadi pada tahun 1623. Kurang lebih enam bulan isi kitab Melayu sudah berhasil dipelajari. Untuk bidang filsafat timur, Adipati Kertabumi belajar kepada Pangeran Karanggayam. Beliau mempelajari isi kitab Nitisruti.
Kanjeng Sultan Agung raja Mataram berkenan hadir untuk memberi doa restu kepada Bupati Karawang. Hubungan Karawang dengan Mataram memang sangat akrab. Sebagai tanda persahabatan Sultan Agung memberi hadiah kitab Sastra Gendhing. Kitab ini berisi tentang nilai spiritual, tata cara semedi, ajaran sopan santun, ilmu makrifat serta kesempurnaan hidup manusia. Pada tahun 1637 Adipati Kertabumi berkunjung ke Kerajaan Mataram yang beribukota di Kerta, 5 km sebelah selatan Kota Gedhe.
Pada tanggal 5 September 1652 Bupati Kertabumi mendapat undangan ke Kabupaten Tegal. Beliau memenuhi undangan dari Kanjeng Ratu Wiratsari, permaisuri Sinuwun Amangkurat Agung. Waktu itu sedang diselenggarakan pelatihan maritim. Peserta terdiri dari bupati di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sebagian diikuti oleh pembesar dari Lampung, Palembang dan Banjarmasin. Sinuwun Amangkurat Agung dalam sejarah dikenal sebagai pelopor maritim di kawasan Asia Tenggara.
Program pemberdayaan rakyat pedesaan dilakukan oleh Bupati Karawang pada tahun 1658 di desa Lesmana, Ajibarang, Banyumas. Pelatihan wisata agrobisnis diselenggarakan selama lima hari. Tun Karawang diajak berkunjung di Gunung Slamet dan Kali Serayu. Acara ini membuahkan hasil. Karawang sampai sekarang menjadi lumbung beras nasional.
B. Perkembangan Kabupaten Karawang dalam Membangun Peradaban Agung
Bupati Karawang yang terkenal sakti mandraguna bernama Raden Adipati Aria Wirasuta. Sejak tahun 1677 dipercaya untuk memimpin masyarakat Karawang. Raden Adipati Aria Wirasuta suka bersemedi di puncak gunung Sangga Buana. Oleh karena itu beliau mempunyai ketajaman batin. Namun demikian dalam kehidupan sehari-hari bupati Karawang ini amat rendah hati, ramah tamah, sederhana dan suka menolong.
Siang malam Aria Wirasuta memikirkan nasib rakyat. Pada prinsipnya tidak boleh rakyatnya kelaparan. Pemuda pemudi, harus disediakan lapangan pekerjaan. Setiap kesempatan beliau mencari peluang usaha. Misalnya dengan mengirimkan anak muda untuk mengikuti pelatihan ketrampillan di berbagai perusahaan.
Pangeran Pekik, Bupati Surabaya memberi undangan kepada Bupati Karawang. Pemuda-pemudi Karawang diberi kesempatan untuk belajar dan magang di perusahaan kerajinan kulit Tanggulanging. Utusan pelajar Karawang dari daerah Banyusari, Batujaya, Ciampel, Cibuaya, Cikampek. Pelatihan ini terjadi pada tanggal 20 – 25 April 1684. Pelatihan manajemen pelabuhan diikuti oleh warga dari daerah Cilamayu, Cilebar, Jatisari, Jayakerta. Perusaaan garam Kalianget diikuti warga dari daerah Klasi, Kulawaluya, Lemahabang, Majalangu, Pangkalan, Pedes, Purwosari Rengasdengklok, Tegalwaru. Adapun pelatihan tentang kuliner jagung diikuti oleh warga Tegalsari, Telukjambe, Tempuran, Tirtajaya dan Tirtamulya. Kegiatan ini demi mempersiapkan manusia trampil.
Tahun 1780 Bupati Karawang yang bernama Mohammad Sholeh atau RAA Panatayuda III, memberi penghargaan pada warga yang lancar membaca Al Quran beserta terjemahan bahasa Sunda. Beliau memberi jadwal belajar tentang baca tulis Al Quran setiap hari Kamis Sore. Kegiatan pembelajaran ini rutin dilakukan secara teratur. Pada peringatan hari jadi Kabupaten Karawang selalu diupayakan adanya lomba kaligrafi.
Keseimbangan hidup antara bidang jasmani dan rohani mendapat perhatian yang utama dari pimpinan Kabupaten Karawang. Keberhasilan Karawang sebagai lumbung beras nasional cukup membuktikan bahwa warganya rajin bekerja. Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai. Itulah pegangan warga Karawang sehari-hari.
Pemimpin Karawang yang ahli hukum bernama Kanjeng Raden Adipati Aria Martanagara II. Beliau Bupati Karawang yang pernah belajar jaksa kerajaan Mataram. Namanya Demang Ngurawan. Pejabat peradilan Mataram ini pada tahun 1830 pernah mengadili sengketa syariat di Kartasura. Demang Ngurawan seorang ahli hukum yang bersahabat erat dengan Bupati Raden Adipati Aria Martanagara II.
Kehidupan kesusasteraan sangat populer pada masa pemerintahan Aria Martanagara III. Beliau merupakan Bupati Karawang yang suka mempelajari kitab kesusasteraan klasik. Baik ephos Ramayana maupun Mahabarata dipelajari dengan teliti. Baginya kesusasteraan dapat memperhalus jiwa manusia. Banyak pelajaran yang diselipkan dalam karya sastra. Secara khusus beliau mempelajari Kakawin Arjuna Wiwaha karya Empu Kanwa yang ditulis pada masa raja Airlangga.
