Minggu, 27 September 2020

SEJARAH KABUPATEN GARUT

Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum; Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara - LOKANTARA

A. Asal Usul Nama Garut

Garut berasal dari dua kata, yaitu garis urut. Kata garis bermakna takdir, ketentuan, aturan, pedoman, pegangan, ukuran, pandangan, kehendak, batas. Kata urut memiliki makna beraturan, patnas, patut, serasi, selaras, seimbang. Masyarakat Garut dalam sejarahnya selalu menjunjung tinggi aturan, hukum, norma sesuai dengan prinsip kepantasan. Hasilnya adalah sebuah keselarasan sosial.

Begitulah teladan luhur yang disampaikan oleh Kanjeng Raden Adipati Aria Adiwijaya pada tanggal 16 Pebruari 1813. Pelantikan RAA Adiwijaya menjadi Bupati Garut diselenggarakan dengan upacara yang megah, mewah, gagah, indah. Tamu undangan berasal dari Kasultanan Banten, Kasultanan Cirebon dan Karaton Surakarta Hadiningrat. Keluarga Kasultanan Banten dipimpin oleh Kanjeng Sultan Muhammad Muhyiddin Zainus Salihin.

Panitia pelantikan Bupati Garut bekerja maksimal. Kedatangan Sultan Banten sejak tanggal 14 Pebruari 1813. Rombongan Sultan Muhammad Muhyiddin Zainus Salihin mendapat pelayanan dari warga Balubur Limbangan, Banjarwangi, Banyuresmi, Bayongbong, Bungbulang, Caringin, Cibolang, Cibiuk. Panitia yang melayani keluarga Kasultanan Banten ini diberi nama Pakaryan Kamojang. Kostum seragam mereka menggunakan busana serba kuning.

Rombongan dari karaton Surakarta dipimpin langsung oleh Kanjeng Sinuwun Paku Buwana IV, yang didampingi oleh garwa prameswari Kanjeng Ratu Kencono Wungu. Hadir pula Patih Sosrodiningrat II selaku Perdana Menteri. Kedatangan pembesar karaton Surakarta Hadiningrat membawa tim batik Laweyan. Kebetulan warga Garut sering melakukan pelantikan batik di Surakarta. Panitia penobatan tergabung dalam pakaryan Haruman. Mereka berasal dari warga Cigedug, Cihurip, Cikajang, Cikelet, Cilawu, Cisewu, Cisompet, Cisurupan Leles, Leuwigoong, Kadungara, Karangtengah, Karsamanah.

Suasana tanggal 15 Pebruari 1813 begitu meriah. Pasar malam, pameran, pentas seni diselenggarakandi tiap sudut kota. Penduduk datang berduyun-duyun. Mereka merasa bergembira. Garut mendapat status daerah otonom. Kemakmuran lahir batin semakin meningkat. Pelayanan publik semakin dekat dan merakyat. Kepanitiaan yang menangani bakti sosial dan pentas seni rakyat ditunjuk warga dari daerah Selaawi, Singajaya, Sukaresmi, dan Pakaryan Papandayan.

Adapun pakaryan Talaga Bodas terdiri dari warga Sukawening, Taligong, Wanaraja. Tugas mereka melayani rombongan dari Kasultanan Cirebon dipimpin oleh Kanjeng Pangeran Sasradiningrat. Beliau datang pada pukul 02.00 dini hari, tanggal 16 Pebruari 1813. Rombongan dari keluarga Kasultanan Cirebon sebanyak 12 orang. Panitia yang tergabung dalam pakaryan Talaga Bodas menggunakan busana seragam warna biru.

Kanjeng Raden Adipati Aria Adiwijaya menjabat sebagai Bupati Garut sudah sesuai dengan harapan masyarakat. Dari segi asal usul, kemampuan dan pengalaman, Aria Adiwijaya sangat memadai. RAA Adiwijaya masih keturunan Prabu Siliwangi, raja Kraton Pajajaran. Darah kebangsawanan ini membuat RAA Adiwijaya memiliki sifat kepemimpinan. Beliau dapat dipercaya, jujur, mandiri, rendah hati, pekerja keras, tekun belajar, ramah tamah, suka menolong, sederhana, terbuka.

Dari garis ibunya RAA Adiwijaya mempunyai hubungan darah dengan Kasultanan Banten dan Kasultanan Cirebon. Ibunya bernama Ratu Warih Mas merupakan keluarga ningrat yang kaya raya. Beliau mempunyai usaha kapal yang berlabuh di kawasan pelabuhan Tanjung Priok. Ratu Warih Mas juga punya usaha perikanan darat di daerah Indramayu, Banten dan Cirebon.

