SEJARAH KEDATON PAMASE SEBAGAI PENGHORMATAN KADIPATEN BANYUMAS
Oleh Dr Purwadi
M.Hum. Ahli Sejarah
Lembaga Olah
Kajian Nusantara - LOKANTARA. Hp 087864404347
A. Ibukota Kraton Mataram.
Peradaban bangsa berguna untuk memperkokoh jati diri. Pada tanggal 14 Nopember 2020 tim ahli Lokantara melakukan riset sejarah di desa Lesmana Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.
Rajutan nilai historis berguna untuk membentuk karakter generasi muda. Jasmerah, jangan sekali kali meninggalkan sejarah. Kearifan lokal ini bertebaran dari Sabang sampai Merauke, dalam naungan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Dokumentasi historis berdasarkan informasi serta literasi yang diperoleh dari lapangan. Tim peneliti Lokantara terdiri dari Sari Endah Setiani, Purwadi, Purharcahyo, Suci Umiyati. Mereka berusaha untuk melacak istana Mataram yang dijadikan sebagai pusat menyusun kebijakan.
Kerajaan Mataram dipimpin oleh Panembahan Senapati tahun 1582 - 1601. Ibukota Kraton Mataram di Kotagedhe. Tahun 1601 - 1613 Kerajaan Mataram diperintah oleh Sinuwun Hadi Prabu Hanyakrawati. Kedua raja Mataram ini membangun Kotagede atas bantuan Kanjeng Ratu Waskitha Jawi.
Mulai tahun 1613 hingga 1645 ibukota ibukota Mataram dipindahkan oleh Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo. Dari kotagedhe ke Kerta. Pendukung utama pemindahan ibukota yaitu Kanjeng Ratu Batang. Perlu disebutkan pula jasa Tumenggung Bahurekso. Tokoh masyarakat Kendal ini terkenal kebak ngelmu sipating kawruh, putus ing reh saniskara.
Daerah Kerta menjadi ibukota yang mengutamakan kemandirian wisata kuliner. Terutama gule, sate klathak, thengkleng kambing. Aneka jajan pasar, panganan harian, unjukan tersedia berlimpah ruah. Wilayah ini benar benar gemah ripah loh jinawi tata tentrem karta raharja.
Negeri Mataram semakin jaya makmur ketika diperintah oleh Sinuwun Amangkurat Agung tahun 1645 - 1677. Ibukota pindah dari Kerta ke Plered. Beliau juga berkantor di Segarayasa. Kitab Sastra Gendhing, Pangracutan, Nitipraja menjadi referensi kenegaraan. Kitab reriptan Sultan Agung digunakan sebagai pedoman untuk menata birokrasi Mataram.
Demi pelayanan publik yang efektif efisien, Sinuwun Amangkurat Agung bertindak aktif kreatif. Istana Negara yang berfungsi sebagai kantor pelayanan dibangun di berbagai daerah. Hubungan rakyat dengan pejabat menjadi lebih akrab dekat memikat.
Istana Kajor dibangun di Banyumanik Semarang tahun 1646. Istana Ratu Wetan dibangun di Surabaya tahun 1647. Istana Kuning dibangun di Lasem Rembang tahun 1648. Istana Jaladri dibangun di Slawi Tegal tahun 1649.
Pesanggrahan Mataram menyebar di berbagai daerah. Demang, Mantri, wedana, Tumenggung, Adipati menjadi aparat yang berbakti.
Siang malam sungkem untuk ibu pertiwi. Lila lan legawa kanggo mulyane negara.
B. Istana Pamase dibangun Sri Amangkurat Agung.
Pembangunan Istana Pamase berada di Lesmana Ajibarang Banyumas tahun 1651. Terbuat dari bahan baku kayu jati terpilih. Diambil dari Randublatung Cepu Blora.
Gagasan pembangunan Istana Pamase berasal dari Kanjeng Ratu Kulon atau Ratu Wiratsari. Permaisuri Sinuwun Amangkurat Agung ini bergelar Kanjeng Ratu Kencono. Masih keturunan Sultan Hadiwijaya raja Pajang.
