MBAK KAHIYANG AYU BOBBY NASUTION
DALAM SEJARAH WANITA JAWA
Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum; Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA, hp. 087864404347
A. Keteladanan Wanita sebagai Pendukung Karir Suami
Keberhasilan suami ditentukan oleh dukungan penuh dari istri. Wanita dalam akronim jarwa dosok berarti wani mranata wani ditata. Tata tapak telapak, bahwasanya surga itu berada di bawah telapak kaki seorang wanita. Maka ada istilah ngestu pada yang bermakna sungkem atau berbakti pada guru laki. Sebagai pendamping Mas Bobby Nasution, tentulah Mbak Kahiyang Ayu memiliki referensi tokoh historis wanita yang begitu cemerlang.
Kesadaran sejarah diajarkan oleh bapak Ir H Joko Widodo dan Ibu Iriana kepada mbak Kahiyang Ayu sedangkan bapak Erwin Nasution dan ibu Ade Hanifah Siregar mengajari mas Bobby Nasution tentang nilai luhur adat istiadat warisan nenek moyang. Jasmerah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Wasiat penting ini diresapi benar oleh mbak Kahiyang Ayu dan mas Bobby Nasution, sebagai bekal untuk menyongsong masa depan yang gemilang.
Dalam sejarah peradaban Jawa sesungguhnya wanita selalu bermain dalam tempat yang manis dan strategis. Ambil contoh Ratu Sima Jayawisnu Murti yang menjadi raja di kraton Kalingga tahun 756 – 783. Kanjeng Ratu Sima memerintah Kerajaan Kalingga dengan adil adalah seorang wanita yaitu Dewi Sima. Ratu Sima merupakan raja kraton Kalingga yang selalu menjunjung tinggi nilai kebenaran dan keadilan. Ratu Sima memang hambeg adil paramarta.
Kanjeng Ratu Sima Jayawisnu Murti menikah dengan Pangeran keturunan Wangsa Sanjaya. Yakni Sri Maha Prabu Rakai Panangkaran yang menjadi raja Mataram Kedu tahun 760 – 780. Selama memegang pemerintahan kedua beliau dapat berlaku adil kepada siapa saja, tanpa pandang bulu. Kerajaan Kalingga terletak di daerah Keling Jepara. Secara geografis daerah ini termasuk kawasan pesisir. Keling adalah keluarga sing eling.
Keutamaan, keteladanan Kanjeng Ratu Sima Jayawisnu Murti sebagai pendamping Sri Maha Prabu Rakai Panangkaran cukup menjadi inspirasi bagi Mbak Kahiyang Ayu Bobby Nasution. Putri dalam bahasa Jawa mengandung makna mruput katri, yaitu gemi nastiti ngati-ati.
Raja Kalingga menjadi teladan bagi sekalian perjuangan gerakan kaum wanita. Peranan wanita sangat penting kedu-dukannya dalam masyarakat. Sejarah telah membuktikan arti penting kedudukan wanita baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara. Di bawah ini disebutkan tokoh-tokoh wanita yang mendukung adanya eksistensi dan legitimasi kekuasaan. Di dalam negara wanita mempunyai kedudukan sederajat dengan pria. Pada hakekatnya kaum wanita mempunyai hak yang sama dengan kaum pria dalam ikut serta melaksanakan tugas-tugas negara.
Kerajaan Kalingga memang dipimpin oleh raja wanita yang mendapat julukan sebagai narendra gung binathara, mbau denda nyakrawati, ambeg adil paramarta, memayu hayuning bawana. Di dalam masa pemerintahannya negara mengalami kemakmuran dan kebesaran atau dengan kata lain mengalami jaman keemasan. Pencuri dan penjahat dihukum mati atau dihukum berat, karena itu masyarakat merasa tenteram tidak ada gangguan suatu apapun. Rakyat dan aparat benar-benar manunggal.
Tokoh legendaris dalam peradaban sejarah wanita Jawa ditunjukkan oleh Dewi Sekartaji Galuh Condrokirono. Kraton Jenggala pernah diperintah oleh dewi Sekartaji Galuh Condrokirono pada tahun 1234 – 1261. Kerajaan yang beribukota di tepi Kalimas Sidoarjo ini mengalami masa keemasan. Boleh dikatakan keraton Jenggala sebagai negeri kang panjang punjung pasir wukir, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem, karta raharja.
