MAS GIBRAN RAKABUMING RAKA
DALAM BUDAYA JAWA GAGRAG SURAKARTA
Dr. Purwadi, M.Hum; Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA, HP.087864404347
A. Lila lan Legawa Kanggo Mulyaning Negara
Nama lengkapnya Gibran Rakabuming Raka. Asma kinarya japa, bahwasanya nama itu beserta dengan japa mantra harapan. Gibran ini juga nama penyair kaliber dunia. Rakabuming mengacu pada kokohnya jagad raya. Sedangka Raka merujuk pada aspek daya pangaribawa senioritas kasepuhan.
Dalam seni pedalangan sebutan Ingkang Raka nata ing negari Dwarawati, begitu familier. Raja Dwarawati ini dianggap sangat bijaksana, ahli siasat, sakti mandraguna, waskitha ngerti sakdurunge winarah. Kita percaya bahwa Mas Gibran nyandhang asma minulya ini beserta dengan kandungan filosofis. Jumbuh kang ginayuh sembada kang sinedya.
Bapaknya seorang besar dan tenar, Ir. H. Joko Widodo. Dalam lintasan sejarah Jawa ada nama Joko Tingkir, yang penuh dengan keteladanan, keutamaan, keluhuran, keagungan. Masyarakat Jawa yang tinggal di gunung agunung, dua adua, kutha akutha mengenal Joko Tingkir dengan penuh rasa kagum. Tembang megatruh memberi deskripsi yang agung dan anggun.
Megatruh
Sigra milir sang gethek sinangga bajul
kawan dasa kang njageni
ing ngarsa miwah ing pungkur
tanapi ing kanan kering
sang gethek lampahnya alon.
Perjalanan hidup Joko Tingkir mirip dengan kisah Joko Widodo. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Ki Ageng Sela memberi bekal ngelmu satataning panembah jati. Ki Ageng Banyubiru memberi wejangan kawruh kasampurnan. Sabar sebagai penguasa, syukur sebagai rakyat. Wulangan lahir batin demi diusahakan murih padhanging sasmita.
Joko Tingkir atau Mas Karebet dibimbing oleh Ki Ageng Butuh yang mengajarkan jroning urip ana urup, jroning urup ana urip kang sejati. Itulah puncak rasa jati, sari rasa jati, sarira sajati. Sari rasa tunggal, sarira satunggal, naga sari tunggal, nagara satunggal sebagaimana ungkapan Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan kenegaraan yang sangat dihayati oleh Ir. H. Joko Widodo. Lila lan legawa kanggo mulyaning negara.
Sarjana winasis yang terdiri dari Ki Ageng Panjawi, Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Juru Martani, Ki Ageng Karanglo, Ki Ageng Pringapus, Ki Ageng Giring menjadi penyokong utama Joko Tingkir. Berkat jiwa kebangsaan dan sifat kerakyatan pada tahun 1546 Joko Tingkir dinobatkan menjadi raja Kraton Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Joko Tingkir dan Joko Widodo mengutamakan konsep labuh labet.
Trahing kusuma, rembesing madu, wijining amaratapa, tedhaking andana warih. Semangat kebangsaan ini tentu mengalir dalam tubuh Mas Gibran. Kacang ora ninggal lanjaran, perjuangan Ir. H. Joko Widodo diteruskan oleh Mas Gibran Rakabuming Raka dengan sepenuh hati. Konsep kebangsaan dan kerakyatan menjadi landasan pergaulan. Budi luhur kulinakna, watak asor singkirana.
Peran sang ibu tentu juga besar pada kepribadian Mas Gibran. Ibu Iriana Joko Widodo ibarat mustikaning putri, tetungguling widodari. Beliau memang ayu hayu rahayu. Ibunya Mas Gibran ini telah menjadi warangka keluarga Joko Widodo. Warangka manjing curiga. Dengan selamat sentosa Bu Iriana mengantarkan ke depan pintu gerbang kejayaan.
Siji garising pasthi, loro temune jodho, telu tumurune wahyu, papat mundhaking pangkat, lima tibaning begja. Mas Gibran Rakabuming Raka lahir di Surakarta pada tanggal 1 Oktober 1987. Bertemu jodoh dengan Mbak Selvi Ananda, melahirkan Jan Ethes Srinarendra dan Lembah Manah. Lengkap sudah kawibawan, kamulyan, kabagyan, pasangan Joko Widodo dan Iriana.