Kemah budaya Sangga Buana dilakukan pada tahun 1896 oleh Bupati Raden Adipati Aria Singanagara I. Kegiatan ini berlangsung dalam rangka pelestarian lingkungan. Acara budaya ini terhitung besar sekali. Oleh karena itu Aria Singanagara I juga melibatkan unsur masyarakat, tokoh politik, aktivis sosial, pegiat budaya, praktisi seni. Tema yang diusung yaitu pelestarian lingkungan demi mewujudkan hidup yang bersih dan sehat, kebersihan dan kesehatan bertolak dari kesadaran lingkungan.
Kali ini kemah budaya diikuti oleh utusan dari negara sahabat. Ada peserta dari kota Tamasek, Deli Serdang, Palembang Darussalam, Siak, Tanjung Pinang, Banjar, Ternate, Tidore, Goa, Talo, Bali, Thailand dan Malaya. Umumnya peserta kemah budaya ini utusan dari pegiat lingkungan hidup. Wajar sekali bila tempat kemah ini berada di lereng gunung Sangga Buana yang nyaman dan sejuk.
Kesadaran tentang arti penting soal-soal teologis ketuhanan, sosiologis kemasyarakatan dan ekologis lingkungan mendapat perhatian yang saksama dari para bupati Karawang. Program kenegaraan dan pemerintahan yang dilakukan oleh para pemimpin Karawang mendapat dukungan dari rakyat. Semua pihak menyadari aspek kebersamaan.
C. Para Bupati Karawang yang selalu bekerja demi bangsa dan negara
1. RAA Kertabumi I 1633 – 1646
2. RAA Kertabumi II 1646 – 1659
3. RAA Kertabumi III 1659 – 1668
4. RAA Kertabumi IV 1668 – 1677
5. RAA Wirasuta I 1677 – 1703
6. RAA Wirasuta II 1703 – 1721
7. RAA Wirasuta III 1721 – 1730
8. RAA Panatayuda I 1730 – 1750
9. RAA Panatayuda II 1750 – 1768
10. RAA Panatayuda III 1768 – 1792
11. RAA Martanagara I 1792 – 1824
12. RAA Martanagara II 1824 – 1849
13. RAA Martanagara III 1849 – 1872
14. RAA Martanagara IV 1872 – 1894
15. RAA Singanagara I 1894 – 1915
16. RAA Singanagara II 1915 – 1926
17. RAA Singanagara III 1926 – 1938
18. RAA Singanagara IV 1938 – 1945
19. R Djuarsa 1945 – 1948
20. R Ateng Surya Satjakusumah 1948 – 1949
21. R Hasan Surya Satjakusumah 1949 – 1950
22. R H. Rubaya Suryanatamihardja 1950 – 1951
23. R Tohir Mangkudijoyo 1951 – 1961
24. Letkol Inf. Husni Hamid 1961 – 1971
25. Letkol Inf.Setia Syamsi 1971 – 1976
26. Kol.Inf.Tata Suwanta Hadisaputra 1976 – 1981
27. Kol.Cpl.H.Opon Supandji 1981 – 1986
28. Kol.Czi.H.Sumarmo Suradi 1986 – 1996
29. Kol.Inf. Drs. H. Dadang S. Muchtar 1996 – 1999
30. R. H. Daud Priatna, SH 1999 – 2000
31. Letkol.Inf.Achmad Dadang 2000 – 2005
32. Drs. H. D. Shalahudin Muftie, M.Si 2005
33. Kol.Inf. Drs. H. Dadang S. Muchtar 2005 – 2010
34. Ir. H. Iman Sumantri 2010
35. Drs. H. Ade Swara, MH 2010 – 2014
36. dr. Cellica Nurrachadiana 2014 – 2015
37. Ir. Deddi Mulyadi 2015 – 2016
38. dr. Cellica Nurrachadiana 2016 – 2020
Kabupaten Karawang dalam sejarahnya selalu berjalan dinamis interaksi sosial dengan beragam kelompok terjadi terus menerus. Segala suku hadir di kabupaten Karawang. Namun demikian pemimpin dan rakyat Karawang bisa menerima kehadiran mereka. Toleransi sudah dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan adaptasi penduduk Karawang tergolong sangat tinggi.
Rakyat Karawang sendiri tetap dapat mempertahankan jatidiri. Sebutan lumbung beras melekat pada wilayah Karawang. Prinsip ketahanan pangan dihayati benar. Tidak boleh ada kekurangan pangan. Karena bisa berdampak pada gejolak sosial. Kemampuan untuk menyediakan pangan secara berlimpah ruah. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran yang tinggi.
Modernisasi yang melanda kehidupan rakyat Karawang, selalu dihadapi dengan arif bijaksana. Proses produksi pangan terus jalan. Unsur modern dan tradisional dapat berjalan beriringan. Inilah jalan keutamaan yang diwariskan secara turun temurun oleh warga Karawang. Nilai tradisional nasional dan global berjalan saling mengisi.
Keteladanan masyarakat Karawang merupakan sumbangan yang cukup bermakna dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehidupan nasional didukung dengan adanya kearifan lokal yang tangguh, utuh, sepuh, berpengaruh. Masyarakat Karawang yang memiliki sejarah panjang tetap lestari berjaya sepanjang masa.
Ditulis oleh : Dr. Purwadi, M.Hum; 24 Agustus 2020
Jl. Kakap Raya 36 Minomartani Yogyakarta, hp. 087864404347
Tidak ada komentar:
Posting Komentar