Kecakapan Sri Maharatni Sekartaji Galuh Condrokirono ini membuat kasmaran Panji Asmara Bangun. Raja dari Daha ini lantas menikah yang menyatukan kerajaan Kahuripan warisan Prabu Airlangga. Dengan pernikahan Dewi Sekartaji Galuh Condrokirono dengan Panji Asmara Bangun dapat diibaratkan sebagai kumpule balung pisah. Barangkali pernikahan Mbak Kahiyang Ayu dengan Mas Bobby Nasution juga memperkuat nilai kebangsaan yang menambah persatuan dan kesatuan bumi nusantara.
Kerajaan nasional yang tampil di nusantara pernah diperankan oleh Majapahit. Di dalam pemerintahan Majapahit tercatat adanya beberapa wanita yang menduduki jabatan tertinggi yaitu raja Tribuwana Tungga Dewi Jayawisnuwardhani sebagai raja puteri yang sangat terkenal karena memerintah dengan baik dan merintis kebesaran kerajaan Majapahit. Raja Tribuwana Tungga Dewi Jayawisnuwardhani memerintah kerajaan Majapahit tahun 1308 – 1350.
Pak Jokowi gemar mempelajari keberhasilan peradaban silam. Kepada putra putrinya Pak Jokowi memberi wejangan kepada mbak Kahiyang Ayu untuk mengambil suri teladan pada tokoh-tokoh sejarah. Misalnya Prabu Hayamwuruk dan Patih Gadjah Mada yang sukses dengan Sumpah Palapa.
Masa keemasan Majapahit terus berlanjut dengan cukup mengagumkan. Di samping itu ada lagi raja puteri yaitu Dewi Suhita. Beliau memerintah Majapahit tahun 1386 – 1402. Sri Maharatu Dewi Suhita menjalin hubungan diplomasi dengan para penguasa di kawasan Asia Timur, Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Barat, Timur Tengah dan benua Afrika. Selama menjalankan hubungan diplmasi Ratu Suhita berpegang teguh pada ajaran Empu Prapanca yang menulis undang-undang Majapahit dalam kitab Negarakertagama.
Ratu Kencono Wungu memerintah kerajaan Majapahit tahun 1402 – 1404. Selama menjabat pimpinan Majapahit ratu Kencana Wungu didampingi oleh Raden Damarwulan, putra Patih Maudara. Ratu Kencono Wungu banyak mempelajari wejangan Empu Tantular yang menulis kitab Sutasoma. Hak dan kewajiban warga negara diterapkan dalam struktur birokrasi pemerintahan. Keberagaman Majapahit dijunjung tinggi, sesuai dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Pesan Pak Jokowi pada mbak Kahiyang Ayu agar selalu toleransi atas keberagaman. Keakraban warga bangsa di nusantara semakin selaras serasi dan seimbang setelah pernikahan Mbak Kahiyang Ayu dengan Mas Bobby Nasution. Kedua insan ini benar-benar menerapkan semboyan bhinneka Tungal Ika, sebagaimana dianjurkan oleh pujangga Empu tantular.
Pada jaman kerajaan Demak Bintara tampil seorang putri yang berbakat hebat namanya Kanjeng Ratu Kalinyamat. Beliau putri Sultan Trenggana Raja Demak Bintara. Kecakapannya teruji selama menjadi bupati Jepara tahun 1536 – 1559. Bupati pertama Kadipaten Jepara adalah Retna Kencana atau Nimas Ratu Kalinyamat.
Ratu Kalinyamat menikah dengan Datuk Thoyib atau Datuk Pangeran Tengku Thoyib. Sultan Trenggana memberi gelar Tengku Thoyib dengan sebutan Pangeran Hadlirin. Pernikahan putri Jepara dengan bangsawan Samudra Pasai ini, secara hakiki sama dengan pernikahan Mbak Kahiyang Ayu dengan Mas Bobby Nasution. Sebuah tali pernikahan yang berbuah kejayaan kolektif, yaitu suasana gotong royong, guyub rukun, ayem tentrem.
Keluarga Pak Jokowi dan Bu Iriana sudah terbiasa berdiskusi tentang adat istiadat yang berkembang dalam masyarakat Jawa. Bersama dengan mas Gibran Rakabuming Raka, mbak Kahiyang Ayu dan mas Kaesang Pengarep berusaha untuk mengambil suri teladan dari para leluhur. Tujuannya untuk memperoleh pemahaman atas kearifan sejarah masa lampau.