Kehadiran Bobby Nasution yang berjodoh dengan Kahiyang Ayu membuktikan jalur pluralisme. Joko Widodo punya menantu orang Batak memperkokoh praktek keberagaman keluarga. Kaesang Pengarep adalah adik bungsu Gibran. Semua anggota trah Joko Widodo saiyek saeka praya, mendukung penuh langkah Mas Gibran. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Siaga ing diri sawega ing gati, gotong royong lan gugur gunung murih arum kuncarane negari.
Gugur Gunung
Ayo kanca ayo kanca ngayahi karyaning praja
Kono-kene kono-kene gugur gunung tandang gawe
Sayuk sayuk rukun bebarengan ro kancane
Lila lan legawa kanggo mulyaning negara
Siji loro telu papat bareng maju papat-papat
Diulang-ulungake murih enggal rampunge
Holopis kuntul baris holopis kuntul baris
Holopis kuntul baris holopis kuntul baris
B. Andhap Asor Wani Ngalah Luhur Wekasane
Kota Surakarta merupakan bumi kelahiran Mas Gibran. Sura berarti berani, Karta berarti berkarya. Hidup di lingkungan kota Surakarta seharusnya berani untuk berkarya. Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Wong Solo paham benar arti wirya arta winasis.
Dalam kawruh kejawen diajarkan unggah ungguhing basa, kasar alusing rasa, jugar genturing tapa. Leluhur Surakarta memberi wejangan tentang pentingnya seseorang memiliki wirya arta winasis. Wirya kekuasaan, arta keuangan, winasis kepandaian. Ketiganya diterangkan dalam bait pangkur dengan begitu indahnya.
Pangkur
Kang mangkono iku tandha
Yen janma diweruh wajibing urip
Nggugu wulang nut ing kukum
Tetep nora kamalan
Arep mangan gelem nyambut karyanipun
Kang utang esah sanyata
Kang kalal ing lahir batin.
Bonggan kang tan merlokena
Mungguh ugering ngaurip
Uripe lan tri prakara
Wirya arta tri winasis
Kalamun kongsi sepi
Saka wilangan tetelu
Telas tilasing janma
Aji godhong jati aking
Temah papa papariman ngulandara.
Priyayi Solo menghayati benar makna pentingnya wirya arta winasis. Hal ini sebagai cara untuk meningkatkan kualitas kerja dan produktifitas karya. Pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan mendatangkan kesejahteraan. Keluarga mas Gibran memahami benar etos kerja serta semangat berkreatifitas. Orang hidup sudah sepatutnya mempunyai ketrampilan, kepandaian, dan kekayaan. Dengan harapan dirinya akan diperhitungkan dalam pergaulan. Dengan belajar dan bekerja tekun seseorang akan dihormati.
Wirya arta winasis, ketiganya berfungsi sosial, yakni memayu hayuning bawana, mangasah mingising budi, memasuh malaning bumi. Amemangun karyenak tyasing sesama. Antar sesama hidup perlu kerja sama dan gotong royong yang saling menguntungkan. Welas asih marang sapadha-padha.
Dasar-dasar kebudayaan dihayati benar oleh Mas Gibran Rakabuming Raka. Beliau selalu ingat wejangan Kanjeng Sunan Kalijaga lewat cerita pedalangan. Pemimpin harus menjunjung tinggi etika ber budi bawa laksana. Maknanya seorang pemimpin hendaknya dekat dengan rakyat, mau sambang sambung, sawang srawung, tulung tinulung. Di depan rakyat jangan sampai adigang adigung adiguna. Keteladanan dari Joko Widodo dengan sikap andhap asor wani ngalah luhur wekasane.
Cakepan waranggana sering mengumandangkan ungkapan titenana wong cidra mangsa langgenga, yang mengisyaratkan supaya manusia punya loyalitas dan dedikasi. Sikap rendah hati gagrag Solo sudah mengakar kuat di hati sanubari masyarakat. Setiap ada acara macapatan, kerap terdengar lantunan tembang mijil. Isinya tentang sopan santun tata krama.
Mijil
Dedalane guna lawan sekti
kudu andhap asor
wani ngalah luhur wekasane
tumungkula yen dipun dukani
bapang den simpangi
ana catur mungkur.
Kepemimpinan yang humanis kultural itu sudah dilaksanakan oleh Ir. H. Joko Widodo. Mas Gibran tinggal melanjutkan dengan penuh kehati-hatian. Baik kiranya menggunakan ajaran trilogi berikut. Rumangsa melu handarbeni, rumangsa wajib hangrungkebi, mulat sarira hangrasa wani.
Dibangunnya infrastruktur di seluruh pelosok tanah air adalah karya nyata. Ir.H. Joko Widodo bertekad kuat untuk melakukan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Mas Gibran mempunyai kewajiban meneruskan perjuangan luhur sang ayah. Mendhem jero mikul dhuwur, dengan tiada kenal lelah mengabdi pada ibu pertiwi.
Surakarta, Jakarta Indonesia adalah jalur pengabdian. Dari Surakarta tingkah laku pemimpin disaksikan gunung Lawu, gunung Kendheng, gunung Merapi, gunung Merbabu dan gunung Sewu. Air mengalir dari umbul Cokro dan umbul Pengging bertemu di Kali Larangan. Bersama-sama mengalir ke kota Solo dan bergabung di Bengawan Solo. Tepat sekali komponis besar, Gesang yang telah dikenal di seluruh dunia.
Bengawan Solo
Bengawan Solo, riwayatmu ini,
sedari dulu jadi perhatian insani
musim kemarau, tak brapa airmu
di musim hujan air meluap sampai jauh.
Mata airmu dari Solo terkurung gunung Seribu
Air mengalir sampai jauh akhirnya ke laut.
Itu perahu riwayatnya dulu
Kaum dagang selalu naik itu perahu.
Bengawan Solo menampung aliran air dari 20 kabupaten. Panjangnya melampaui wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dulu berguna untuk alat transportasi. Para pedagang hilir mudik. Berbahagialah warga Solo yang memiliki sumber mata air yang jernih. Kejernihan air yang mengalir di Solo selaras dengan keplek ilat atau wisata kuliner. Mas Gibran turun ke lapangan demi mewujudkan Solo sebagai pusatnya wisata kuliner. Semangat untuk mengembangkan wisata kuliner ini berarti juga mengembangkan mutu industri ekonomi kretif.
Peluang usaha dilakukan dengan sangat tepat dan cepat oleh mas Gibran, demi berputarnya roda perekonomian. Pusat perekonomian di kota Solo setiap saat berkembang pesat. Perdaganan, pertanian, perkebunan, kerajinan, berlangsung terus menerus. Pagi siang sore malam kota Solo selalu sibuk beraktifitas, sesuai dengan ungkapan estetis tembang Solo Berseri : bersih sehat rapi indah.
Solo Berseri
Berseri berseri bersih sehat rapi indah
Pancen nyata pra kanca kanggo srana
Mujudake Surakarta kutha budaya
Pariwisata lan olah raga
Wus misuwur sedulur njaban rangkah
Wus genah ngondhangake kutha Sala tanpa nendra
Dadya budayane bangsa mrih kuncara
Berseri berseri bersih sehat rapi indah
Mas Gibran Rakabuming Raka kerap mendengar kumandangnya lelagon Solo Berseri : bersih sehat rapi indah. Kota Surakarta terkenal sebagai pusat budaya Jawa. Di sana tersedia berbagai macam produk seni dan kerajinan. Cocok untuk tujuan wisata. Surakarta harus dijaga kelestariannya demi menjaga kualitas kebudayaan. Berseri merupakan singkatan bersih sehat rapi indah. Penduduk timur kali Opak memiliki orientasi spiritual kota Surakarta. Kita jaga supaya Surakarta tetap menjadi sumber budaya. Bengawan Solo yang mengalir jauh menjadi tanda jauh dan luasnya pengaruh keagungan budaya gagrag Surakarta.
Pasar Gedhe, Pasar Klewer, Pasar Legi menjadi kawah candradimuka bagi Mas Gibran Rakabuming Raka. Dari tempat yang dekat Mas Gibran belajar dan menerapkan konsep ekonomi kerakyatan. Lamat-lamat Mas Gibran sering meresapi janturan wayang purwa secara tulus. Janturan pedalangan ini dijadikan mas Gibran Rakabuming Raka untuk mengabdi pada nusa dan bangsa agar terwujud, negara kang panjang punjung pasir wukir, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar