Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum.
Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara (LOKANTARA)
A. Asal Usul Nama Sukabumi
Sukabumi berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu suka dan bumi. Istilah lain dari suka yaitu senang, bahagia, gembira, keadaan yang cerah, suasana yang cerah ceria, bangga, berseri-seri. Bumi memiliki padanan kata, yaitu pertiwi, tanah, siti, bantala, pertala, kisma, lemah, buana, jagat.
Pengertian tentang Sukabumi tersebut diungkapkan oleh Raden Adipati Aria Suriakusuma pada tanggal 10 September 1870. Turut hadir dalam pidato penobatan RAA Suriakusuma utusan dari Kadipaten Bang Wetan yang diwakili Tumenggung Sosronagoro. Berkenan hadir Sultan Raja Atmaja Rajaningrat, dari Kasultanan Cirebon. Duduk sederet dengan Sultan Cirebon adalah Kanjeng Sinuwun Paku Buwana IX, raja Karaton Surakarta Hadiningrat. Mereka datang untuk memberi doa restu dan ucapan selamat atas terbentuknya kabupaten Sukabumi.
Raden Adipati ARia Suriakusuma dikenal sebagai pemimpin yang rendah hati, ramah tamah, cekatan, pintar, cerdas, trampil, berwibawa, berwawasan luas, merakyat, rajin, tekun, berbudi luhur, cakap, cukup, berpengalaman. Beliau pernah belajar sebagai Direktur Perkebunan Kelapa Sawit di daerah Pegajahan Deli Serdang. Selama bertugas antara tahun 1863 – 1868 Suriakusuma berhasil memajukan perkebunan kelapa sawit. Keuntungan berlimpah ruah. Perusahaan memiliki kas laba yang besar.
Sultan Mahmud Al Rasyid raja Kasultanan Deli Serdang berhubungan erat dengan Adipati Aria Suriakusuma. Raja Deli Serdang dengan istana Maimun merupakan penguasa kaya raya. Hubungan baik ini berlanjut pada tahun 1871. Sultan Mahmud Al Rasyid berkunjung ke Sukabumi. Singkat kata pada tahun 1871 berkembang pesat perkebunan di Sukabumi. Sepanjang Gunung Gede, gunung Halimunb, gunung Salak, gunung Pangrango tumbuh subur ragam hayati. Sultan Mahmud Al Rasyid membantu pembangunan kota Pelabuhan Ratu. Sebagai ibukota Sukabumi yang selalu tampil menawan.
Terpilihnya Raden Adipati ARia Suriakusuma berkaitan dengan asal usulnya yang berasal dari kerajaan Pajajaran. Dari garis bapaknya mengalir darah kepemimpinan Kanjeng Sinuwun Prabu Siliwangi. Kujang adalah pusaka kerajaan Pajajaran yang masih tersimpan di kabupaten Sukabumi. Dari garis ibunya, Aria Suriakusuma masih keturunan Prabu Mundingsari, raja Galuh. Jelas sekali Raden Adipati Aria Suriakusuma keturunan bangsawan tinggi.
Dalam bidang ilmu kanuragan guna kasantikan, Aria Suriakusuma termasuk pejabat yang sakti mandraguna. Beliau suka melakukan tapa brata di puncak gunung. Setiap bulan Sura beliau bermeditasi di gunung Sangga Buana. Menjelang bulan Puasa Aria Suriakusuma melakukan kegiatan spiritual dengan berendam di sungai Cimandiri dan sungai Cikaso. Dari hulu ke hilir beliau menghanyutkan badan agar mendapatkan ketajaman batin.
Kepemimpinan Sukabumi dilanjutkan oleh Raden Adipati Aria Surianegara sejak tanggal 13 Januari 1882. Beberapa bulan setelah pelantikan sebagai bupati Sukabumi, Aria Surianegara meresmikan stasiun kereta api. Dalam peresmian ini hadir perdana menteri Karaton Surakarta, Sosrodiningrat IV. Rakyat Sukabumi bergembira ria. Jalur kereta api dari stasiun Sukabumi terhubung dengan jalur Jawa Tengah, Jawa Timur. Transportasi menjadi sangat lancar.
B. Perkembangan Kabupaten Sukabumi
Pada tanggal 25 April 1894 Raden Adipati Aria Suriawijaya memimpin kabupaten Sukabumi. Beliau pernah belajar di Tamasek Singapura bersama Kusumo Utoyo, Bupati Jepara. Pada masa kepemimpinan Aria Suriawijaya ini dibangun kantor Kabupaten Sukabumi yang megah, mewah, indah. Pembangunan kompleks kantor kabupaten melibatkan ahli ukir-ukiran Jepara, ahli marmer Tulungagung dan ahli kayu jati Cepu.
Atas saran Tumenggung Kusumo Utoyo pendopo kabupaten Sukabumi menggunakan kayu jati terpilih. Raden Adipati Aria Suriawijaya lantas memborong kayu jati berkualitas bagus dari daerah Ngawi, Blora, Bojonegoro. Kayu jati yang membawa nasib beruntung yaitu :
1. Jati Trajumas
Kayu jati ini membuat penghuni kebanjiran rejeki. Anak turun menjadi orang kaya, harta berlimpah ruah.
2. Jati Molo
Pemilik bangunan jati Molo akan mendapat pangkat, derajat, semat. Jati Molo cocok untuk bangsawan berpangkat.
3. Jati Tunjung
Kayu jati ini bisa membuat penghuni mendapat kejayaan, kehormatan dan kebahagiaan. Pemilik kayu jati Tunjung membuat gengsi dan prestise terjaga, status sosial menjadi terpandang.
4. Kayu Jati Uger-uger
Jati uger-uger membuat pemiliknya mendapat suasana damai, tentram, tenang, sejuk, guyub, rukun. Cocok untuk perkakas rumah tangga.
5. Jati Pandawa
Kayu jati Pandawa cocok untuk menata kekuatan. Pemiliknya akan bertambah wibawa. Di mata masyarakat dianggap kuat perkasa.
6. Kayu jati Gendam
Kayu jati Gendam ini membuat pemilik bangunan banyak teman, dikasihi saudara, dihormati oleh handai taulan. Cocok untuk penggalangan massa.
7. Jati Monggang
Kayu jati Monggang dapat digunakan untuk mempererat pengikut. Pemilik amat ditaati oleh bawahan. Aura pemilik terpancar, sehingga orang mendukung segala gagasan.
8. Jati Gendhong
Jati Gendhong berguna untuk sarana mobilitas sosial. Cita-cita akan segera tercapai. Keinginan bisa terwujud.
9. Jati Gadu
Kayu jati Gadu berguna untuk membuat ternak berkembang biak. Bagi peternak kayu jati Gadu bisa mempercepat kekayaan.
Begitulah saran Tumenggung Kusumo Utoyo kepada Aria Suriawijaya pada tahun 1906. Dua Bupati yang amat akrab ini menjadi pelopor pergerakan Budi Utomo tahun 1908. Bupati Sukabumi turut serta dalam mendirikan Budi Utomo. Pada tahun 1909 Raden Adipati Aria Suriawijaya ditetapkan sebagai ketua cabang Budi Utomo untuk wilayah Sukabumi.
Pimpinan Sukabumi memang berjuang dalam lapangan pendidikan dan organisasi sosial. Misalnya Raden Adipati Suriawinata, pada tahun 1912 juga aktif dalam Syarikat Islam di Surakarta. Beliau berkawan akrab dengan HOS Cokroaminoto. Bupati Sukabumi ini menjadi ketua cabang untuk wilayah Sukabumi dan sekitarnya. Haji Samanhudi membantu Raden Adipati Aria Suriawinata dalam bidang pendanaan.
Kabupaten Sukabumi semakin maju pada masa pemerintahan Raden Adipati Aria Surianatabrata. Beliau dilantik pada tanggal 1 Juni 1921. Bupati Sukabumi ini terkenal sebagai pemimpin yang sadar literasi. Beliau berkawan akrab dengan Marah Rusli, pengarang Roman Siti Nurbaya. Berkat kedekatan ini para pengarang Balai Pustaka diundang ceramah di pendopo Sukabumi tahun 1923. Mereka adalah Merari Siregar, Abdul Muis, Sutan Pamuncak. Aparat di kabupaten Sukabumi diharap untuk membaca karya sastra.
Perjuangan dalam lapangan budaya ini diteruskan oleh Raden Adipati Aria Suriadanuningrat. Beliau ini termasuk Bupati Sukabumi yang berpikiran maju. Dalam lintasan sejarah budaya Aria Suriadanuningrat beraliran humanisme universal. Maka beliau berkawan akrab dengan tokoh Pujangga Baru. Sutan Takdir Alisyahbana, Armyn Pane, Sanusi Pane, Amir Hamzah, YE Tatengkeng kerap diundang untuk ceramah di pendopo Kabupaten Sukabumi. Inilah bentuk kesadaran literasi.
Seminar kesusasteraan Melayu, Jawa, Sunda, yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten Sukabumi terjadi pada tanggal 16 Juli 1932. Raden Adipati Aria Suriadanuningrat juga mengadakan lomba mengarang dan baca puisi. Peserta terdiri dari para praktisi, seniman, budayawan, pemuda, pejabat, pendidik. Mereka diharapkan menjadi insan yang menjunjung tinggi nilai kearifan lokal.
C. Para Bupati Sukabumi yang Mulia dan Wibawa
1. RAA Suriakusuma 1870 – 1882
2. RAA Surianegara 1882 – 1894
3. RAA Suriawijaya 1894 – 1910
4. RAA Suriawinata 1910 – 1921
5. RAA Surianatabrata 1921 – 1930
6. RAA Suriadanuningrat 1930 – 1943
7. RAA Tirta Suyatna 1943 - 1945
8. Mr. Haroen 1945 – 1947
9. RAA Soeriadanoeningrat 1947 – 1950
10. RA Widjajasoeria 1950 – 1958
11. RA Abdoerachman Soeriatanoewidjaja 1958 – 1959
12. R. Koedi Soeriadihardja 1959 – 1967
13. AKBP H. Anwari 1967 – 1978
14. Drs. H.M.A. Zaenuddin 1978 – 1983
15. Dr. H. Ragam Santika 1983 – 1989
16. Ir. H. Muhammad 1989 – 1994
17. Drs. H. U. Moch. Muchtar 1994 – 1999
18. Drs. H. Maman Sulaeman 2000 – 2005
19. Drs. H. Sukmawijaya, MM 2005 – 2015
20. Achdiat Supratman 2015 - 2016
21. Drs. H. Marwan Hamami, M.M. 2016 - 2021
Pidato pelantikan para Bupati Sukabumi selalu memberi rasa nyaman, aman, ayem, tentrem pada sekalian warga. Mereka menjadi contoh pemimpin yang selalu memberi harapan, agar warga hidup makmur sejahtera. Seluruh warga Sukabumi diharapkan tetap cukup sandang pangan papan. Para bupati dan rakyat bersatu padu demi mewujudkan cita-cita mulia.
Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi warga Sukabumi dilandasi oleh sikap rajin bekerja. Mereka lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Jiwa kebangsaan tertanam sejak jaman kerajaan Siliwangi, kerajaan Galuh dan kerajaan Tarumanegara. Nenek moyang dan leluhur Sukabumi telah mewariskan nilai keteladanan.
Dalam kehidupan pada masa pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, warga Sukabumi selalu hadir untuk memberi sumbangsih. Tenaga dan pikiran disumbangkan buat kemajuan ibu pertiwi. Semangat kebersamaan warga Sukabumi menjadi pengokoh kepribadian bangsa dan jatidiri budaya nasional.
Ditulis oleh Dr. Purwadi, M.Hum, 26 Agustus 2020
Jl. Kakap Raya 36 Minomartani Yogyakarta, hp. 087864404743
Tidak ada komentar:
Posting Komentar