Pengalaman RAA Adiwijaya cukup berbobot. Pada tahun 1808 – 1810 punah tinggal di Batang Terap, Perbaungan, Deli Serdang. Selama dua tahun RAA Adiwijaya bekerja sebagai pimpinan perkebunan kelapa sawit, coklat dan karet. Bahkan beliau termasuk orang yang pernah berhubungan dengan Sultan Deli di Istana Maimun. Pernah pula beliau bertukar pikiran dengan Sultan Langkat dan Sultan Serdang. Pergaulan RAA Adiwijaya memang luas dan berasal dari berbagai lapisan sosial. Pengalaman dan pergaulan ini mematangkan kualitas kepemimpinan. Nama Adiwijaya berarti keagungan dalam keunggulan.


B. Perkembangan Kabupaten Garut

Kabupaten Garut selalu berbenah. Kemajuan, ketertiban, kesejahteraan, kemakmuran menjadi tujuan utama para pemimpin. Pada tahun 1832 Raden Adipati Aria Kusumadinata berkunjung ke Wonosobo untuk belajar budidaya teh. Sepanjang lereng gunung Dieng memang banyak ditemukan perkebunan teh yang berhasil. Dari studi banding ini lantas diterapkan budidaya teh di lereng gunung Guntur, gunung Haruman, gunung Cihurang. Kerja keras Bupati Kusumadinata membuahkan hasil. Rakyat Garut makin jaya makmur.

Potensi perairan di Sungai Karo mendapat perhatiandari Jayaningrat. Pada tahun 1837 Raden Adipati ARia Jayadiningrat berkunjung ke wilayah Palembang Darussalam. Kedatangan beliau disambut oleh Sultan Mahmud Badaruddin II. Selama kunjungan di Palembang, beliau belajar tentang tata kelola sungai Musi. Pelayaran di sungai Musi berjalan baik sejak jaman kerajaan Sriwijaya.

Pada tanggal 14 Agustus 1889 masyarakat Garut mendapat kado istimewa. Bupati Garut dipegang oleh Raden Adipati Aria Wiratanu Datar VII yang memimpin tahun 1871 - 1915. Bupati Garut ini sangat paham ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk pertama kali beliau meresmikan stasiun Garut. Sejak saat itu masyarakat Garut dapat menikmati perjalanan ke seluruh Jawa dengan transportasi kereta api. Adipati ARia Wiratanu Datar pernah belajar tentang seluk beluk lokomotif di kota Madiun.

Ibu-ibu dari kabupaten Garut pernah dikirim oleh Adipati Aria Wiratanu Datar untuk belajar batik di Laweyan Surakarta. Pada tahun 1897 rombongan ibu-ibu Garut diterima oleh Adipati Sedah Mirah, menteri sosial kerajaan Surakarta Hadiningrat. Selama kunjungan di kota Bengawan ini tim dari Garut belajar tentang kuliner sega liwet di Baki. Terus belajar masak timlo di Kartasura. Lantas belajar membuat ledre di daerah Mojosongo.

Bupati Garut pernah berkunjung ke kabupaten Brebes pada tahun 1928. Raden Adipati Aria Suria Kartalegawa belajar tentang budidaya bawang merah di Brebes. Kedatangan tim Garut ini diterima oleh Bupati Brebes, Kanjeng Raden Tumenggung Adipati Purnomo Hadiningrat. Selama kunjungan di Kabupaten Brebes, tim kabupaten Garut juga mempelajari seluk beluk bisnis telur asin. Kunjungan ini boleh dikatakan berhasil ilmu yang didapat di Brebes diterapkan di Garut, demi meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Kemajuan literasi di kabupaten Garut terjadi pada tahun 1930. Raden Adipati ARia Muhammad Musa Suria Kartalegawa aktif dalam kesusasteraan. Beliau berhubungan baik dengan tokoh pujangga baru dan Balai Pustaka. Bupati Garut mengundang sastrawan untuk mengadakan pelatihan budaya. Mereka adalah Sutan Takdir Ali Syahbana, Sanusi Pane, Armyn Pane, Amir Hamzah, Abdul Muis, Merari Siregar, Marah Rusli.

Pemuda pemudi kabupaten Garut diperkenalkan dengan karya sastra bermutu tinggi. Misalnya Roman Salah Asuhan, Layar Terkembang, Siti Nurbaya, Salah Pilih, Sukreni Gadis Bali. Para pelajar Garut dilatih untuk berpikir maju dan modern. Karya sastra menurut Bupati Garut, Muhammad Musa Suria Kartalegawa dapat meningkatkan kualitas kehidupan. Melalui tokoh protagonis para pembaca dapat mengambil suri teladan. Budi pekerti luhur dapat diwujukan melalui kesadaran literasi.

Pada akhir tahun 1944, kabupaten Garut dipimpin oleh Bupati yang serba mumpuni. Beliau bernama Raden Tumenggung Endung Suriaputra. Pemuda-pemudi Garut diberi kesempatan untuk belajar seluk beluk maritim. Tempatnya di kabupaten Tegal. Mereka belajar mengenai pelayaran, manajemen pelabuhan, budidaya ikan laut, marketing, ekspor impor komoditas pertanian. Kesadaran tentang maritim memang penting. Bupati Garut berusaha dengan sekuat tenaga. Beliau mengirim putra putri Garut belajar tentang kelautan.


C. Para Bupati Garut yang Memimpin Peradaban Besar

1. Kanjeng Raden Adipati Aria Adiwijaya 1813 – 1831

2. Kanjeng Raden Adipati Aria Kusumadinata 1831 – 1833

3. Kanjeng Raden Adipati Aria Jaya Diningrat 1833 – 1871

4. Kanjeng Raden Adipati Aria Wiratanu Datar VII 1871 – 1915

5. Kanjeng Raden Adipati Aria Soeria Kartalegawa 1915 – 1929

6. Kanjeng Raden Adipati Aria Muh. Musa Suria Kertalegawa 1929 – 1944

7. Kanjeng Raden Adipati Aria Endung Suriaputra 1944 – 1945

8. Kanjeng Raden Kalih Wiraatmadja 1945 – 1948

9. Kanjeng Raden Tumenggung Agus Padmanagara 1948 – 1949

10. Kanjeng Raden Tumenggung Kartahudaya 1949 – 1950

11. Kanjeng Raden Moh. Sabri Kartasomantri 1950 – 1956

12. Kanjeng Raden Moh. Noh Kartanegara 1956 – 1959

13. Raden Gahara Widjaja Suria 1959 – 1966

14. Letkol Akil Ahyar Mansyur 1966 – 1967

15. R.M. Bob Yacob Ishak 1967 – 1972

16. Drs. R. Moh. Syamsudin 1972 – 1973

17. Hasan Wirahadikusumah 1973 – 1978

18. Letkol Iman Sulaeman 1978 – 1983

19. Letkol Kav Taufik Hidayat 1983 – 1988

20. Momon Gandasasmita 1988 – 1993

21. Toharudin Gani 1993 – 1998

22. Dede Satibi 1999 – 2004

23. Agus Supriadi 2004 – 2007

24. Memo Hermawan 2007 – 2009

25. Aceng Fikri 2009 – 2013

26. Agus Hamdani 2013 – 2014

27. Rudi Gunawan 2014 – 2024

Bupati Garut sungguh berjasa buat seluruh rakyat. Mereka siang malam bekerja demi kemakmuran bersama. Pemimpin dari rakyat Garut bersatu padu. Sesuai dengan namanya, Garut berarti garis yang urut. Hak dan kewajiban dilaksanakan dengan penuh sukarela. Kesejahteraan lahir batin bagi masyarakat Garut berlangsung sepanjang masa.

Pemimpin kabupaten Garut sadar secara teologis, sosiologis dan ekologis. Dalam memerintah rakyatnya, pimpinan Garut menyelaraskan tata hubungan antara Tuhan, manusia dan alam. Bupati Garut kerap melakukan kegiatan spiritual, demi ketentraman seluruh masyarakat.

Tanah yang subur, udara yang bersih dan lingkungan alam yang indah permai merupakan anugerah besar. Penduduk kabupaten Garut lembut hatinya, ramah tamah dan berbudi luhur. Mereka selalu mendukung program para pemimpin, untuk mencapai kebahagiaan bersama. Semangat gotong royong, kerukunan, kebersamaan menjiwai dan dijiwai oleh segenap warga Garut. Pemimpin dan rakyat bersatu padu dalam mencapai cita-cita keluhuran.

Bangunlah jiwanya, bangunlah raganya, untuk Indonesia Raya. Jiwa kebangsaan dijunjung tinggi oleh masyarakat Garut. Kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan. Kabupaten Garut memang digariskan untuk urut. Garut merupakan garis urut. Hasilnya berupa kemuliaan yang patut. Rakyat Garut senantiasa sejahtera sentosa, murah sandang pangan, papan, guyub rukun lahir batin.

Warga Garut tersebar dari Sabang sampai Merauke. Mereka bertugas dalam berbagai profesi. Sumbang sih mereka sangat bermakna buat membangun peradaban yang agung dan anggun. Tenaga pikiran warga Garut berguna bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Butir-butir kearifan lokal dari Kabupaten Garut dapat memperkokoh kepribadian bangsa.

Ditulis oleh Dr. Purwadi, M.Hum, 22 Agustus 2020
Jl. Kakap Raya 36 Minomartani Yogyakarta, Hp. 087864404347

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEJARAH PRABU SILIWANGI

SEJARAH PRABU SILIWANGI.  Oleh: Dr. Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA Hp: 0878 6440 4347.  A. Berdirinya Istana ...