Dalam lintasan sejarah kanjeng Ratu Wiratsari berjasa atas berdirinya Kabupaten Banyumas. Berdirinya pendopo di kota Purwokerto juga atas kemurahan Kanjeng Ratu Wiratsari. Beliau seorang ratu yang punya usaha mebel, perahu, pelayaran, maritim. Ayahnya bernama Pangeran Radin yang menjadi pimpinan pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Pembangun istana Pamase sepenuhnya atas biaya Kanjeng Ratu Wiratsari. Warga Kalibenda, Jingkang, Kricak, Wangon, Cilongok, Karanglewas, Karangcengis terlibat aktif. Mereka mengelola Istana Pamase secara bergiliran.
Pada tahun 1654 diadakan pagelaran seni. Sendratari ramayana digelar dengan melibatkan tokoh beksan dari Manisrenggo Prambanan. Adegan wana Dandaka amat mengharukan. Pemeran Rama sungguh menghayati karakter. Pemeran Sinta diambil dari Sanggar Seni Guwa Wijaya. Sedangkan peran Lesmana berasal dari ahli joged Kebon dalem Kidul. Sendratari tari ini menonjolkan tokoh Lesmana. Demi menghormati warga desa Lesmana.
Paguyuban seniman Purbalingga diundang untuk mengisi acara. Lagu Serayu berkumandang penuh dengan kebanggaan.
Adhuh segere banyune ing sendhang, ilang kesele wis mari le mriyang, banyune Bening nyegerake ati, kudu sing eling mring tindak kang suci.
Ayo pra kanca sing suka gembira, greget gumregah gumregut neng sawah, nanduri tela dhele jagung pari, ngingoni kebo ayam menda sapi.
Peralatan gelar budaya diambil dari Gumelem Susukan Banjarnegara. Kostum batik begitu gumebyar. Pandai besi Gumelem juga menyiapkan peralatan logam. Mereka pengrajin bermutu tinggi. Prestasi vokasi Gumelem sejak tahun 1546, saat Ki Ageng Giring bertugas di Pertapan Girilangan.
Tiap tahun Ratu Wiratsari mengadakan festival seni budaya Mataram di istana Pamase. Suguhan srabi Wangon tak pernah absen. Gathot thiwul Jingkang menjadi menu utama. Pemilik warung Tegal diundang pula. Inilah momen bagi bagi rejeki.
Ketahanan pangan digalakkan lewat istana Pamase. Makanan tradisional selalu dihadirkan dalam upacara kenegaraan Mataram. Ratu Wiratsari amat peduli pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Kesadaran lingkungan laut bahari dipelopori oleh Sri Susuhunan Amangkurat Agung. Pengikut beliau yang amat loyal bernama Pangeran Lambung dari Banjarmasin Kalimantan Selatan. Demi menghormati Sri Susuhunan Amangkurat Agung, lantas bergelar Pangeran Lambung Mangkurat.
Maritim maju berkat jasa Sri Susuhunan Amangkurat Agung. Lewat kota Tegal pelayaran perdagangan dan pelabuhan berkembang pesat. Begitulah perjuangan raja Mataram buat warga bang Kulon.
Pada tanggal 10 Juli 1677 Sri Susuhunan Amangkurat Agung kondur ing tepet suci, surut ing kasedan jati. Sumare ing Pasareyan Pakuncen Adiwerna Tegal. Astana Tegalarum menaburkan ganda arum ke segala penjuru.
Jalma limpat seprapat tamat. Sinuwun Amangkurat Agung tetap berbadan utuh. Tiap tahun diselenggarakan pangkas rawis atau cukur kumis. Bersamaan dengan upacara larapan langse.
Kanjeng Sinuwun Amangkurat Agung dan Kanjeng Ratu Kencono pepundhen tanah Jawa. Pembesar Kerajaan Mataram ini telah eca sekeca mapan ing suwarga loka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar