Selasa, 06 Oktober 2020

SEJARAH LAKU MEDITASI DI CUNGKUP PARANGKUSUMO SAMUDRA SELATAN

Oleh Dr Purwadi M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara - LOKANTARA. 

A. Lelaku di Tepi Samudra Selatan. 

Pertemuan Kanjeng Ratu Kencono Sari dengan Panembahan Senapati terjadi pada tahun 1582. Seminggu setelah dinobatkan menjadi raja Mataram. Harinya tepat pada malem Selasa Kliwon. 

Kanjeng Ratu Kencono Sari atau Kanjeng Ratu Kidul tinggal di istana Soko Domas Bale Kencono. Kraton ini berada di dasar samudra. Peralatan Kraton Soko Domas Bale Kencono terbuat dari emas intan berlian yang serba berkilauan. Istana sangat asri rupawan. 

Perdana Menteri kerajaan Soko Domas Bale Kencono bernama Kanjeng Roro Kidul. Bala tentara penjaga istana disebut Nyi Roro Kidul. Mereka mengadakan tuguran di Pantai Parangkusumo tiap malem Selasa Kliwon. Tugas rutin ini dilakukan secara bergiliran. 

Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati memerintah tahun 1601-1613, meneruskan Pemerintahan Panembahan Senapati. Kanjeng Ratu Banuwati adalah garwa prameswari, putri Pangeran Benawa, yang masih cucu Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya raja Pajang. Pasangan suami istri ini merupakan trahing Kusuma rembesing madu. 

Pernikahan Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati dengan Kanjeng Ratu Banuwati melahirkan Sultan Agung Prabu Hanyakra Kusuma. Beliau bertahta di Karaton Mataram tahun 1613-1645.

Atas saran Kanjeng Ratu Banuwati, tiap malem Selasa Kliwon diadakan lek lekan di cungkup Parangkusumo. Juru nujum dan abdi dalem ulama berdoa dengan ngobong dupa. Kukusing dupa kumelun sumundhul ing ngawiyat. Pertanda permohonan doa mengarah ke atas. 

Lisah wida jebat kasturi, percikan minyak srimpi berbau wangi. Kembang kenanga, mawar, melati ditata rapi. Sekar rinonce aganda arum pisungsung buat Kanjeng Ratu Kidul dan prajurit Soko Domas Bale Kencono. 

Tradisi mesu budi nut satataning panembah dihayati benar oleh Kanjeng Ratu Banuwati. Kang Eyang putri bernama Kanjeng Ratu Mas Cepaka. Beliau garwa prameswari Sultan Hadiwijaya Kamidil Syah Alam Akbar. Putri Sultan Trenggana raja Demak ini ahli lelaku. Anak cucunya diajari cara semedi, agar tetap berkuasa dan berwibawa. Nak tumanak run tumurun mukti angawibawa dadi pakuningrat ing nuswantara. 

Sri Susuhunan Amangkurat Agung  berkuasa di Kraton Plered tahun 1645 - 1677. Beliau mengusahakan tirakatan di Parangkusumo. Waktunya selalu malem selasa Kliwon, setelah jam 21. Atas nasihat Kanjeng Ratu Batang, garwa Permaisuri Sultan Agung, Sinuwun Amangkurat memberi caos dhahar ketan biru. Sesuai wangsit bahwa para petugas tuguran diharap berbusana Kejawen jangkep. Tidak boleh mengenakan kain warna ijo lembayung. 

Barisan prajurit Roro Kidul berpakaian hijau. Jika seseorang sama berpakaian warna ijo lembayung, berarti siap siap untuk dijadikan bregada bala tentara Roro Kidul. Orang itu akan diajak masuk ke dasar samudera. 

Garwa prameswari Sinuwun Amangkurat Agung ada dua. Kanjeng Ratu Kulon dan Kanjeng Ratu Wetan. Berkat kedisiplinan caos sesaji di pantai selatan tiap malem Selasa Kliwon, anak yang dilahirkan lantas menjadi raja besar. 

Kanjeng Ratu Kulon melahirkan Sinuwun Amangkurat Amral. Beliau menjadi raja Mataram tahun 1677 - 1703. Sedangkan Kanjeng Ratu Wetan melahirkan Sinuwun Paku Buwana I yang menjadi raja Mataram tahun 1708 - 1719. Beliau didampingi oleh garwa prameswari, Kanjeng Ratu Mas Balitar yang mahir olah cipta kesusteraan. 

B. Bimbingan Meditasi Putra Mahkota Mataram. 

Para Pangeran Pati atau putra mahkota Mataram selalu menjalankan meditasi. Ilnu iku kelakone kanthi laku. Dengan bimbingan dwija sesepuh terpilih. Mahas ing ngasepi, manjing ing wana gung liwang liwung. 

Gusti Raden Suryaputra adalah anak Sinuwun Paku Buwana I. Ibunya adalah Kanjeng Ratu Mas Balitar. Putra mahkota ini dibimbing oleh ingkang eyang, Pangeran Juminah bupati Madiun. Lara lapa tapa brata di sepanjang pantai selatan. Saben mendra saking wisma lelana laladan sepi. 

Pada tahun 1719 GRM Suryaputra dinobatkan menjadi raja Mataram. Dengan gelar Sri Susuhunan Amangkurat Jawi. Beliau berkuasa hingga tahun 1726. Selama memerintah Mataram, Sinuwun Amangkurat Jawi kerap lelana brata di Samudra kidul. Ngingsep sepuhing supana, mrih pana pranaweng kapti.

Ritualitas berjalan dengan bobot kualitas. Sinuwun Amangkurat Jawi menggunakan media wayang sebagai sarana meditasi. Dalang keturunan Kyai Panjang Mas kaparingan dhawuh untuk nggelar wayang purwa. Lakonnya dipilih yang berkaitan dengan tata cara panembahan jati. Contohnya cerita Sudamala, Ngruna Ngruni, Dewaruci, Bimasuci, Pandu Swarga, Semar Mbangun Kayangan, Candi saptaharga, begawan Mintaraga, jamus Kalimasada, Gada Lukitasari, aji wungkal bener.

Dalang Panjang Mas dan keturunan mendapat tugas untuk melakukan upacara ritual. Mereka dianggap titisan dalang Kandha Buwana yang melakukan ruwatan murwakala. Bathara Kala tunduk pada japa mantra dalang Kandha Buwana. Anak sukerta sebaiknya diruwat, demi keselamatan dan kedamaian.

Upacara ruwatan yang diselenggarakan Sinuwun Amangkurat Jawi tetap lestari. Para pendherek ajaran Syekh Siti Jenar setia mengikuti. Pendukung wejangan sunan Kalijaga mendukung penuh. Mereka masuk dalam kategori penghayat Kejawen. 

Ketaatan pada budaya berbuah mulia. Tiga anak Amangkurat Jawi menjadi raja terkenal. Gusti Prabasuyasa menjadi raja Surakarta Hadiningrat, dengan gelar Sri Susuhunan Paku Buwana Ii. Gusti Mangkubumi menjadi Sri Sultan Hamengku Buwana I, raja Yogyakarta. Pangeran Mangkunegara menjadi penguasa di Pura Mangkunegaran. Ketiga dunasti berlangsung hingga kini.

Kegiatan kultural mistis  dilakukan penghayat Kejawen di cungkup Parangkusumo. Ombak bedebur, gelombang bergemulung menambah tata cara panembah yang tuwajuh. Mereka merenung tentang sangkan paraning dumadi.

Ditulis oleh Dr Purwadi M.Hum. Jl Kakap Raya 36 Minomartani Yogyakarta. Hp, 087864404347

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEJARAH PRABU SILIWANGI

SEJARAH PRABU SILIWANGI.  Oleh: Dr. Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA Hp: 0878 6440 4347.  A. Berdirinya Istana ...