B. Pengabdian Permaisuri Raja Mataram
Kerajaan Mataram didirikan oleh Panembahan Senapati pada tahun 1582. Beliau memiliki permaisuri yang tanggung, wutuh, sepuh, ampuh. Namanya Kanjeng Ratu Waskita Jawi, putri Bupati Pati Ki Ageng Penjawi. Kotagedhe sebagai pusat pemerintahan Mataram dibangun oleh Kanjeng Ratu Waskita Jawi. Beliau istri raja yang kaya raya karena memiliki bisnis kayu jati, semen, mebel, beras pari gogo, burung perkutut dan minyak tanah.
Kanjeng Ratu Banuwati permaisuri Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati, raja Mataram tahun 1601 – 1613. Beliau putri Pangeran Benawa, cucu raja Pajang Sultan Hadiwijaya Kamidil Syah Alam Akbar. Ketika memimpin darmawanita kraton Mataram Kanjeng Ratu Banuwati menggunakan referensi serat Nitisruti karya Pangeran Karanggayam. Pujangga Pajang ini terkenal sebagai pemikir bidang kefilsafatan.
Kraton Mataram selanjutnya dipimpin oleh Sultan Agung tahun 1613 – 1645. Pendampingnya yaitu Kanjeng Ratu Batang. Keunggulannya yakni membina masyarakat dengan kearifan lokal Sastragendhing. Atas gagasan Ratu Batang melakukan reformasi kalender, yang memadukan sistem penanggalan tahun samsiah dan tahun komariyah. Kanjeng Ratu Batang menjadi tokoh tegaknya akulturasi kebudayaan.
Kanjeng Ratu Wetan dan Kanjeng Ratu Kulon adalah permaisuri Sri Susuhunan Amangkurat Agung yang memerintah Mataram tahun 1645 – 1677. Kanjeng Ratu Wetan mendapat tugas untuk mengelola pelabuhan Tanjung Emas Semarang, kawasan bisnis Pantura dan area wisata wilayah Banyumas. Sedangkan Kanjeng Ratu Kulon bertugas mengelola pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, koordinator Kadipaten Bang Wetan, dan pabrik garam Kalianget Madura. Selama mendampingi Sri Susuhunan Amangkurat Agung, peran wanita Mataram sungguh terhormat dan bermartabat.
Ketika ibukota Mataram beralih ke Kartasura, kerajaan Mataram mengalami kejayaan yang berkilauan. Sinuwun Paku Buwana I yang memerintah Mataram tahun 1708 – 1719 bekerja dengan melibatkan segala elemen masyarakat. Keunggulan sang raja ini diperkuat oleh peran sang permaisuri, Kanjeng Ratu Mas Balitar. Beliau putri Pangeran Rangga Juminah bupati Madiun.
Kanjeng Ratu Mas Balitar pernah belajar kesusasteraan kepada pujangga Samudra Pasai yang bernama Nuruddin Arraniri. Kitab Bustanu Salatin disadur dalam bahasa Jawa. pada masa pemerintahan di Kartasura ini terbitlah serat Ambiya, serat Menak dan serat Iskandar Zulkarnaen. Kerajaan Mataram menerapkan sistem wajib belajar bagi sekalian warga. Permaisuri raja Mataram mengirimkan pemuda pemudi untuk belajar sastra budaya di negeri Turki dan Mesir.
Kegiatan Istri Raja Mataram selalu menonjol dalam berbagai lapangan sosial. Kanjeng ratu Kencono adalah permaisuri Sinuwun Paku Buwana II. Beliau adalah putri Pangeran Purbaya bupati Lamongan. Istri raja ini memiliki bisnis perkapalan, pelayaran, dan perikanan di Tuban. Sukses bisnis ratu Kencono digunakan untuk membiaya kegiatan sosial kerajaan sampai relung-relung pedesaan.
Konsep kewanitaan banyak ditulis dalam kitab Jawa klasik. Misalnya serat Condrorini, serat Centhini, dan serat Piwulang Estri. Sebagai wanita kelahiran kota Surakarta tentulah mbak Kahiyang Ayu sangat akrab dengan butir-butir luhur warisan para pujangga agung. Kandungan nilai spiritual yang berkaitan dengan ajaran agama Islam tersebut dalam tembang kinanthi Serat Centhini.
Kinanthi
Yen sira winengku kakung,
ywa tilar lanjaran nguni,
tetuladan kuna-kuna,
kadising Rasullulahi,
kang amrih utamaning dyah,
antuka sawarga adi.
Kang kekal salaminipun,
langgeng boya owah gingsir,
budinen nganti sampurna,
Anyingkirana saliring,
kang wus ingaranan cacad,
tanduk tindaking pawestri.
Terjemahan:
Jika kamu telah bersuami,
janganlah kamu tinggalkan
alur ajaran-ajaran lama.
Teladan yang terdapat dalam Hadis
hanya demi keutamaan wanita,
agar dapatlah mencapai surga yang abadi,
Tak berbeda selama-lamanya,
abadi tanpa berganti-ganti.
Usahakanlah itu hingga tercapai.
Jauhkanlah dirimu dari segalanya
yang dipandang tercela
bagi tingkah laku kaum wanita.
Mbak Kahiyang Ayu terlalu akrab dengan lantunan tembang-tembang Jawa yang mengandung pembinaan tentang budi pekerti luhur. Ajaran tersebut menghendaki agar para wanita senantiasa menjunjung tinggi teladan sebagaimana yang telah dianjurkan oleh agama melalui hadis Nabi Muhammad. Khasanah sastra Jawa yang akan diangkat dalam pembahasan ini adalah sastra piwulang yaitu Serat Centhini yang ditinjau dari aspek moralnya. Berkaitan dengan nilai kemasyarakatan, Serat Centhini dalam tembang kinanthi menguraikan sebagai berikut:
Kinanthi
Tan kurang tuladan luhung,
anggon-anggoning pawestri.
Janji temen linampahan,
ingkang wus kasebut tulis,
tanggung kang padha iyasa,
yen nganti tumekeng nisthip.
Nanging kudu wruh panuju,
watek kabeneran Nini,
ywa nganggo bener kewala.
Iku angeling dumadi,
empan papan duga-duga,
tangi turu away lali.
Terjemahan:
Beragam suri teladan yang utama,
yang pantas menjadi pedoman para wanita.
Asal benar-benar dipatuhi,
segala yang tertulis
dalam ajaran para penciptanya,
tidaklah mungkin akan menemui cela.
Akan tetapi harus mengerti tujuanmu,
Pantaslah berpegang pada kebenaran,
tetapi jangan ingin benar sendiri.
Memang sulit hidup ini.
Harus tahu keadaan masyarakat,
harus ingat akan waktu,
itulah yang harus diperhatikan.
Wanita memang dianjurkan untuk berpartisipasi dalam mewujudkan tertib sosial sehingga perjalanan masyarakat tanpa gangguan dan hambatan. Para pujangga Jawa menyelipkan ajaran kemasyarakatan ini dalam karya-karyanya. Tembang kinanthi kerap dipelajari oleh Mbak Kahiyang Ayu saat belajar di bangku SD, SMP, SMA sebagai muatan lokal.
Mbak Kahiyang Ayu lahir di Surakarta pada tanggal 20 April 1991. Dari pasangan Ir H Joko Widodo dan Hj Iriana. Sedangkan Mas Bobby Nasution lahir di Tapanuli Selatan tanggal 5 Juli 1991 dari pasangan Erwin Nasution dan Ade Hanifah Siregar. Keduanya telah menjalankan biduk rumah tangga.
Perpaduan dari latar dua sub kultur kebangsaan ini, telah lahir pada tanggal 1 Agustus 2018 seorang putri cantik bernama Sedah Mirah Nasution. Sebetulnya nama Sedah Mirah pada jaman kerajaan Mataram amat terkenal. Departemen sosial kerajaan Mataram selalu dijabat oleh seorang wanita yang bernama Sedah Mirah. Dengan demikian Sedah Mirah merupakan figur historis yang amat mulia.
Kelengkapan biduk rumah tangga bertambah membahagiakan setelah kelahiran Panembahan Al Nahyan Nasution pada tanggal 11 Agustus 2020. Nama Panembahan merujuk pada pendiri kerajaan Mataram. Dengan kehadiran anak laki-laki dan perempuan ini berarti generasi penerus tetap berlanjut. Cita-cita mengabdi kepada rakyat merupakan tekad kuat. Oleh karena itu perjuangan demi masyarakat selalu dilakukan dengan penuh semangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar