Sabtu, 27 Februari 2021

SEJARAH PRABU SILIWANGI

SEJARAH PRABU SILIWANGI. 

Oleh: Dr. Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA
Hp: 0878 6440 4347. 

A. Berdirinya Istana di Tanah Pasundan. 

Amat berbahagia warga Pasundan punya tokoh hebat dalam sejarah. Beliau adalah Maharaja Prabu Siliwangi. Raja Pajajaran terkenal sebagai pribadi paripurna. 

Pembangunan kota Bandung atas jasa baik Prabu Siliwangi. Nama Bandung berasal dari dua kata, Bantuan dan Mendung. Bantuan terkait dengan pertolongan dari Tuhan. Mendung merupakan suasana yang sedang gelap gulita. Tidak selamanya langit mendung, berarti suasana duka suatu saat pasti berganti. Ada harapan untuk menanti keadaan yang lebih gemilang. Bandung berarti keyakinan masyarakat ter-hadap bantuan Tuhan untuk mendapati cuaca mendung.

Ajaran leluhur bikin hidup teratur. Nasib rakyat jadi mujur. Sesungguhnya di balik kesempitan pasti beserta dengan kesempatan. Anugerah yang berlimpah ruah ini betul-betul dihayati oleh Kanjeng Sinuwun Prabu Siliwangi pada tanggal 9 Muharam atau 20 April 1333.

 Nasihat luhur ini diungkapkan oleh Prabu Siliwangi ketika dinobatkan sebagai raja agung di kerajaan Pajajaran. Pidato pengukuhan sebagai pimpinan tertinggi kraton Siliwangi sungguh menggetarkan hati. Segenap hadirin tak kuasa menahan air mata. Raja Pajajaran ibarat Batara Wisnu yang menjelma di madyapada untuk menaburkan kesejahteraan pada alam.

Berkenan hadir dalam upacara penobatan Prabu Siliwangi, yaitu para raja di kawasan Nusantara, Asia Tengah, Asia Selatan dan Asia Barat. Sultan Al Malik Azh Zhahir mewakili kerajaan Samudra Pasai. 

Ratu Putri Tribhuana Tungga Dewi Jaya Wisnumurti mewakili kerajaan Majapahit. Panji Asmarabangun mewakili kerajaan Daha. Sekartaji Galuh Candrakirana mewakili kerajaan Jenggala. Prabu Indrajaya Balaputradewa mewakili kerajaan Sriwijaya. Prabu Maharaja Bonisora mewakili kerajaan Galuh. Komala Pulu mewakili kerajaan Ternate. Sultan kolano Syahjati mewakili kerajaan Tidore. Maharaja Indera Mulia mewakili kerajaan Kutai Martapura. Srimat Sri Suruaso Udaya Adityawarman mewakili kerajaan Pagaruyung.

Selain raja sahabat Nusantara, hadir pula Sultan Alaeddin Pasha. Kehadirannya mewakili Kasultanan Utsmaniyah Turki yang memerintah sejak tahun 1320. Raja diraja yang berpusat di Konstatinopel ini memang termashur di seluruh dunia. Kehadiran Sultan Alaeddin Pasha membanggakan warga Pasundan. Tentu pengawalan super ketat. Sejak tiba di pelabuhan Tanjung Priok, raja Turki mendapat pengawalan khusus dari Bregada Prajurit Langen Astra, Prajurit Surageni, Prajurit Jayeng Astra dan Prajurit Jagasura.

Upacara penobatan Prabu Siliwangi berlangsung megah, mewah, meriah, indah. Lantas dilakukan kirab keliling kota Bandung. Sepanjang jalan berkibar bendera gula klapa, rontek, umbul-umbul. Rakyat berduyun-duyun dari segala penjuru. Penjual peuyeum laris manis. Para raja turut kirab dengan naik kereta Paksi Kencana, kereta Paksi Kumala, kereta Paksi Retna, kereta Jati Nugraha, kereta Jati Wiwaha. Semua kereta ditarik delapan kuda pilihan dari Sumbawa.

Gagah benar penampilan Prabu Siliwangi. Beliau menggunakan busana kebesaran tedak loji dengan selempang tanda-tanda kebesaran. Yakni berupa bintang-bintang kerajaan, nganggar pusaka warangka gayaman. Raja Pajajaran ber-busana sikepan ageng, kuluk panunggul, atela hitam, dasi model kupu-kupu, sikepan tritis bersulam benang emas, nyamping parang curiga latar putih, jarik ngumbar kunca, kampuh blenggen rumbai dua. Para pegawai istana menggunakan busana makutha, matak, kastur, destar, celana, pasikon, kepuh, dan ukup.

Putra-putri Pajajaran menggunakan aneka ragam perhiasan. Ada kalung, subang, tusuk konde, gelang, bros, cincin, semyok, sengkang, susuk.
 Busana keputren meliputi: sabuk-wala, pinjung kencong, ukel sanggul, kampuhan gendalagiren, dodotan, klembrehan, sengkelat, janur slepe, jungkat, kukar, limaran, cinde, cunduk jungkat, kebaya, rasukan janggan, jarik wiron, gendala giri, peserta kirab berbusana serba gemerlap.

Dua tahun kemudian yaitu tanggal 20 April 1335 istana Pajajaran dibangun lebih cantik. Prabu Siliwangi mendatangkan kayu jati dari Cepu, semen dari Gresik, marmer dari Tulungagung. Juru ukir terpilih didatangkan dari Jepara. Tukang pahat batu dari Muntilan, ahli relief dari Prambanan. Pakar bangunan terpilih diundang ke Priangan Bandung. Hari ulang tahun kerajaan Pajajaran, ini dilakukan secara istimewa.

Bangunan karaton Pajajaran terdiri dari gladag, pamu-rakan, alun-alun, ringin kurung, pagelaran, sasana sumewa, sitinggil, kori mangu, kori brajanala, kori kamandungan, sri manganti, dalem ageng, kedaton, prabasuyasa, bala angun-angun, untarasana, paningrat, smarakata, bale marcukunda. Komposisi dibuat amat serasi. 

Bangunan istana lain yaitu gondorasan, bangsal pengrawit, singgasana, manguntur tangkil, talangpati, banoncinawi, keputren, tratak rambat, kepatihan, sasana handrawina, langen boga, sasana mulya, sasana krida dan bangsal manis. Masing masing punya fungsi. 

Pembangunan mental spiritual dilakukan penguasa Pajajaran. Agar rakyat sejahtera lahir batin. Makanya Prabu Siliwangi gemar bertapa di puncak gunung dan tepi samudra raya. 

B. Meditasi di Gunung Tangkuban Prahu. 

Gunung Tangkuban Prahu menjadi tempat meditasi bagi Prabu Siliwangi. Dengan tujuan supaya mendapat ketajaman spiritual. 

Masyarakat Bandung sungguh berbahagia mendapat warisan mulia dari Prabu Siliwangi. Kerajaan Pajajaran berkembang menjadi negeri aman damai, makmur sejahtera, termashur wibawa, murah sandang pangan papan. Prabu Siliwangi memerintah dengan arif bijaksana. Keadilan dan hukum dijunjung tinggi. Birokrasi dibina demi mengutamakan pelayanan.

Pada ulang tahun yang kelima, yakni pada tanggal 20 April 1338 Kerajaan Pajajaran memberi hadiah seni Jajar Agung kepada para budayawan. Prestasi para seniman dan budayawan dihargai oleh Prabu Siliwangi. Mereka diundang ke istana. Penghargaan seni Jajar Agung tentu mendorong para seniman budayawan untuk terus berkarya. Penetapan se-niman berprestasi melalui seleksi yang ketat. Prabu Siliwangi menghendaki unsur obyektivitas dalam seleksi. Tidak ada rekayasa. Itulah keteladanan Prabu Siliwangi yang mulia dan agung.

Bandung adalah bantuan untuk mengatasi suasana mendung. Prinsip ini diterapkan semasa kepemimpinan Prabu Siliwangi. Kerajaan Pajajaran mampu mewujudkan rasa bangga di kalangan warga Pasundan. Rakyat Pajajaran yang tinggal di pegunungan, pedesaan dan perkotaan amat memuja keluhuran budi Prabu Siliwangi. Terlebih-lebih bagi warga jelata yang serba kekurangan, senantiasa mendapat bantuan dan pertolongan dari raja Pajajaran. Prabu Siliwangi tidak pernah pilih kasih.

Raja Pajajaran memang sakti mandraguna. Beliau pernah bertapa di puncak Gunung Tangkuban Perahu. Perlengkapan semedi dibawa oleh pegawai istana yang tergabung dalam lembaga sasana padupan. Mereka membawa dupa, kemenyan, ratus, minyak wangi srimpi, kembang telon, kembang piton. Prabu Siliwangi duduk bersila memuja kepada Tuhan. Meditasi Prabu Siliwangi juga dilakukan di puncak gunung Malabar setiap bulan Sura. Raja Siliwangi ini juga tapa kidang, tapa kalong, tapa api dan tapa air.

Ibukota Pajajaran pindah ke Bogor pada tanggal 3 Juni 1482. Raja Pajajaran dipegang oleh Sri Baduga Maharaja. Sedangkan kota Priangan Bandung dikelola oleh Dipati Ukur. Wilayahnya lantas disebut dengan Kadipaten Tatar Ukur. Kerajaan Pajajaran tetap membawahi kadipaten Tatar Ukur. Para penguasa baru juga gemar semedi dengan tapa ngeli di sungai Citarum.

Dalam perjalanannya kerajaan Pajajaran berganti nama menjadi kerajaan Sumedang Larang pada tahun 1580. Rajanya bernama Kanjeng Sinuwun Prabu Geusan Ulun. Pemimpin kerajaan Sumedang Larang ini bersahabat erat dengan Panembahan Senopati raja Mataram yang memiliki istri Kanjeng Ratu Kidul. Penguasa Laut Selatan ini membantu kerajaan Sumedang Larang.

Hubungan kerajaan Mataram dengan kerajaan Sumedang Larang berjalan sangat harmonis. Pada tahun 1620 Sul-tan Agung berkunjung ke Sumedang Larang. Kedatangan raja Mataram disambut hangat oleh Prabu Suriadiwangsa, pimpinan Sumedang Larang. Sultan Agung memberi gelar Raden Suriadiwangsa dengan sebutan Pangeran Rangga Kusuma-dinata. Pada tahun 1624 Pangeran Rangga Kusumadinata berkunjung ke Sampang Madura.

Pada tahun 1632 Priangan Bandung dipimpin oleh Pangeran Dipati Rangga Gede. Pelantikan Bupati Bandung pada tanggal 20 April 1632, melanjutkan tradisi luhur yang diwariskan oleh Prabu Siliwangi. Hari bersejarah ini juga bersamaan dengan ulang tahun kabupaten Bandung, kabupaten Parakan Muncang dan kabupaten Sukapura.

Kabupaten Bandung pada tahun 1641 dipimpin oleh Tumenggung Wira Angu-angun. Beliau menjabat Bupati Ban-dung tahun 1641 – 1681. Penggantinya bernama Tumenggung Ardi Kusumah tahun 1681 – 1704. Beliau bersahabat erat dengan Sinuwun Amangkurat Amral yang menjadi raja Mataram Kartasura. Raden Ardinata menjabat Bupati Bandung tahun 1704 – 1747.

 Lantas dilanjutkan oleh Adipati Ha-tapraja tahun 1707 – 1763. Pangeran Anggadireja menjabat Bupati tahun 1763 – 1794. Selanjutnya para penguasa Bandung menjalin kekerabatan dengan kerajaan Mataram. Bandung bertambah jaya, makmur dan tersohor.

Para pemimpin Pasundan mendapat tuntunan dari pembesar Pajajaran. Sejarah agung selalu menawarkan solusi atas beragam situasi. 
 
C. Negeri Pajajaran Memberi Tuntunan Demi Kemuliaan Warga Pasundan. 

1. Tumenggung Wiraangunangun 1632 – 1681
2. Tumenggung Ardikusumah 1681 – 1704
3. Tumenggung Anggadireja I 1704 – 1747
4. Tumenggung Anggadireja II 1747 – 1763
5. R. Wiranatakusumah I 1769 – 1794
6. RA. Wiranatakusumah II 1794 – 1829
7. R. Wiranatakusumah III 1829 – 1846
8. R. Wiranatakusumah IV 1846 – 1874
9. R.A Kusumahdilaga  1874 – 1893
10. R.A.A Martanegara 1893 - 1918
11. R.H.A.A Wiranatakusumah V 1920 – 1931
12. R.T Hasan Sumadipraja 1931 – 1935
13. R.H.A.A Wiranatakusumah V 1935 – 1945
14. R.T.E Suriaputra 1945 – 1947
15. R.T.M Wiranatakusumah VI 1947 – 1956
16. R. Apandi Wiradiputra 1956 – 1957
17. R. Godjali Gandawidura 1957 – 1960
18. R. Memed Ardiwilagaa B.A. 1960 – 1967
19. Masturi 1967 – 1969
20. R.H Lily Sumantri 1969 – 1975
21. Sani Lupias Abdurachman 1980 – 1985
22. Cherman Effendi 1985 – 1990
23. H.U. Hatta Djatipermanaa, S.Ip 1990 – 2000
24. H. Obar Sobarna S.Ip 2000 – 2010
25. H. Dadang M. Nasser 2010 – 2015
26. Perry Suparman (Penjabat) 2015 – 2016
27. H. Dadang M. Nasser 2016 – 2021

Perjuangan para Bupati Bandung penuh dengan nilai keutamaan, kebajikan dan keteladanan. Mereka adalah pemimpin tangguh, utuh, sepuh, berpengaruh. Gagasan Prabu Siliwangi menjadi inspirasi mereka untuk menjalankan pengabdian. Kerajaan Pajajaran memberi bukti nyata atas keberhasilan masa silam.

Keunggulan Bupati Ardi Kusumah terletak pada kemampuan membuat tata kota. Pada tahun 1683 diundang Sinuwun Amangkurat Amral untuk menata pertamanan di Kartasura. Bupati Bandung ini punya selera estetika yang sangat tinggi. Perpaduan pepohonan dan bentuk bangunan terlihat asri berkat sentuhan tangan Tumenggung Ardi Kusumah.

Kanjeng Ratu Mas Balitar pada tahun 1716 menyelenggarakan pelatihan menyusun tareh Nabi. Bupati Bandung Tumenggung Angga Direja I mengirim siswa-siswi untuk belajar sastra budaya di Kartasura. Program ini berlanjut pada tahun 1805 ketika Raden Ajeng Sukaptinah mengadakan kursus serat Wulangreh. Sedang para ibu-ibu dari Bandung diundang ke Laweyan untuk belajar batik motif sidomukti, parang dan truntum.

Raden Wirana Kusumah IV pada tahun 1870 diundang ke Madiun. Beliau turut mendukung pembangunan rel kereta api di seluruh tanah Jawa. Para kepala daerah berkumpul untuk membahas sistem transportasi massal yang mudah dan murah. Adipati Martanagara pada tahun 1912 diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan manajemen perkebunan di daerah Kembang Semarang dan Ampel Boyolali. Rom-bongan Bandung mendapat pengetahuan tentang budidaya kopi.

Bupati Bandung, Raden Tumenggung Hasan Sumadipraja pada tahun 1932 mengikuti pelatihan manajemen industri logam di Bekonang. Kegiatan ini atas undangan Sinuwun Paku Buwana X, raja Karaton Surakarta Hadiningrat. Kegiatan ini dalam rangka memperluas lapangan kerja. Para pemuda Bandung yang punya bakat dalam bidang pembuatan musik gamelan mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri. Kelak mereka dapat hidup mandiri dengan membuka lapangan kerja.

Berbahagialah warga kabupaten Bandung yang memiliki sejarah gemilang. Dengan belajar kehidupan masa lampau, masyarakat Bandung siap menata masa depan yang lebih cemerlang. Cita-cita mulia ini diperjuangkan terus, sehingga kemuliaan menjadi kenyataan. Masa depan bagi masyarakat Bandung selalu bersinar terang benderang.

Negeri Pajajaran mewariskan keteladanan. Generasi muda Tanah Pasundan mendapat pelajaran budi pekerti luhur. 

D. Wejangan Sesepuh Tanah Pasundan. 

Carios para sepuh baheula, dina leureung Banjar aya sahiji bagong putih, gawena ngan tatapa bae sarta tatapana geus leuwih puluh-puluh tahun. Ari anu ditapaanku manehna, hayang boga anak awewe sarta bangsa manusia. Tapi da tunggal mahlukna sarta damelna, sanajan bagong ku kersa Maha Suci nya dipasihan bae.
Dina hiji waktu bagong putih nyaba ka hiji tegalan deukeut kana wahangan Citanduy sarta niat buka ku hayang cai. Barang datang ka dinya, manggih sahiji batok balokan, hartina dewegan kalapa urut nu meulah sarta loba pisan. Ari eta balok-balokan asalna urut nu moro uncal ka dinya. Ari eta hiji balokan urut tuang Kangjeng Prabu Ratu Galuh serta tuluy bae Kangjeng Ratu Galuh kahampangan, caina ngempelang dina eta balokan. Ari geus marulih kapanggih ku bagong putih. Tina hayang nginum bagong putih leguk bae diinum. Ari geus nginum langkung-langkung nyaliarana kana awak bagong putih, kawas nu ngandeg reuneuh bae. Eta tegalan ayeuna geus jadi lembur sarta disebutna kampung balokang ku anu ayeuna.

Ayeuna bagong putih mulang bae ti Balokang sarta geus datang harita ka imahna. Ari geus lila-lila reuneuhna beuki gede bae. Ana gubrag orokna jelema sarta awewe geulis. Langkung-langkung bagong putih atoheunana, anakna diciuman, digalentor bari disusuan.

Cek hiji carios tuluy aya anu ngajenenganan, disebutna Nyai Dayang Sumbi atawa Nyai Rarasati. Ari geus gede dikukutna Nyai Dayang Sumbi ku bagong putih geus aya sapuluh taunna, pok nanyakeun bapa, “Ibu ari bapa kuring saha? Atawa jalma cara kuring atawa bagong saperti ibu?” “Euh, nyai anu geulis anak ibu, si nyai hanteu boga bapa. Mun enya mah, si nyai boga bapa meureun aya di dieu.” Lajeng walon Nyai Dayang Sumbi, “Euh, mustahil ibu, sakabeh makhluk ge pada boga bapa, bangsal jalma mah a’awa sato hewan, anging bangsa kakaian anu henteu aya bapana.”

Prabu Siliwangi raja Pajajaran sungguh sakti mandraguna. Kerajaan Pajajaran dipimpin dengan nilai kebijaksanaan. Rakyat merasa mendapat pengayoman agung.

Tokoh Kerajaan Pajajaran lain yang penting yaitu Prabu Maesa Tandreman. Beliau bermitra dengan Prabu Surya Amiluhur yang membantu berdirinya istana Pajajaran.

Muncul tokoh Prabu Banjaransari yang punya Permaisuri Dewi Srita Taji. Lantas menurunkan Prabu Mundingsari. Menikah dengan Dewi Sarwedi.

Pernikahan ini melahirkan Putri Bisu. Putri Prabu Mundingsari dari Pajajaran ini lalu diambil sebagai anak angkat oleh Prabu Kelan. Beliau tinggal di Pulau Hormus.

Anak kedua bernama Putri Ratna Suweda. Mendapat gelar Gusti Kanjeng Ratu Kencana Sari. Kelak berkuasa di lautan selatan dengan sebutan Kanjeng Ratu Kidul. Istana di Saka Domas Bale Kencana.

Putri kerajaan Pajajaran yang ketiga bernama Sekar Kedhaton. Anak Prabu Mundingsari ini menjadi penguasa mahluk halus di Gunung Merapi. Bergelar Kanjeng Ratu Sekar Kedhaton.

Raden Jaka Sesuruh adalah anak keempat Prabu Mundingsari. Menurunkan Raden Arya Ganda Kusuma. Menjadi raja Karaton Pajajaran dengan gelar Maharaja Sri Pamekas.

Putra kelima Prabu Mundingsari bernama Raden Siung Wanara. Beliau hidup di daerah Majalengka. Kelak membantu Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit. Hubungan Majapahit dengan Pajajaran sejak dulu selalu hatmonis guyub rukun.

SEJARAH KERAJAAN PAJAJARAN

SEJARAH KERAJAAN PAJAJARAN. 

Oleh: Dr. Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA
Hp: 0878 6440 4347

A. Jaman Keemasan Kerajaan Pajajaran. 

Generasi sekarang perlu sadar sejarah. Demi menata depan yang lebih cemerlang. Pelajaran sejarah menawarkan kebajikan masa silam. 

Warisan agung Kerajaan Pajajaran yaitu berdirinya kota Bogor. Dalam kilasan historis Bogor berdiri pada tanggal 3 Juni 1483. Pendirinya adalah Kanjeng Sinuwun Sri Baduga Maharaja, raja agung yang berkuasa di Kerajaan Pajajaran.

Raja Kraton Pajajaran merupakan manusia paripurna. Insan pilihan yang dikirim oleh Tuhan. Sri Baduga Maharaja seorang pemimpin yang bijak bestari, merakyat, suka menolong, disiplin, pekerja keras, cerdas, berwawasan luas, berillmu tinggi dan sakti mandraguna.

Tiap bulan Sura Sri Baduga Maharaja melakukan tapa brata di Gunung Salak. Beserta dengan aparat kerajaan Pajajaran, beliau bersemedi untuk mendapat daya kesaktian. Para dewa kahyangan berdatangan untuk memberi anugerah agung kepada raja Pajajaran. Sri Baduga Maharaja mendapat pusaka keris dengan nama Kyai Pudak Arum. Pusaka ini menjadi andalan bagi kerajaan Pajajaran. Demi keselamatan negeri, pusaka keris Kyai Pudak Arum dikirap dengan kereta kencana.

Menurut cerita sesepuh Pasundan Kata Bogor berarti bolongan yang ditegor. Sri Baduga Maharaja membuat bolongan dari tanah yang ditegor. Hasilnya berupa aliran sungai yang mengalir teratur sebagai sarana transportasi, irigasi dan rekreasi. Alam dikelola dengan kesadaran ekologis. 

Pada tahun 1483 Sri Baduga Maharaja melakukan perjalanan sepanjang kali Ciliwung. Beliau naik perahu yang berbentuk Naga Basuki. Perahu ini menjadi lambang kemakmuran dan keselamatan warga kerajaan.

Turut serta dalam perjalanan Sri Baduga Maharaja ini warga dari Babagan, Madang, Bojonggede, Caringin, Cairu, Ciampea, Ciawi, Cibinong, Cibungbulang, Cigombong, Cigudeg, Cijeruk, Cileungsi, Ciomas, Cisarua, Ciseung, Citeureup, Dramaga, Gunung Putri, Gunung Sindur. Mereka bertugas untuk menyiapkan perahu, rute, dan perlengkapan perjalanan. Prabu Sri Baduga Maharaja ini menentukan keberhasilan transportasi sungai Ciliwung.

Warga dari Jasinga, Jonggol, Kemang, Klapanunggal, Leuwiliang, Leuwisadeng, Megamendung mendapat tugas untuk mengurusi konsumsi peserta. Dalam bidang keamanan diserahkan pada warga dari daerah Nanggung, Pamijahan, Parung, Parungpanjang, Ranca Bungur, Rumpin, Sukajaya, Sukamakmur, Sukaraja. Urusan among tamu dan protokol diserahkan pada warga dari daerah Tajurkalang, Tamansari, Tanjungsari, Tenjo dan Tenjolaya.

Pengembangan sistem transportasi kali Ciliwung sekaligus dalam rangka peningkatan kualitas rekreasi. Masyarakat perlu diberi sarana transportasi dan rekreasi yang mudah, murah, megah, mewah, indah. Aspirasi masyarakat Bogor dapat ditangkap dengan sempurna oleh raja Pajajaran. Wajar sekali karena Sri Baduga Maharaja memiliki kecerdasan intelektual, spiritual, kultural yang diwarisi oleh pendahulunya.

Keagungan, keluhuran, keutamaan, keteladanan, kebajikan dijunjung tinggi dalam kehidupan sehari hari. Kraton Pajajaran adalah rumah besar yang damai makmur teduh. 
 
B. Keagungan Keturunan Kraton Pajajaran. 

Keturunan Raja Pajajaran memiliki sikap darma bakti. Mereka berjuang untuk nusa bangsa dengan jiwa sukarela. Ibu pertiwi sarana untuk pengabdian yang bersumber dari suara hati. 

 Dalam Menata Kabupaten Bogor sebagai warisan Pajajaran pun tampak serius. Bogor merupakan ibukota baru kerajaan Pajajaran. Sebelumnya ibukota kerajaan Pajajaran berada di Priangan Bandung. Perpindahan ibukota melalui proses pengkajian yang mendalam. 

Kerajaan Pajajaran berdiri pada tahun 1333. Suasana kerajaan dalam keadaan makmur, aman, damai, sejahtera, kokoh, jaya, berwibawa. Masyarakat hidup ayem tentrem, bahagia lahir batin. Semua ini berkat jasa, usaha, perjuangan Prabu Siliwangi. Raja Pajajaran ini memang agung dan anggun.

Gunung Malabar merupakan tempat sakral bagi keluarga Kerajaan Pajajaran. Sesuai dengan namanya, Pajajaran, maka terdapat jatidiri yang berjajar jajar. Pusakanya berjajar-jajar, hartanya berjajar jajar, kesaktiannya berjajar jajar, prajuritnya berjajar jajar, pegunungan berjajar jajar, sahabat berjajar jajar. Singkat kata kelebihan negeri Pajajaran serba berjajar jajar. Maka disebut negeri Pajajaran.

Ucapan selamat atas berdirinya Kerajaan Pajajaran berasal dari Tri Bhuana Tunggadewi, raja Majapahit. Beliau memberi bokor emas kepada Prabu Siliwangi sebagai tanda persahabatan. Kebetulan sekali Raja Putri Majapahit ini gemar dengan makanan Peuyeum. Tiap Majapahit punya acara pesta, sang raja minta kiriman tape Pasundan. Ternyata peuyeum menjadi sarana diplomasi antara kerajaan Pajajaran dengan kerajaan Majapahit. Pada tahun 1336 utusan dari Singasari, Kahuripan, Jenggala, Daha, Kediri, dan Panjala memberi dukungan kepada Prabu Siliwangi.

Kerjasama antara kraton Pajajaran dengan Majapahit semakin erat. Pada tahun 1352 bregada prajurit Pajajaran belajar baris berbaris di daerah Trowulan Majapahit. Setiap kali istirahat santai, prajurit Pajajaran diberi hidangan rujak cingur. Pada akhir pekan mendapat hidangan lontong balap. Ketika acara pelatihan selesai prajurit Pajajaran mendapat hadiah makanan nasi rawon. Begitulah prajurit Pajajaran dilatih oleh bregada prajurit Prawira Anom, Jayeng Astro, Payutra. Oleh karena itu ada kemiripan antara prajurit Pajajaran dan prajurit Majapahit. 

Untuk mempererat tali persaudaraan, Prabu Hayamwuruk berkunjung ke Pajajaran pada tanggal 5 September 1356. Kali ini kehadiran Prabu Hayamwuruk memimpin tim perdagangan Majapahit. Beliau mengantar pengusaha kulit Tanggulangin. Mereka diharap belajar kepada warga Kraton Pajajaran yang berpengalaman dalam mengelola industri sepatu kulit. Sarasehan perdagangan sepatu kulit dilaksa-nakan di kawasan Cibaduyut.

Selama kunjungan ini, para seniman Pasundan menghibur pejabat Majapahit seni musik angklung memang mempesona. Prabu Hayamwuruk secara khusus belajar seni musik angklung. Beliau berjanji akan mengirim seniman Majapahit yang bermukim di Pandaan untuk belajar seni musik angklung. Misi perdagangan ini cukup berhasil. Warga Tanggulangin menjadi pengusaha kulit yang sukses gemilang.

Prabu Brawijaya pun amat terpesona dengan manajemen wisata gunung. Kerajaan Pajajaran makin dalam budidaya serta pengembangan wisata pegunungan.

 Daerah Priangan sebagai ibukota Pajajaran tampak asri. Pada tanggal 24 April 1416 Prabu Brawijaya menyempatkan belajar tata kota. Selama ini Pajajaran sudah punya hubungan diplomasi dengan kerajaan Samudra Pasai, Sriwijaya, Ternate, Tidore. Kerajaan Majapahit melakukan studi banding demi memajukan potensi wisata kota. Kota Priangan cukup memberi pelajaran yang berharga.

Aspek ilmu mendapat prioritas dalam program pembangunan Kerajaan Pajajaran. Riset dan data menjadi landasan pembuatan kebijakan. 

C. Pembinaan Kraton Pajajaran Berbasis Ilmu Pengetahuan. 

Kraton Pajajaran cinta ilmu pengetahuan. Oleh karena itu Ilmu pengetahuan menjadi basis pengembangan kota yang menjadi binaan kerajaan Pajajaran. .

 Para pemimpin Pajajaran mendorong agar warganya maju sejahtera. Pengalaman lapangan di segala bidang ditingkatkan. Kerajaan Pajajaran mulai berencana untuk selalu mengembangkan ibukota pada tahun 1579. 

Dari Priangan ini ibukota kraton Pajajaran hendak dipindah ke Bogor. Pengkajian, penelitian dan pembahasan tentang perpindahan ibukota negara dilaksanakan oleh tim ahli. Mereka meninjau dari segi ekonomi, sosiual, budaya, hankam, politik. Wawasan menyeluruh atas perpindahan ibukota Pajajaran dari Priangan ke Bogor ini benar-benar dalam proses penelitian yang seksama.

Persiapan perpindahan ibukota kerajaan Pajajaran memakan waktu tiga tahun. Tepat pada tanggal 3 Juni 1482 kerajaan Pajajaran pindah ke Bogor. Kota Priangan dikembangkan sebagai kota industri, wisata dan perdagangan. Begitulah strategi yang dilakukan oleh Sri Baduga Maharaja sebagai pemimpin kerajaan Pajajaran. Gagasan unggul dan bermutu ini berlangsung lestari sepanjang masa.

Raden Bondan Kejawan, putra Prabu Brawijaya raja Majapahit diundang ke Bogor. Raden Bondang Kejawan ahli garam dari Sampang Madura. Beliau juga memiliki perusahaan garam di Kalianget Sumenep Madura dan perusahaan kecap di Grobogan. Kedatangan bangsawan Majapahit ke ibu kota Pajajaran dalam rangka pelatihan ekonomi kerakyatan. Pemuda pemudi Bogor diajari untuk hidup mandiri dan berdikari. Pelatihan ekonomi terjadi pada tahun 1485. 

Pada tanggal 10 Juni 1533 Prabu Surawisesa memimpin Kerajaan Pajajaran. Beliau pengagum ajaran Empu Tantular pujangga kerajaan Majapahit. kitab Sutasoma dibaca dengan cermat. Beliau menemukan semboyan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Ajaran luhur itu diterapkan untuk memimpin kerajaan Pajajaran. Warga Pajajaran yang beragama Islam dikirim ke daerah Kadilangu Glagahwangi. Saat itu Kerajaan Demak dipimpin Sunan Prawoto, dengan guru utama Kanjeng Sunan Kalijaga.

Adipati Kemang sebagai pemimpin Bogor mengundang Sri Susuhunan Amangkurat Agung, Raja Mataram. Beliau hadir dalam rangka penandatanganan kerjasama bidang pertanian, perkebunan dan peternakan. Sejak tahun 1648 Adipati Kemang giat dalam budidaya tanaman yang bernilai komoditas. Sri Susuhunan Amangkurat Agung pada waktu punya usaha budidaya ikan laut di daerah Tegal. 

Kemegahan Bogor tampak pada masa pemerintahan Demang Rumpin. Meskipun beliau cuma punya wilayah kecil, tetapi super kreatif. Pada tahun 1748 beliau menjadikan pelabuhan Tanjung Priok sebagai pusat perdagangan. Atas bantuan Bupati Lamongan, Pangeran Purboyo, Tanjung Priok menjadi pelabuhan yang terkenal. Pangeran Purboyo berpengalaman mengelola pelabuhan Tanjung Kodok. 

Demang Ciawi pada tahun 1817 mendapat kesempatan untuk belajar batik di Laweyan Solo. Sinuwun Paku Buwana IV memberi fasilitas kepada pemuda pemudi Bogor. Para istri pejabat Bogor diberi pengertian tentang motif batik: sidomukti, kawung, sidomulya, candrakusuma, parang, sekar tanjung, wirasat, udan riris dan truntum.

Kreativitas seni budaya juga sempat menjadi perhatian warga Bogor. Pada tahun 1847 Demang Tajur Halang belajar sejarah, kesusasteraan, filsafat, pewayangan di daerah Pengging. Tim Bogor berguru kepada pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita. Daerah Pengging cocok untuk pembelajaran bidang humaniora.

Pengenalan pada lingkungan Pengging diteruskan oleh tim Bogor yang dipimpin oleh Demang Cijeruk. Pada tahun 1874 warga Bogor belajar manajemen perkebunan kopi di Kembang Semarang. Pada tahun 1886 Demang Caringin memimpin studi banding di Ampel Boyolali. Tim Bogor belajar tentang manajemen perkebunan teh. Berkenan memberi materi pembelajaran yaitu Adipati Arumbinang Bupati Kebumen.

Semangat untuk belajar manajemen gula dipelopori oleh Demang Bojonggede. Beserta dengan rombongan Bogor, lantas datang ke pabrik gula Manis Harjo dan Gondang Winangun Klaten. Program studi banding manajemen gula ini dilaksanakan pada tahun 1905 – 1907. Sebagian warga Bogor turut pula menjadi karyawan pabrik gula di Purwodadi Magetan. Mereka mendapat tugas dalam bidang administrasi.

Keahlian dalam mengolah semen dilakukan oleh warga Bogor yang dipimpin Demang Cibinong. Pada tahun 1934 warga Cibinong, Rumpin, Ciomas, Dramaga melakukan riset di bukit Renteng Bojonegoro. Mereka cukup tekun mempelajari alam pegunungan kapur. Pengalaman dan pengetahuan inilah yang menjadi cikal bakal pendirian pabrik semen di Indonesia.

Kabupaten Bogor terus melangkah maju mengikuti perkembangan jaman. Para Bupati Bogor memberi kontribusi pada kesejahteraan rakyat. Mereka bergerak bersama dengan dilandasi pengabdian yang tinggi. Para Bupati yang telah bekerja demi kemajuan masyarakat. Pemimpin Kabupaten Bogor  sebagai pewaris peradaban Pasundan. 

1. Ipik Gandamana 1948 – 1949

2. R.E. Abdoellah 1950 – 1958

3. Raden Kahfi 1958 – 1961

4. Karta Dikaria 1961 – 1967

5. Wisatya Sasmita 1968 – 1973

6. Raden Mochamad Muchlis 1973 – 1976
7. Ayip Rughby 1976 – 1983

8. Soedrajat Nataatmaja 1983 – 1988

9. Eddie Yoso Martadipura 1988 – 1998

10. Kol. TNI (Purn.) H. Agus Utara Effendi 1998 – 2008

11. Drs. H. Rahmat Yasin, M.M. 2008 – 2014

12. Hj. Nurhayanti, S.H., M.M., M.Si. 
2014 – 2018

13. Ade Yasin 2018 - sekarang

Pewaris nilai Pajajaran amat bsruntung. Jasa dan perjuangan para pemimpin Kabupaten Bogor harus dihormati. Mereka telah memberikan tenaga dan pikiran buat kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Masyarakat Kabupaten Bogor telah memberi sumbangan yang berguna menganyam peradaban dunia. Wilayah Bogor melampaui peristiwa historis dengan suasana aman damai, segar bugar dan bahagia sentosa. 

Oleh karena itu nilai luhur warisan Pajajaran harus dikaji. Pemimpin sekarang mendapat teladan inspirasi. Demi menata peradaban besar. 
 
D. Warisan Agung Kerajaan Pajajaran. 

Babad Limbangan memberi narasi tentang keagungan kerajaan Pajajaran. Prabu Siliwangi seorang raja hebat bijak bestari. Rakyat hidup aman tentram sejahtera damai. 

Zaman baheula Kangjeng Prabu Siliwangi, Nagara Pajajaran, kagungan hiji rencang ari jenengannana Aki Haruman, damelna saban dinten ngan susumpit. Ari pakarangan hiji sumpit, dua jamparing. Bedil mariam, zaman harita tacan aya. Kangjeng Prabu Pajajaran lajeng nimbalan rencangna. “Coba Aki Haruman ayeuna susumpit deui!”

Sanggeus ditimbalan Aki Haruman lajeng leumpang cepet ngetan pernahna ti nagar Pajajaran, mapay ka unggal gunung, ka unggal pasir, tapi susumpit henteu meunang bae. Barang datang ka Gunung Haruman lajeng anjeunna nanjakka puncak gunung Barang datang ka puncak pulung polong ningali anjeunna ngetan, ngidul, ngulon. Barang ningali ka kaler ka sisi wallungan, bet aya nu hurung ngempur lir bokor kancana kasorot srangenge. Lajeng Aki Haruman turun ti gunung bari diawas-awas. Barang datang ka sisi Cipancar, bet nu siram isteri. Carek pikir Aki Haruman, “Ach geuning isteri geulis pisan. Tayohna widadari karek sumping ti sawarga loka, salira anu sakitu alusna.” 

Ti dinya Aki Haruman tuluy nyampeurkeunka nyi Putri nu parantos siram, bari cacalukan pokna, “Ach agan, pun aki antosan sakedap bade tumaros”. 

Huleng bae nyi Putri jeung nyaur jeroning manah, yen aya sepuh menta diantosan. Barang geus deukeut Aki Haruman ka Nyi Putri, pok bae nyi Putri sasauran, “Arek naon menta diantosan ku kuring?” Pok bae Aki Haruman sasauran, “Kieu agan, anu matak menta diantosan teh, rehing pun aki anyar patepang. Ari agan putra saha? Saha nya tuang jenengan? Ti mana nya bumi banjar karang panglayungan?” “Euh, jadi kitu menta diantosan teh. Lamun aki hayang uninga, nya di dieu lembur kuring imah kuring sarta kuring putra Sunan Rumenggong, nu ngageugeuh nagara Limbangan”. Balik naros deui ka aki. 

Ari Aki ti mana bumi. Ari lembur Aki mah di nagari Pajajaran, rencangna Kangjeng Prabu Siliwangi.

Warisan peradaban raja Siliwangi Tanah Pasundan harum semerbak wangi ke kanan kiri. Kerajaan Pajajaran tetap lestari di dalam lubuk sanubari.

SEJARAH KERAJAAN TARUMANEGARA

SEJARAH KERAJAAN TARUMANEGARA. 

Oleh: Dr. Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA
Hp: 0878 6440 4347. 

A. Berdirinya Kerajaan Tarumanegara. 

Kerajaan Tarumanegara berdiri pada masa silam sebagai sumber teladan. Nilai Luhur itu hendaknya dikaji. Bisa diterapkan dalam kehidupan sehari hari. 

Asal Usul Nama Bekasi dibentuk saat kerajaan Tarumanegara. Nama Bekasi sesungguhnya memiliki makna filosofis dari tiga kata. Berusaha memberi kabar yang berisi. Be – berusaha, ka – kabar, si – berisi. Pada kenyataannya masyarakat Bekasi senantiasa memberi harapan kepada sekalian sesama hidup. 

Maka Bekasi juga bermakna memberi kasih sayang dengan sesuap nasi. Be – berusaha, ka – kasih sayang, si – sesuap nasi. Dengan demikian Bekasi mengandung makna kejujuran serta rasa kemanusiaan.

Nilai keutamaan itu sesuai dengan ajaran luhur Kanjeng Sinuwun Prabu Purnawarman saat dinobatkan pada tanggal 15 Agustus 450. Raja Tarumanagara ini suka mawas diri. Empu Yasamanik, pujangga kraton Tarumanagara menjelaskan arti nama Purnawarman. Purna berarti utuh, sepuh, tangguh, patuh, berpengaruh. Warman berarti pengabdian yang dilakukan dengan penuh kesuksesan. Prabu Purnawarman pada rakyat kerajaan Tarumanagara selalu berlandaskan kemanusiaan, kebangsaan serta keadilan.

Prabu Purnawarman memerintah tahun 450 – 472. Kerajaan Tarumanagara yang berpusat di Bekasi tampil sebagai negeri yang aman damai, adil makmur, sejahtera lahir batin, murah sandang pangan papan. Rakyat hidup rukun, jauh dari silang sengketa, bersatu padu, berdaulat dan patuh kepada kewibawaan Prabu Purnawarman. Beliau menjunjung tinggi prinsip kepemimpinan asta brata yang mengacu kepada kesadaran kosmis. Itulah kepemimpinan asli nusantara yang bersandar pada kekuatan dari matahari, bulan, bintang, angin, tanah, air, api dan samudra.
Pada tanggal 15 Agustus 454 Prabu Purnawarman melakukan upacara catur warsa praja. Tujuannya untuk memperingati hari jadi kerajaan Tarumanagara yang keempat. Empu Yasamanik menguraikan dengan rinci arti Tarumanagara. Taruma berarti kejayaan, nagara berarti pemerintahan. Kejayaan negeri Tarumanagara ditunjukkan dengan sedekah 2000 ekor lembu. Sesaji ini bermaksud untuk melenyapkan segala mara bahaya. Masyarakat supaya hidup ayem tenteram aman damai.

Masyarakat Bekasi terlalu cinta kepada raja Purnawarman yang murah hati, ramah tamah, dermawan, luhur budi, cakap, tampan, gagah, cerdas, tangkas, trampil, cekatan dan bertanggung jawab. Birokrasi Tarumanagara tertib, aparat bersih, prajurit setia, bisnis lancar, ekonomi mandiri, keamanan mantab. Pertanian, perkebunan diberi sistem pengairan yang teratur.

Istana Tarumanagara berada di Bekasi. Berdiri megah dengan bahan bangunan berkualitas ekspor. Kayu jati diambil dari Cepu. Tukang dan juru ukir datang dari daerah Jepara. Batu marmer diambil dari daerah Tulungagung. Tukang-tukangnya dari Mrican Kediri. Semen diambil dari Gresik dengan bahan dasar bebatuan gunung Kendeng. Pembangunan istana Tarumanagara melibatkan sekalian warga.

Pekerjaan hari Senin dilakukan warga dari daerah Babelan, Bojongmangu, Cabangbungin. Jadwal hari Selasa dilakukan warga dari daerah Cibarusah, Cibitung, Cikarang. Hari Rabu menjadi tugas warga Pebayuran, Kedungwaringin, Karangbahagia. Untuk hari Kamis giliran warga Muara Gembong, Setu, Serang. Pada hari Jum’at menjadi tugas warga Sukakarya, Tambun, Sukatani. Jadwal hari Sabtu dilakukan warga Tambelang, Tarumajaya. Mereka bekerja dengan sepenuh hati demi kejayaan ibu pertiwi. Pembangunan itu dimulai pada tanggal 15 Agustus 455.

Pembangunan berjalan lancar. Prabu Purnawarman mengadakan syukuran dengan cara tapa ngeli di kali Candrabhaga. Sungai sakral ini kerap dijadikan sebagai sarana ritual bagi pejabat teras kerajaan Tarumanagara. Prabu Purna-warman sendiri adalah raja yang sakti mandraguna. Beliau pernah bertapa di puncak gunung Salak. Setiap tahun selalu bersemedi di gunung Tangkuban Perahu. Ke mana saja Prabu Purnawarman bepergian selalu membawa pusaka Taruaji. Petugas yang menyimpan pusaka Taruaji bernama Mandrasaka.

Bangunan istana kerajaan Tarumanagara sangat indah, megah, mewah, gagah. Bagian depan berbentuk joglo, dengan rincian joglo wantah, joglo apitan, joglo tinandu, lambangsari, lawakan, tompongan, trajumas, hageng, pangrawit, sinoman, mungkur, anakan. Sedangkan istana bagian tengah dibangun berbentuk limasan. Dengan rinci limasan ini terdiri dari gajah ngombe, macan njerum, pacul gowang, klabang nyander, cere gancet, gantung kutuk, lambang teplok, wader ngambang, Semar tinandu.

 Adapun istana Tarumanagara bagian belakang dibangun dengan gaya tajug. Bentuknya terdiri dari payung agung, tawon boni, gantung ceblokan, Semar sinongsong. Adapun para pegawai tinggal pada bagian istana dengan gaya Panggang Pe yang terdiri dari empyak setangkep, gedang selirang, kodokan, barengan, jompongan, dara gepak, srontongan, gajah ngombe, gotong narpa. Semua bangunan itu terlihat bersih, sehat dan terawat. Pegawai istana bekerja dengan rajin.
  
B. Pembangunan Istana Tarumanegara. 

Arsitektur istana kerajaan Tarumanagara membujur dari utara ke selatan. Dari sebelah utara terdapat gapura gladhak. Dibuat dengan tembok tebal dengan hiasan sulur-suluran. Lima puluh meter lagi tergelar alun-alun yang luas. Digunakan untuk rekreasi warga Bekasi saat sore hari. Sebelahnya berdiri pagelaran yang berguna untuk pertemuan umum. Berdekatan lagi bangunan Sitihinggil yang berfungsi untuk penobatan raja.

Dalem Ageng, paningrat, nguntarasana, smarakata, bale angun-angun, bale marcukunda, prabasunya, sri manganti, magangan adalah deretan istana kerajaan Tarumanagara. Pesta negeri diselenggarakan di sasana handrawina. Sasana mulya untuk kegiatan latihan seni. Gondorasan bagian untuk para ibu ibu yang sedang memasak. Kompleks istana yang tertata rapi ini terbuka untuk umum pada hari Minggu. Prabu Purnawarman menjadikan istana sebagai rumah rakyat.

Kostum raja Tarumanagara terbuat dari bahan terpilih. Komposisi warna dilakukan dengan teliti dan serasi. Ketika diselenggarakan upacara adat, Prabu Purnawarman mengenakan busana keprajuritan raja, baju sikepan bludru hitam, songkok, nganggar wangkingan di sebelah kiri dan duduk di dampar kencana. Pada acara berikutnya beliau mengenakan busana kebesaran tedak loji, kain selempang dan bros bintang-bintang kerajaan. 

Para sesepuh kerajaan juga memiliki tanda kehormatan. Busana pangeran sepuh atau panembahan mengenakan kuluk kanigara, baju sikepan hitam bordir penuh sampai belakang. Bacingah balikan sikepan rangkap berwarna kuning emas, ukup renda emas dengan memakai wedung kampuhan. Adapun para aparat kerajaan Tarumanagara mengenakan busana atela prajurit biru, bersenjata pedang, keris gayaman, celana panji, panji merah dan kain rejeng.

Para putri kerajaan Tarumanagara wajib memakai perhiasan kalung, cincin, semyok, sengkang, subang, brumbungan. Juga perlengkapan ukel sanggul, ukel ageng bangun tulak dengan untaian kembang melati. Bagi permaisuri raja, yaitu Ratu Padmanagari ditambah dengan cunduk kembang melati dan sedap malam. Hiasan sebelah kiri berupa simping bunga kantil dua buah. Di tengah tengah ukel ageng dihias dengan peniti atau bros semyok.

Anggota Darma Wanita yang dipimpin Ratu Padmanagari diberi busana kain batik dan kebaya. Lengkap dengan selendang dan perhiasan yang serasi, sehingga dapat menjadi lebih anggun. Untuk istri pejabat mengenakan busana pinjung kencong, kain parang curiga latar petak, sengkelat laken hijau, udet gendalagiri, janur slepe, ukel tekuk, cunduk jungkat, serta sabukwala. Aturan tentang busana ditetapkan pada tahun 458. 

Beragam batik yang dikembangkan oleh kerajaan Tarumanagara meliputi motif parang sarpa, madubranta, sidomukti, sidamulya, candrakusuma, sekar tanjung, udan riris, wirasat, truntum, semen bondet, klabang ngentup, wora wari rumpuh, semen gurda, parang klitik, ceplok sriwedari, semen rama, gebang, sekar jagat dan kawung. Kanjeng Ratu Padmanagari sangat peduli pada kerapian berbusana.

Keagungan budaya kerajaan Tarumanagara diterus-kan oleh generasi berikutnya. Kerajaan Pajajaran, kerajaan Galuh dan kerajaan Sumedang Larang menjadi pewaris utama peradaban. Nilai luhur yang diwariskan oleh kerajaan Tarumanagara dilestarikan, dikembangkan dan diajarkan kepada generasi muda. Oleh karena itu warga Bekasi hingga kini gigih berjuang demi meneruskan sejarah warisan para leluhur.

C. Tarumanegara Memberi Pelajaran Tata Praja. 

Tata praja diajarkan demi mengatur birokrasi. Para Bupati Bekasi yang berjuang dengan kesadaran kasih dedikasi. 

Pengabdian para Bupati Bekasi demi mewujudkan kemakmuran perlu dihormati. Warisan luhur yang diberikan oleh Prabu Purnawarman menjadi inspirasi buat melakukan dedikasi. 

Kesetiaan dan pengabdian para pemimpin selalu didukung oleh sekalian warga kabupaten Bekasi. Mereka bersatu padu dalam menjalankan program pembangunan. Mereka bekerja sama demi mewujudkan cita-cita. Daftar Nama Bupati Bekasi perlu dikaitkan dengan keluhuran masa lampau. 

1. R. Suhandan Umar 1949 - 1951

2. R. Sampoerno Kolopaking 1951 -- 1958

3. RMKS Prawira Adiningrat 1958 – 1960

4. Ismaun 1960 - 1967

5. MS. Soebandi 1967 - 1973

6. H. Abdul Fatah 1973 - 1983.

7. H. Suko Martono 1983 - 1993.

8. H. Moch Djamhari 1993- 1998.

9. H. Wikanda Darmawijaya 1998 – 2003

10. Saleh Manaf 2003 – 2005

11. Teni Wisramuan 2005 – 2007

12. Dr. H. Sa'duddin, MM 2007 – 2012

13. dr. Hj. Neneng Hassanah Yasin 2012 – 2018

14. H. Eka Supria Atmaja, SH 2018 - 2019

Selama ini kabupaten Bekasi menjadi lumbung padi. Sawah menghampar luas. Petani bekerja dengan suka gembira. Tanah subur membuat suasana makmur. Sapi, kerbau, kambing, ayam, bebek menjadi aset peternakan yang selalu memberi harapan. Perjuangan para bupati Bekasi merupakan keteladanan, keutamaan dan kebajikan. Rakyat kabupaten Bekasi mempunyai masa depan yang cerah ceria.

Sudah selayaknya warga kabupaten Bekasi mempelajari sejarah kerajaan Tarumanagara. Prabu Purnawarman memberi contoh untuk mengangkat harkat martabat rakyat. Sejarah peradaban masa lampau akan memperkokoh jatidiri kabupaten Bekasi. Butir-butir kearifan lokal dapat digunakan untuk mengisi bahan ajar pendidikan karakter di kalangan siswa. Muatan lokal dalam sistem pengajaran hendaknya diambil dari fakta sejarah yang telah menjadi pengalaman kolektif.

Kabupaten Bekasi mampu menjawab tantangan jaman. Baik ditingkat lokal, nasional dan global masyarakat Bekasi bisa tampil dengan luwes dan meyakinkan. Keselarasan antara nilai lokal dan peradaban global merupakan modal bagi masyarakat Bekasi untuk berkontribusi pada kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sumbangan besar dari masyarakat Bekasi hendaknya dicatat dengan tinta emas. Warga Indonesia dari Sabang sampai Merauke banyak yang tinggal di kabupaten Bekasi. Pergaulan antar sesama warga bangsa itu berlangsung secara selaras, serasi dan seimbang. Mereka bergaul atas dasar saling menghormati. Warga Bekasi pada masa mendatang akan semakin sejahtera lahir batin. Karena mau belajar sejarah kerajaan Tarumanegara. 

D. Keutamaan Warisan Tarumanegara. 

Keutamaan Kerajaan Tarumanegara perlu digali terus menerus. Misalnya dalam Babad Kawung Galuh. Di sana Kerajaan Tarumanegara betul betul menjadi kena seluruh rakyat. 

Caritana Babad kawung prihaturna Surawijaya, Kuwu desa Logok distrik Kawali Galuh.
Diceritakan tina kenyamaan kawung di atas dien. Ari kawung eta aya tilu warna.

Dingaren kawung karinding, rupane ala kawung gede jangkung ngarang-kadak.
Dingaranan kawung sanggom, rupana palapahna hareu-ras jeung palapahna cokrom, luhur tangkalna mah ngan beda seutik bae ti kawung karinding, ieu kawung sanggom rada handap jeung leutik, kawung sedeng bae handapna ti kawung karinding.

Dingaranan kawung saeran, rupana pendek jeung leutik, palapahna parangjang, lembut, kaitung kawung pangha-dapna ti nu loba, daunna jeung palapahna semu kuning.

Geus kita ayeuna arek melak kawung nu geus kalampahken.
Mimiti milih bibit anu geus jadi petetan, timbulna cangkaleng, nu asal tai careuh.  Eta petetan direngketan taneuh milihna anu kira geus umur tilu tahun, nu keur cumanggah daun, nu geus rada bijilan pigalugureun anu gampang ngarengketna sarta mangka apik ngarengketna, ulah remuk taneuhna, mangsa mawa ulah pisan barubah sabab matak bantut, lila lilirna henteu mulus.

 Ari geus meunang ngareng-ketan mangsa rek dilebuhkeunana kana lombang anu geus ditangtuken, melakna ulah tibalik cicingna kudu cara tadi deui memeh direngket tea disebutna henteu hade matak ngarumas teu pati bangsar, jadi barang rek ngalebuh keunana kana lombang make jangjawokan kieu; “Hol donghoh bijil montok sia pulih aing sugih”, tuluy dirungkupan bae.

Kerajaan Tarumanegara mewariskan nilai keutamaan. Pemimpin masa kini mendapat petunjuk untuk membuat kebijakan yang tepat. Itulah kegunaan belajar sejarah buat menggali kearifan lokal.

SEJARAH RANGGAWARSITA PUJANGGA KRATON SURAKARTA

SEJARAH RANGGAWARSITA
PUJANGGA KRATON SURAKARTA


Oleh: Purwadi
Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA
Hp: 0878 6440 4347


A. Pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita

Pujangga Ranggawarsita dilahirkan pada hari Senin Legi, tanggal 10 Dulkaidah, tahun Be 1728, pukul 12.00, wuku Sungsang, atau 15 Maret 1802 di Kampung Yasadipuran Surakarta. Setelah lahir diberi nama Bagus Burhan. Ketika masih kecil, ia dipelihara oleh R.T. Sastranegara sesuai dengan anjuran kakek piutnya, R.T. Yasadipura I yang meramalkan bahwa Bagus Burhan akan menjadi pujangga besar. Setelah berusia empat tahun, Bagus Burhan diserahkan oleh R.T. Sastranegara kepada Ki Tanujaya, seorang abdi kepercayaan R.T. Sastranegara. 

Sifat atau pribadi Ki Tanujaya itu ramah, pandai bergaul, lucu dan banyak ilmunya. Bagus Burhan diasuh oleh Ki Tanujaya hingga berusia kurang lebih 12 tahun. Jadi, kurang lebih selama delapan tahun. Usia 12 tahun itu adalah masa seorang anak yang telah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar, tetapi pendidikan formal pada waktu itu belum ada. Pendidikan yang ada ialah pendidikan nonformal di lingkungan keluarga atau semacam pondok pesantren. 

Bagus Burhan menempuh pendidikan di pondok pesantren Gebang Tinatar. Pendidikan ini meliputi: Ngelmu Jaya kawijayan, Ngelmu Pangawikan, Ngelmu Kasantikan, Ngelmu Kanuragan. Pendidikan Bagus Burhan semasa kecilnya berada di tangan Ki Tanujaya. Bagi Bagus Burhan, Ki Tanujaya adalah seorang abdi dan sekaligus seorang guru sejati. 

Sistem pendidikan itu hanya diperoleh putra-putri raja atau kawula dalem yang mampu, para keluarga sentana dalem dan abdi dalem. Pondok-pondok pesantren yang terkenal pada waktu itu antara lain, Pondok Tegalsari Ponorogo, Pondok Banjarsari Madiun, Pondok Kebonsari Madiun, dan Pondok Pesantren Darat Semarang. Sebagai anggota golongan priyayi, Ranggawarsita memiliki hak atas kesempatan menurut ilmu pengetahuan dan ngelmu kejawen. 

Pada waktu berusia 12 tahun, yaitu pada tahun 1813, Bagus Burhan berguru dan belajar mengaji kepada Kanjeng Kyai Imam Besari, di Pondok Pesantren Gebang Tinatar, Tegalsari, Ponorogo. Kanjeng Kyai Imam Besari itu adalah putra menantu Paku Buwana IV, dan teman seperguruan R.T. Sastranegara. Dalam bidang tulis-menulis, dia banyak mencrima ajaran dari kakeknya ialah R.T. Sastranegara atau R. Ng. Yasadipura 11 Yang ahli dalam tulis-menulis dan ahli kepujanggaan sehingga akhirnya Bagus Burhan menjadi seorang  yang cerdas, kritis, sastrawan, dan sekaligus pujangga.

Bagus Burhan dan Ki Tanujaya meninggalkan Ponorogo menuju Kediri dan singgah di rumah Kasan Ngali di Mara. Atas anjuran Kasan Ngali maksud mereka untuk mengembara di Jawa Timur dapat diurungkan. Mereka menanti Pangeran Cakraningrat di rumah Kasan Ngali, di Madiun. Ketika di Madiun, Bagus Burhan bertemu dan menikah dengan Raden Ajeng Gombak, putri Adipati Cakraningrat.

Ia sering melakukan puasa, bertapa, bersemadi, atau bertirakat dengan berbagai cara. Perubahan tingkah-laku ini membuat Kyai Imam Besari menjadi senang. Kepandaian Bagus Burhan pun mulai tampak bahkan  sangat menonjol dan melebihi siswa-siswa yang lain. Setelah dikhitan pada tanggal 21 Mei l8l5 Masehi, Bagus Burhan diserahkan kepada Panembahan Buminata, untuk mempelajari ilmu jaya kawijayan, dan olah fisik. Setelah tamat berguru, Bagus Burhan dipanggil oleh Sri Paduka Paku Buwana IV dan diangkat sebagai pegawai istana. Raden Ngabehi Ranggawarsita diangkat menjadi pujangga kraton Surakarta Hadiningrat. 

Untuk menggali ajaran luhur Ranggawarsita maka diadakan sarasehan, workshop dan pelatihan  seni budaya. Kegiatan ini berlangsung pada hari Minggu, 22 Juli 2018. Dengan diikuti kerabat kraton, abdi dalem dan aktivis seni budaya. Bertujuan untuk menggali kearifan lokal demi memperkokoh jatidiri bangsa.


B. Pelopor Kesusastraan Adi Luhung

Untuk memudahkan pemahaman terhadap karya-karya Ranggawarsita, maka disusun sebagai berikut.

1) Karya Ranggawarsita yang ditulis sendiri, misalnya, Serat Pustaka Raja dan Serat Wirid Hidayat Jati.
2) Karya Ranggawarsita yang disalin oleh orang lain, misalnya, Serat Aji Pamasa dan Serat Cemporet.
3) Karya Ranggawarsita bersama orang lain, misalnya Serat Saridin dan Serat Sidin.
4) Karya Ranggawarsita yang diubah bentuknya oleh orang lain, misalnya Serat Jaman Cacad.
5) Karya Ranggawarsita yang digubah lagi oleh orang lain, misalnya Pustaka Raja Purwa.
6) Karya orang lain yang pernah disalin oleh Ranggawarsita, misalnya, Serat Bratayudha dan Serat Jayabaya.
7) Karya orang lain yang dilakukan sebagai karya Rangga-warsita, ialah Kalatidha Piningit, Wirid Hidayat Jati.

Pujangga Ranggawarsita mempunyai banyak karya yang bermutu tinggi. Beliau adalah pujangga agung Kraton Surakarta Hadiningrat. Karya-karya Ranggawarsita banyak tersimpan dalam perpustakaan Reksa Pustaka Kraton Surakarta. Perhatian terhadap Ranggawarsita datang dari seluruh tanah air, khususnya para pecinta kepustakaan Jawa. Perhatian ini demikian besar se¬hingga Ranggawarsita dipandang sebagai pujangga penutup. Sejarah Ranggawarsita merupakan kisah biografi intelektual yang melukiskan, menganalisa, dan mengevaluasi situasi kondisi rakyat Jawa pada masanya. Karya-karya Ranggawarsita terkenal mempunyai nilai yang dapat digunakan sebagai sumber kebijaksanaan hidup. 

Semenjak masa hidupnya, pujangga Ranggawarsita dipandang sebagai pujangga penutup. Dan kata penutup ini mempunyai konotasi yang sama dengan nabi penutup. Hal ini berarti bahwa sesudah wafatnya Ranggawarsita, tidak ada atau tidak diperlukan lagi tugas kepujanggaan. Tugas kepujang¬gaan telah dikerjakan oleh para pujangga sebelumnya dan kemudian telah diselesaikan seluruhnya oleh Ranggawarsita. Sebenarnya tugas pengembangan kesusastraan serta ke¬pustakaan Jawa tidak akan berakhir sepanjang masa. Generasi muda perlu mengenang dan memahami karya sang pujangga. 

Buku Karya Ranggawarsita: Babad Itih, Babon Serat Pustaka Raja Purwa, Serat Hidayat Jati, Serat Mardawa Lagu, Se-rat Paramasastra, Purwakane Serat Pawukon, Rerepen Sekar Tengahan, Sejarah Pari Sawuli, Serat Iber-Iber, Uran-Uran Sekar Gambuh, Widyapradana, Serat Aji Darma, Serat Aji Darma Aji Nirmala, Serat Aji Pamasa, SeratBudayana, Serat Cakrawarti, Serat Cemporet, Serat Darmasarana, Serat Joko Lodhang, Seral Jayengbaya, Serat Kalatidha, Serat Nyatnyanaparta, Serat Pambeganing Nata Binathara. 

Serat Panji Jayengtilam, Serat Pamoring Kawula Gusti, Serat Paramayoga, Serat Partakareja, Serat Pawarsakan, Serat Purrusangkara, Serat Purwagnyana, Serat Sari Wahana, Serat Sidawakya, Serat Wahanyasampatra, Serai Wedharaga, Serat Wedhasatya, Serat Wedhatama Piningit, Serat Wedyatmaka, Serat Wirid Sopanalaya, Serat Wiraradya, Serat Yudhayana, Kawi-Javaansche Woordenboek, Serat Saloka aka-liyan Paribasan, Serat Saridin, Serat Sidin, Pakem Pustaka raja Purwa, Pakem Pustaka raja Madya, Pakem Pustaka raja Antara, Pakem Pustaka raja Wasana, Jaman Cacad, Serat Paramayoga, Serat Bratayuda, Serat Jayabaya, Setrat Panitisastra, Serat Kalatidha Piningit, Serat Wirid Hidayat Jati.

Ajaran Karya Ranggawarsita

1. Serat Pustaka Raja
Buku ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk gancaran. Berjenis nonfiksi, berupa filsafat dan ilmu pengetahuan. Berisi tentang silsilah raja-raja dari Nabi Adam sampai berdiri Kerajaan Majapahit, baik dengan melalui dongeng maupun dengan melalui cerita wayang.

2. Wirid Hidayat Jati
Buku ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk prosa. Jenis nonfiksi, berupa moral dan ajaran agama, berisi memuat tentang delapan syarat untuk menjadi guru ilmu jaya kawijayan dan pujangga.

3. Sejarah Pari Sawuli
Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk gancaran yang ditulis sendiri.  Berjenis nonfiksi, memuat tentang pemberian pangkat kepada Ranggawarsita.

4. Serat Aji Darma
Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi, berupa biografi Dewi Satati, berisi Dewi Satati berdukacita atas meninggalnya Pangeran  Jayawijaya dan seterusnya.

5. Serat Aji Darma – Aji Nirmala
Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk prosa. Jenis termasuk fiksi, berupa kepercayaan dan ajaran agama, berisi tentang musyawarah para dewa di pertapaan mereka.

6. Serat Aji Pamasa
Serat Aji Pamasa ini masih berupa naskah tulisan tangan. Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi.

7. Serat Budayana
Serat Budayana ini masih berupa naskah tulisan tangan. Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi, berupa sejarah. Isinya menceritakan Pangeran Endrayana pindah ke Widarba.

8. Serat Cemporet
Buku ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi yang ditulis oleh orang lain. Jenis termasuk fiksi, berupa pendidikan moral, isinya menceritakan Raden Mas Jaka Pramana, seorang putra Pagelen, menikah dengan Rara Kumenyar, seorang anak angkat Ki Buyut Kumenyar.

9. Serat Darmasarana
Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk fiksi, berupa pendidikan moral, isinya cerita tentang Parikesit hingga mendapatkan ajaran ilmu kesempurnaan hidup.

10. Serat Jaka Lodhang
Buku ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi tembang macapat. Jenis termasuk fiksi, berupa jangka atau lambang,  isinya tentang ramalan jaman yang akan datang.

11. Serat Jayengbaya
Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk fiksi, berupa pendidikan moral. Isinya tentang hakikat seseorang yang mencari kesempurnaan  hidup.

12. Serat Kalatidha
Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi, berupa pendidikan moral. Isinya  menggambarkan keadaan jaman edan.

13. Serat Natnyanaparta
Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi, berupa cerita sejarah. Isinya  Prabu Angling Darma turun tahta dan digantikan oleh cucunya yang bernama Gandakusuma.

14. Serat Panji Jayengtilam
Buku ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk fiksi, berupa biografi. Isinya tentang Panji Jayengtilam dengan segala seluk-beluknya.

15. Serat Paramayoga
Buku ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk prosa. Termasuk nonfiksi dan fiksi, berupa cerita sejarah dan biografi, isinya menceritakan tentang asal-usul Tanah Jawa beserta tahun  surya.

16. Serat Purwawasana
Buku ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi, berupa filsafat. Isinya tentang orang Yang mencari nilai-nilai luhur dilihat dari sudut  filsafat.

17. Serat Sari Wahana
Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi berupa cerita sejarah. Isinya cerita Pangeran Sari Wahana dinobatkan menjadi raja sampai akhir hayatnya.

18. Serat Wedharaga
Buku ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi berupa pendidikan. Isinya uraian tentang nilai kependidikan dalam kehidupan sehari-hari.

19. Serat Wedhasatya
Buku ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita, dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi, berupa filsafat. Isinya uraian tentang rilsafat, khususnya mengenal fidsarat perjodohan.

20. Serat Wirid Supanalaya
Buku ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi. Isinya uraian tentang filsafat kehidupan sehari-hari

21. Serat Witaradya
Naskah ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi, berupa sejarah. Isinya riwayat Pangeran Aji Pamasa  yang pindah ke Pengging.

22. Serat Yudayana
Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi, berupa cerita sejarah. Isinya Pangeran Yudayana digantikan oleh Pangeran Hendrayana.
23. Kawi Javaansche Woordenboek
Buku ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk prosa. Termasuk nonfiksi, berupa ilmu pengetahuan.  Isinya  Kamus Kawi-Jawa.

24. Serat Saloka Akalian Paribasan
Buku ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk prosa. Termasuk nonfiksi, berupa filsafat dan ilmu pengetahuan. Isinya kumpulan saloka berjumlah 436 buah yang disusun menurut abjad dan kumpulan paribasan sebanyak 144 buah, yang disusun sesuai dengan abjad.

25. Serat Saridin
Buku ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk prosa. Jenis termasuk nonfiksi, berupa ilmu pengetahuan.

26. Serat Sidin
Buku ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk prosa. Jenis termasuk nonfiksi, berupa ilmu pengetahuan.

27. Pakem Pustaka Raja Purwa
Naskah ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk fiksi, berupa seni dan ilmu pengetahuan. Isinya tentang pakem pedalangan untuk Wayang Purwa.

28. Pakem Pustaka Raja Madya
Naskah ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk fiksi, berupa seni dan ilmu pengetahuan, isinya tentang pakem pedalangan untuk Wayang Madya.

29. Pakem Pustaka Raja Antara
Naskah ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis temasuk fiksi, berupa seni dan ilmu pengetahuan. Isinya tentang Pakem Pedhalangan untuk Wayang Gedhog.

30. Pakem Pustaka Raja Wasana
Naskah ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk fiksi, berupa seni dan ilmu pengetahuan.  Isinya  tentang pakem pedalangan untuk Wayang Klithik.

31. Serat Jaman Cacad
Buku ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi dan fiksi, di dalamnya terdapat pula pendidikan moral. Isinya tentang lukisan keadaan jaman yang tidak menentu.

32. Serat Paramayoga
Naskah ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi, berupa sejarah dan biografi. Isinya menceritakan riwayat hidup Nabi Adam dan Hawa sampai anak-cucunya.

33. Serat Bratayuda
Buku ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk fiksi, berupa pendidikan moral.  Isinya menceritakan peperangan antara keluarga Barata, yaitu   antara Pandawa dan Korawa.

34. Serat Jayabaya
Buku ini merupakan karya Yasadipura I dalam bentuk puisi yang disalin oleh R. Ng. Ranggawarsita.  Termasuk fiksi berupa jangka atau lambang.  Isinya uraian tentang ramalan jaman yang akan datang dengan segala sesuatunya yang akan terjadi.

35. Serat Kalatidha Piningit
Naskah ini merupakan karya orang lain yang diatas-namakan sebagai karya Ranggawarsita yang ditulis dalam bentuk puisi. Jenis temasuk fiksi, berupa jangka atau lambang. Isinya uraian tentang ramalan bahwa Gunung Merapi akan meletus.

C. Ramalan Sakti Pujangga Ranggawarsita

Ramalan Ranggawarsita disebut juga dengan Jangka Ranggawarsita. Adapun kegiatan seni budaya yang diselenggarakan oleh Paguyuban Putri Berkarya ini memiliki tujuan: Menggali ajaran luhur warisan pujangga Ranggawarsita. Menjadikan ajaran Ranggawarsita sebagai panduan untuk membaca tanda-tanda zaman, yang sesuai dengan kepribadian luhur bangsa. Mencari butir-butir pemikiran dari pujangga masa lalu untuk memahami situasi terakhir, yang bersumber dari seni budaya tradisional. Melestarikan pokok-pokok pikiran yang tersimpan dalam pustaka klasik, guna memperkaya kebudayaan nasional. Menyadarkan generasi muda untuk menghargai pemikiran masa silam, demi menyongsong masa depan yang lebih gemilang.

Sinom Serat Kalatidha

Mangkya darajating praja, 
kawuryan wus sunyaruri, 
rurah pangrehing ukara,
karana tanpa palupi, 
atilar silastuti, 
sujana sarjana kelu, 
kalulun kalatidha, 
tidhem tandhaning dumadi, 
ardayengrat dene karoban rubeda

Ratune ratu utama, 
Patihe patih linuwih, 
pra nayaka tyas raharja, 
panekare becik-becik, 
parandene tan dadi, 
paliyasing kala bendu, 
mandar mangkin andadra, 
rubeda angreribedi, 
beda-beda ardaning wong saknegara

Tafsir makna ajarannya:
Serat Kalatidha ini merupakan karya Ranggawarsita da-lam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi, berupa pendidikan moral. Isinya menggambarkan keadaan jaman edan. Keadaan negara waktu sekarang, sudah semakin merosot, keadaan negara telah rusak, karena sudah tak ada yang dapat diikuti lagi, sudah banyak yang meninggalkan aturan-aturan lama, orang cerdik cendekiawan terbawa arus kalatidha, suasananya mencekam, karena dunia penuh dengan kerepotan.

Sebenarnya rajanya termasuk raja yang baik, Patihnya juga cerdik, semua anak buah hatinya baik, pemuka-pemuka masyarakat baik, tapi segalanya itu tidak menciptakan kebaikan, oleh karena daya jaman kala bendu, bahkan kerepotan-kerepot-an makin menjadi-jadi, lain orang lain pikiran dan maksudnya.

Gambuh Serat Jaka Lodhang Lancaran

Jaka Lodhang gumandhul, 
Praptaning pang  ngethengkrang sru muwus, 
eling-eling pasthi karsaning Hyang Widi, 
gunung mendhak jurang mbrenjul, 
ingusir praja prang kasor

Nanging awya kliru, 
sumurupa kandha kang tinamtu, 
nadyan mendhak mendaking gunung wis pasthi, 
maksih katon tabetipun, 
beda lawan jurang gesong

Tafsir makna ajarannya: 
Serat Jaka Lodhang ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi tembang macapat. Jenis termasuk fiksi, berupa jangka atau lambang,  isinya tentang ramalan jaman yang akan datang. Jaka Lodhang berayunan, kemudian duduk merentang kaki dan berkata dengan keras, ingat-ingatlah sudah menjadi kehendak Tuhan, bahwa gunung-gunung yang tinggi itu akan merendah, sedangkan jurang yang curam akan tampil ke permukaan, karena kalah perang maka diusir dari negerinya. Tapi jangan salah terima menguraikan kata-kata ini, sebab bagaimanapun juga meskipun merendah kalau gunung, akan tetap masih terlihat bekasnya. Lain sekali dengan jurang yang curam.

Gambuh Serat Sabda Tama

Rasaning tyas kayungyun, 
angayomi lukitaning kalbu, 
gambir wana kalawan enenging  ati, 
katenta kudu pitutur, 
sumingkir ing reh tyas mirong

Den samya amituhu, 
ing sajroning jaman kala bendu,
yogya samya nyenyuda hardaning ati, 
kang anuntun mring pakewuh, 
uwohing panggawe awon

Tafsir makna ajarannya:
Serat Sabda Tama merupakan karya Ranggawarsita yang berisi tentang keutamaan hidup, nilai kebenaran dan keadilan diulas dalam bentuk tembang gambuh yang bernuansa riang gembira. Pujangga Ranggawarsita memberi nasehat selalu disesuaikan dengan kondisi dan situasi. 

Timbul suatu keinginan, melahirkan perasaan dengan hati yang jernih, disebabkan ingin memberikan petuah-petuah, agar dapat menyingkirkan hal-hal yang salah. Diharap semuanya maklum, bahwa di jaman kalabendu sebaiknya mengurangi nafsu pribadi, yang akan membenturkan kepada kerepotan, karena hasilnya hanyalah perbuatan yang buruk.

Megatruh Serat Sabda Jati

Aja pegat ngudiya ronging budyayu, 
margane suka basuki, 
dimen luwar kang kinayun, 
kalising panggawe sisip, 
ingkang taberi prihatos

Ulatna kang nganti bisane kepangguh, 
galedhehan kang sayekti, 
talitinen awya kleru, 
larasen sajroning ati, 
tumanggap dimen tumanggon 

Tafsir makna ajarannya:
Serat sabda jati ini merupakan karya pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita yang berisi tentang pendidikan budi pe-kerti luhur. Di dalamnya meliputi ajaran mental moral spiritual yang dipadukan dengan keyakinan orang Jawa. Sebagian masyarakat membacanya sebagai karya yang bernuansa magis, karena terdapat ungkapan yang bisa digunakan untuk membaca tanda-tanda jaman.

Jangan berhenti selalulah berusaha berbuat kebajikan, agar mendapat kegembiraan, serta keselamatan serta tercapai segala cita-cita, terhindar dari perbuatan yang bukan-bukan, caranya haruslah gemar prihatin. Dalam hidup keprihatinan ini pandanglah dengan seksama, intropeksi, telitilah jangan sampai salah, endapkan di dalam hati, agar mudah menanggapi sesuatu.

Dhandhanggula Pamoring Kawula Gusti

Yen wruh pamoring Kawula Gusti, 
sarta Suksma kang sinedya ana, 
de warna neng sira nggone, 
lir wayang sarireku, 
saking dhalang solahing ringgit, 
mangka panggung kang jagad, 
lire badan iku, 
asolah lamun pinolah, 
sasolahe kumedhep myarsa ningali, 
tumindak lan pangucap.

Kawisesa amisesa sami, 
datan antara pamoring karsa, 
jer tanpa rupa rupane, 
wus aneng ing sireku, 
upamane paesan jati, 
ingkang ngilo Hyang Suksma, 
wayangan puniku, 
kang ana sajroning kaca, 
iya sira jenening manusa iki, 
rupa sajroning kaca.

Tafsir makna ajarannya:
Serat Pamoring Kawula Gusti merupakan karya Rangga-warsita yang bernuansa mistis, yakni jalan untuk memperoleh kesempurnaan. Kalau tahu Pamoring Kawula Gusti, serta Suksma yang dituju ada, oleh warna pada kamu tempatnya, seperti wayang kamu itu, dari dalang gerak wayang, padahal panggung itu jagat, seperti badan itu, bergerak jika digerakkan, pergerakannya tertatap mendengar melihat, bertindak dan berkata. Sama menguasai dikuasai, tak antara pamoring karsa, memang tanpa rupa, sudah ada pada dirimu, umpama paesan jati, yang berkaca Hyang Suksma, wayangan adalah, yang ada dalam kaca, yaitu kamu nama manusia, rupa dalam kaca.

Mijil Serat Candrarini

Rekma memak ngendrawila wilis
rerompyoh kang sinom
jangga lumung welar kang prajane
maya maya lir cengkir piningit
anggendhewa gadhing
wijang baunipun

Tafsir makna ajarannya:
Serat Candrarini merupakan karya pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita yang memuat ajaran kewanitaan. Piwulang luhur tentang etika kewanitaan diperlukan agar masyarakat aman sejahtera dan damai. Pendidikan generasi muda tergan-tung pada kemampuan wanita dalam mengarahkan anak-anaknya. 

Tembang di atas memberi ajaran tentang etika kewanitaan. Digambarkan seorang putri yang pintar berdandan agar tampak cantik jelita. Wanita mesti pintar merawat kecantikan. Keselarasan jagad raya ini banyak dipengaruhi oleh kemampuan wanita dalam mengelola keluarga.

Gambuh Serat Wedharaga Waosan

Ki Gambuh karya pemut, 
limuting tyas rare kang kalimput, 
lacut maring reh sumirang murang niti, 
datan tuman amamatuh, 
temah lumaku ginuron.

Terkadhang amardhukun, 
dhokohan tyas asring ngumbar sanggup, 
iku aja kongsi mangkono yen keni, 
kinira-kira kang patut, 
apa kalumrahaning wong.

Tafsir makna ajarannya:
Serat Wedharaga ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi berupa pendidikan. Isinya uraian tentang nilai kependidikan dalam kehidupan sehari-hari. Ki Pujangga memberi peringatan, tentang anak muda yang kegelapan hatinya karena tertutup, terlanjur menempuh dan melanggar kesopanan, tetap demikian karena terbiasa, akhirnya bahkan bertindak menjadi guru.

Kadang-kadang berdukun, hatinya bernafsu sering menyatakan serba sanggup, janganlah demikian kalau boleh dinasehati, berbuatlah yang kira-kira patut, seperti apa yang biasanya dilakukan orang.

Dhandhanggula Serat Cemporet

Songsong gora candraning hartati, 
lwir winidyan saro¬seng parasdya, 
ringa-ringa pangriptane, 
tan darbe labdeng kawruh, 
angruruhi wenganing budi, 
kang mirong ruhareng tyas, 
jaga angkara nung, 
minta luwaring dhuhkita, 
aywa kongsi kewran lukiteng kinteki, 
kang kata ginupita.
    
Pangapusing pustaka sayekti, 
saking karsa Dalem Sri Narendra, 
kang kaping sanga mandhireng, 
Surakarta praja gung, 
sumbageng rat dibyadi murti, 
martotama susanta, 
santosa mbek sadu, 
sadargeng galih legawa, 
sih ing wadya gung alit samya memuji, 
raharjeng praja nata.

Tafsir makna ajarannya:
Serat Cemporet ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk fiksi, berupa pendidikan moral, isinya menceritakan Raden Mas Jaka Pramana, seorang putra Pagelen, menikah dengan Rara Kumenyar, seorang anak angkat Ki Buyut Kumenyar. Songsonggora sebagai lambang keselamatan, bagaikan winidyan  yang sesuai benar dengan apa yang diidam-idamkan, namun tetap ringa-ringa sewaktu menggubah, karena tidak memiliki kemampuan yang tinggi, sehingga terlebih dahulu harus mencari kerisauan batin, dan menjaga angkara murka, semoga terbebas dari kesedihan, agar jangan bingung dalam menyusun jalannya cerita ini, dan demikianlah cerita ini ginupita.

Sesungguhnya buku cerita ini disusun atas kehendak Sri Baginda IX, yang bertahta di kerajaan besar Surakarta. Sri Baginda termasyhur di dunia karena kesaktiannya dan sebagai perujudan utama akan sifat-sifat utama, suci, berhati sabar, sentosa, pemurah serta tulus cintanya kepada rakyat, sehingga besar maupun kecil mereka semua mendoakan kesejahteraan kerajaan Sri Baginda.

Dhandhanggula Serat Supanalaya

Rarasing tyas sinawung artati
denira amedhar sarkara
ngayawara sapolahe
biwaraning madhangkung 
inukara ri Sukra-kasih 
Rong¬ puluh wulan Rajab 
gati kanenipun 
warsa Jimakir Sancaya 
si¬nengkalan nembah muluk ngesthi aji 
tata wedharing kata.

Tafsir makna ajarannya:
Serat Supanalaya ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi. Isinya uraian tentang filsafat kehidupan sehari-hari. Karya ini cocok digunakan untuk mencari nilai kebenaran dan keutamaan. Kitab ini sebenarnya adalah sama dengan risalah ketiga dari Suluk Supanalaya tersebut di atas. Hanya dalam penerbitan Wiryapanitra ini, setiap bait diberi uraian tentang maksud ajar¬annya. 


Pangkur Serat Sukma Lelana

Punapa yen wus hakekat
estu lajeng sarengatnya kawuri
yen saking pamanggih ulun
tan wonten kang tinilar
jer muktamar ing kadis ing karebut
kang tanpa sarengat batal
sarak tanpa hak tan dadi.

Paran Gusti kang kapisah
temah mangka kekalihira sisip
kang lempung taksih ing kawruh
sekawanira tunggal
ngelmune Hyang sarengat myang tarekate
hakikat miwah makripat
punika kamil apdoli.

Tafsir makna ajarannya:
Serat Sukma Lelana berarti pengembaraan jiwa untuk memperoleh kesempurnaan. Jalan kesempurnaan ini diperoleh dengan melakukan lara lapa tapa brata. Dengan disertai ilmu pengetahuan maka seseorang akan mencapai tingkatan rasa jati. 

Kutipan tembang pangkur dalam suluk Sukma Lelana di atas memberi ajaran tentang syariat tarekat hakikat makrifat. Keempat ajaran itu harus dipahami sebagai satu kesatuan. Tak boleh dipisah-pisahkan agar kehidupan menjadi sempurna.

Asmarandana Serat Jayengbaya pelog barang

Kidung kadresaning ati
yayah nglamong tanpa mangsa
hingan silarja jatine
satata samaptatinya
raket rakiting rahsa
tahan tumanening siku
karasuk sakeh kasrakat

Tafsir makna ajarannya:
Serat Jayengbaya merupakan karya Ranggawarsita yang terkait dengan ragam pekerjaan. Dalam memilih profesi hendaknya dilakukan dengan cara mantap dan sungguh-sungguh. Dijauhkan dari sifat bimbang dan ragu. Segala pekerjaan ada kurang dan  lebihnya.  Tembang dalam Serat Jayengbaya ini mengajarkan agar seseorang mau mantab saat bekerja. Tak usah silau dengan kerja pihak lain. Orang hidup itu sawang-sinawang. Lebih baik tekun dalam pekerjaan. Biar dapat hasil maksimal.

Kegiatan budaya di pelataran Joglo Makam Ranggawarsita dilaksanakan pada 22 Juli 2018. Berkenan hadir pengageng Sasana Karaton Surakarta Hadiningrat, GKR Dra Koes Mutiyah Wandansari, M.Pd. Hadir pula pengageng keputren GKR Galuh Kencono. Para sentana mengikuti acara ini demi menggali ajaran luhur. Adapun para abdi dalem memberi pasugatan seni yang diambil dari ajaran pujangga Ranggawarsita. Penyajiannya dalam bentuk tembang, tari dan wayang.

Minggu, 29 November 2020

SEJARAH KABUPATEN KENDAL

SEJARAH KABUPATEN KENDAL

Oleh Dr Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA, hp. 087864404347. 

A. Pembentukan Kabupaten Kendal atas Usul Sinuwun Prabu Hadi Hanyokrowati

Kabupaten Kendal mendapat perhatian istimewa dari Raja Pajang dan Raja Mataram. Sejak tahun 1578 Pangeran Benowo, putra Joko Tingkir, Raja Pajang mendirikan perguruan Al Hamid di Kaliwungu Kendal. Murid-muridnya berasal dari seluruh kawasan Nusantara. Pondok Pesantren Al Hamid memadukan pengajaran agama, umum dan ketrampilan.

Pada tahun 1582 Panembahan Senapati menjadi Raja Mataram. Hubungan Pangeran Benowo dengan Panembahan Senapati begitu akrab, dekat, bersahabat dan bersaudara. Putri Pangeran Benowo bernama Dyah Banowati, dinikahkan dengan Raden Mas Jolang, putra Panembahan Senopati. Keduanya menjalin hubungan kekerabatan lewat perkawinan. Dari pernikahan Dyah Banowati dengan Raden Mas Jolang ini lahir Raden Mas Jatmiko atau Kanjeng Sultan Agung Hanyokro Kusumo.

Pada tahun 1601 Raden Mas Jolang dinobatkan menjadi raja Mataram dengan gelar Kanjeng Sinuwun Hadi Prabu Hanyokrowati. Selama menjabat sebagai eksekutif Mataram, beliau didampingi oelh Joko Bahu atau Pangeran Sosrobahu. Beliau adalah putra kedua Pangeran Benowo. Jadi kedudukannya di Mataram cukup kuat. Adik ipar raja ini cukup disegani.

 Pangeran Sosrobahu memiliki kecerdasan, keterampilan, kewibawaan, kemampuan, kejujuran, keutamaan, kemanusiaan, keadilan, kerohanian, kepandaian yang dapat diandalkan. Beliau merupakan satriya linuwih prajurit sinakti.

Kecapakan Joko Bahu diperoleh dari Kraton Pajang saat diasuh oleh Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijoyo. Sang kakek me-ngajari Joko Bahu dengan beragam ilmu kesaktian, olah gelaring prajurit, kawruh satataning panembah, tata cara sambang sambung, srawung, tulung- tinulung. Raja Pajang yang mengajari pengetahuan tata praja, ilmu hukum, diplomasi, birokrasi dan kepemimpinan. Ketajaman batin Joko Bahu diasah dengan cegah dhahar lawan guling.

Ilmu agama didapatkan dari Perguruan Al Hamid Kali-wungu Kendal. Joko Baku tampil sebagai generasi yang ideal. Kerajaan Mataram beruntung sekali. Tenaga dan pikiran Joko Baku siang malam dipersembahkan untuk rakyat banyak. Tugas yang diemban selalu dilaksanakan dengan sempurna. Joko Bahu tak mau kerja di Mataram hanya mengandalkan hubungan darah. Kenyataannya beliau adalah adik kandung Dyah Banowati, permaisuri Raja Mataram.

Loyalitas, dedikasi dan prestasi Joko Bahu mendapat apresiasi dari seluruh jajaran birokrasi Mataram. Namanya kondang kaonang- onang. Atas pertimbangan Patih Mandaraka, Sinu-wun Prabu Hadi Hanyakrawati mengadakan sidang kenegaraan. Kerajaan Mataram sudah tertata dengan baik. Rakyat hidup rukun aman damai. Murah sandang pangan. Kali ini rapat memabhas tentang pembinaan teritorial. Daerah pesisir harus semakin maju dan berkembang. Kegiatan rapat ini terjadi pada tanggal 25 Mei 1605.

Hasil rapat pleno kerajaan Mataram memutuskan bahwa status daerah Kendal dinaikkan menjadi kabupaten otonom. Perlu segera ditunjuk pejabat bupati yang memimpin kabupaten Kendal. Rapat istimewa itu dihadiri oleh perwakilan keluarga keturunan Demak, Pajang, Jepara, Pengging, Tegal dan Pati. Sua-sana sidang di Mataram berjalan lancar. Semua peserta sidang sepakat menunjuk Joko Bahu atau Pangeran Sosrobahu sebagai bupati Kendal.

Upacara pelantikan pun segera dipersiapkan. Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati adalah narendra gung binathara, mbahu dhendha nyakrawati, ambeg adil paramarta, memayu ha-yuning bawana, keputusan menetapkan Kendal sebagai Kabu-paten otonom membuat gembira semua kalangan. Sedangkan Joko Bahu atau Pangeran Sosrobahu segera menata diri. Mikul dhuwur mendhem jero adalah ajaran keutamaan untuk menghormati leluhur. Beliau terlebih dulu sowan ke pasareyan Sri Makurung Handoyoningrat, Bupati Pengging yang menurunkan dirinya. Di sana Joko Bahu juga minta doa kepada Eyang Ratu Pembayun, putri Sinuwun Prabu Brawijaya raja Majapahit.

Perjalanan sejarah lantas dilanjutkan ke Butuh Sragen. Joko Bahu minta doa restu kepada leluhur yang sangat berjasa. Di sinilah dimakamkan Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, Kebo Kenongo, Lembu Amiluhur, Ki Ageng Butuh dan para pembesar kerajaan Pajang. Dari Butuh Sragen lantas pergi ziarah ke makam Ki Ageng Tarub dan Ki Ageng Sela. Beliau berdua adalah leluhur raja Mataram. Dari grobogan dilanjutkan nyekar di pasareyan Ki Ageng Penjawi, Ki Ageng Ngerang dan Sunan Prawoto di Sukolilo Pati. Begitulah tata cara Joko Bahu sebelum upacara pelantikan Bupati Kendal. .

Tepat pada hari Jum’at Pahing 12 Rabiul Awal 1014 H atau 28 Juli 1605 Joko Bahu atau Pangeran Sosrobahu dilantik menjadi Bupati Kendal. Upacara pelantikan langsung dipimpin oleh kanjeng Sinuwun Prabu Hadi Hanyokrowati raja Mataram. Beliau didampingi Kanjeng Ratu Dyah Banowati. Hadir pula Patih Mandaraka, undangan dari Trah Pengging, Madiun, Pati, Demak, Jepara, Semarang, Tegal. Mereka turut ngestreni dan mangayu bagya atas dilantiknya Joko Bahu sebagai Bupati Kendal dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung Bahurekso. Kawula Kendal yang tinggal di kutha ing ngakutha, desa ing ngadesa, gunung ing ngagunung padha suka parisuka. 

B. Kabupaten Kendal Membangun Peradaban Agung

Tepa palupi kang utama. Segenap pikiran, tenaga dan waktu dicurahkan KRT Bahurekso buat kemajuan dan kesejahteraan rakyat Kendal. KRT Bahurekso sangat sakti mandraguna. Beliau suka menjalankan lara lapa tapa brata. Tapa ngidang, tapa ngalong, tapa ngiwak dilakukan secara periodik. Tapa ngrame, tapa kungkum, tapa ngeli, tapa pendhem, tapa gantung dilaksanakan demi kasantosan pribadi. Tak lupa tapa nggenora mba-nyuara. Wajar sekali bila KRT Bahurekso dibedhil nyisil tinombak mendat jinara menter.

Makhluk halus di alas Roban tunduk kepada KRT Bahurekso. Beliau memiliki sifat kandel dan pusaka yang diperoleh dari kerajaan Pajang dan Mataram. Pusaka itu disimpan di pendopo kabupaten Kendal. Dulu yang menjaga kamar pusaka ini adalah Nyai Gadhung Melathi, abdi dalem Karaton Mataram. Sejak tahun 1607 Kanjeng Ratu Banowati mengangkat Nyai Gadhung Melathi untuk menjaga pusaka di Kabupaten Kendal.

1. Tombak Kyai Tanggul Manik. 

Pusaka Kabupaten Kendal yang berwujud Tombak. Gunanya untuk menjaga keamanan, kenyamanan dan ketentraman rakyat dari tindakan jahat musuh. Pelaku kejahatan akan jatuh, tersingkir dan tergeletak saat tombak Kyai Tanggul Manik digunakan. Barisan musuh akan lari kocar-kacir.

2. Keris Kyai Gambir Anom. 

Kemampuan keris ini bisa membuat tanah Kendal menjadi subur. Tanaman tumbuh menghijau. Palawija berbuah me-limpah. Padi panen dengan menggembirakan. Bahkan keris Kyai Gambir Anom mampu mengusir segala hama. Sejenis hama wereng, ulat, tikus, kala sundep akan menyingkir. Petani Kendal merasa mendapat pengayoman.

3. Bendera Kyai Bang Sumirat.

Pusaka bumi Kendal yang berwujud bendera ini berguna untuk menghalau aneka ragam pageblug mayangkara. Pe-nyakit menular, wabah berbahaya bisa diatasi. Dengan kirab bendera Kyai Bang Sumirat. Kirab ini dilakukan bupati Kendal dengan diiringi barisa prajurit Kraton Mataram. Betul juga wabah penyakit menular seger sirna, rakyat hidup aman damai.

4. Payung Kyai Tanjung Wiring. 

Pusaka Kendal ini hadiah dari Kanjeng Ratu Waskitha Jawi. Beliau adalah putri Bupati Penjawi Pati yang menjadi permaisuri Panembahan Senapati. Diberikan kepada KRT Bahurekso, agar rakyat Kendal selalu mendapat kawibawan, kawidadan, kabagyan, kamulyan lan karaharjan. Payung Kyai Tanjung Wiring melindungi Kabupaten Kendal dari kepanasan dan kehujanan, biar rakyat selalu ayom dan ayem, agung dan anggun.

5. Bokor Gadhing Wiring. 

Pusaka Nyai Gadhing Wiring berupa bokor yang digunakan untuk upacara besar. Bila tamu agung datang, maka bokor ini akan membuat peserta upacara akan tampil cerah, ceria, gemerlapan, senang, bahagia, berseri -seri. Bokor Nyai Gadhing Wiring bahkan dapat membuat tampan dan cantik seseorang. Suasana upacara bertambah luwes, dhemes, pantes merak ati. Nyai Bokor Gadhing Wiring perpaduan daya linuwih sri taman dan sri gunung, yang mencerminkan keindahan dari jarak jauh dekat. Kabupaten Kendal katon asri anglam -lami.

Kabupaten Kendal selalu aktif dalam pembangunan segala bidang. Pada tahun 1650 Bupati Kendal, Tumenggung Wongso wiroprojo dilibatkan dalam pembangunan maritim di Kabu-paten Tegal. Beliau dipercaya oleh Sinuwun Amangkurat Tegal Arum untuk mengurusi logistik pelabuhan, pelayaran dan perikanan. Banayk rakyat Kendal yang membantu pembangunan pelabuhan Tegal. Mereka mendapat imbalan yang tinggi, sehingga cukup untuk menghidupi anak istri.

Pada tahun 1745 Bupati Kendal Tumenggung Singo wijoyo II mendapat kepercayaan dari Sinuwun Paku Buwono II. Perpindahan ibukota dari Kartasura ke Surakarta tak lepas dari bantuan rakyat Kendal.

Pembangunan istana Karaton Surakarta selanjutnya juga atas partisipasi rakyat Kendal, terutama yang tinggal di sekitar Alas Roban. Oleh karena itu sampai sekarang rakyat kabupate Kendal memiliki hubungan yang amat erat dengan Karaton Surakarta Hadiningrat. Mereka turun- temurun bersedia menjadi abdi dalem.

Pembangunan jalan kereta api yang melintasi wilayah Kendal atas jasa Sinuwun Paku Buwono IX yang memerintah tahun 1861-1893. Bahkan Sinuwun Paku Buwono pada tahun 1883 sempat diskusi dengan Bupati Tegal Tumenggung Aryo Notohamiprojo. Dalam pertemuan itu disinggung pula pemba-ngunan stasiun yang berada di wilayah Kaliwungu. Bagi Karaton Surakarta Hadiningrat, Kaliwungu memiliki sejarah yang penting. Karena itu Kaliwungu harus dihormati, supaya tetap sami wibawa widada rahayu lestari.

C. Para Bupati Kendal dalam menganyam Peradaban Agung.

1. Tumenggung Bahurekso, 1605-1629. Dilantik pada jaman pemerintahan Prabu Hadi Hanyokro-wati, Raja Mataram.

2. Tumenggung Wiroseco, 1629-1641. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Sultan Agung, Raja Mataram. 

3. Tumenggung Merotyudo, 1641-1649. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Sultan Agung, Raja Mataram.

4. Tumenggung Wongsodiprojo, 1649-1650.. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Amangkurat Tegal Arum, Raja Mataram.

5. Tumenggung Wongsowiroprojo, 1650-1661. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Amangkurat Tegal Arum, Raja Mataram.

6. Tumenggung Wongsowirosyoyo, 1661-1663. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Amangkurat Tegal Arum, Raja Mataram.

7. Tumenggung Singowijoyo, 1663-1668. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Amangkurat Tegal Arum, Raja Mataram.

8. Tumenggung Mertowijoyo I, 1668-1700. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Amangkurat Amral, Raja Mataram. 

9. Tumenggung Mertowijoyo II, 1700-1725. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Amangkurat Amral, Raja Mataram.

10. Tumenggung Mertowijoyo III, 1725-1739. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Amangkurat Jawi, Raja Mataram.

11. Tumenggung Singowijoyo III, 1739-1755. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono II, Raja Mataram.

12. Tumenggung Sumonegoro I, 1755-1780. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono III, Raja Surakarta Hadiningrat.
13. Tumenggung Sumonegoro II, 1780-1785. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono III, Raja Surakarta Hadiningrat.

14. Tumenggung Surohadinegoro II, 1785-1796.. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono III, Raja Surakarta Hadiningrat. 

15. Adipati Aryo Prawirodiningrat I, 1896-1813. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono IV, Raja Surakarta Hadiningrat.
16. Adipati Aryo Prawirodiningrat II, 1813-1830. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono III, Raja Surakarta Hadiningrat. 

17. Adipati Purbodiningrat I, 1832-1850. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono VII, Raja Surakarta Hadiningrat. 

18. Adipati Purbodiningrat II, 1850-1855. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono VII, Raja Surakarta Hadiningrat.

19. Adipati Aryo Notohamiprojo, 1857-1891. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono VII, Raja Surakarta Hadiningrat. 

20. Adipati Kamal Notonagoro, 1891-1911. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono IX, Raja Surakarta Hadiningrat.

21. Adipati Cokrohadisastro, 1911-1914. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono X, Raja Surakarta Hadiningrat.

22. Adipati Aryo Notohamijoyo, 1914-1938. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono X, Raja Surakarta Hadiningrat.
23. Adipati Noto Mudigdo, 1938-1939. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono X, Raja Surakarta Hadiningrat.

24. Adipati Sadin Purbonegoro, 1939-1942. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono X, Raja Surakarta Hadiningrat. 

25. Adipati Kusumohudoyo, 1942-1945. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono XI, Raja Surakarta Hadiningrat.

26. Sukarmo Joyonagoro, 1945-1949. Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden Seokarno.

27. R. Ruslan, 1949-1950. Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden Seokarno.

28. Prayitno Partodijoyo, 1950-1956
Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden Seokarno.

29. Sujono, 1957-1960. Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden Seokarno.

30. Salatoen, 1960-1966. Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden Seokarno. 

31. Mayor Sunardi, 1966-1967. Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden Seokarno.

32. Letkol. Suryo Suseno, 1967-1972. Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden Seokarno.

33. Abdussaleh Ronowijoyo, 1972-1979. Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden Soeharto

34. Drs. Herman Sumarmo, 1979-1984. Dilantik pada jaman pe-merintahan Presiden Soeharto.

35. Sudono Yusuf, BA, 1984-1989. Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden Soeharto.

36. Sumoyo Hadiwinoto, SH, 1989-1999. Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden Soeharto.

37. Drs. Jumadi, 1999-2000. Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden BJ. Habibie.

38. Hendy Boedoro, SH, 2000-2008. Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.

39. Dra. Siti Nur Markesi, 2008-2010. Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.

40. Dr. Widya Kandhi Susanti, 2010-2015. Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.

41. Kunto Nugroho, 2015-2016. Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden Joko Widodo.

42. Dr. Mirna Anisa, M.Si, 2016-2021. Dilantik pada jaman pemerintahan Presiden Joko Widodo.

D. Jaringan Makhluk Halus yang Pernah diperintah oleh bupati Tumenggung Bahurekso

Sinom

Apuranen sun angetang, lelembut ing nusa Jawi, 
kang rumeksa ing nagara, para ratuning dhedhemit, agung sawabe ugi, yen eling sadayanipun, 
pedah kinaya tulak, 
ginawe tunggu wong sakit, kayu neng lemah sangar dadi tawa.

Kang rumiyin ing bang wetan, Durganeluh Maospahit lawan, Raja Bahureksa
iku, ratuning dhedhemit
Blambangan, kang winarni awasta, Sang Balabatu, aran Butalocaya, kang rumeksa ing Kadhiri, 
Prabuyeksa kang rumeksa Giripura.

Sidagori ing Pacitan
Kaduwang, si Klenthing mungil 
Endrayaksa ing Magetan, Jenggala si Tunjungputih, 
Prangmuka Surabanggi, 
Pananggulan Abur- abur, Sapujagat ing Jipang, Madiyun si Kalasekti, pan si Koreb lelembut ing Pranaraga.

Singa barong Jagaraga, Majenang Trenggiling wesi, 
Macan guguh Garobogan, 
Kalajangga Singasari, Sarengat Barukuping, Balitar si Kalakatung, 
Batukurda ing Rawa, 
Kalangbret si Sekargambir, 
Carub- awor kang rumaksa ing Lamongan.

Gurnita ing Puspalaya, si Lempur ing Pilangputih, 
si Lancuk aneng Balora, Pagambira Kalasekti, Kedhunggene 
Ni Jenggi, Ki Bajang klewer puniku, 
Langsem Kala brahala, Sidayu si Cicingmurti, 
Ki Jalangkah ing candi Kahyanganira.

Semarang Baratkatiga, 
Pakalongan Gunturgeni, Pecalang si Sambangyuda, 
Sarwaka ing Sukawati, ing padhas Nyai Ragil, Jaya lelana ing Suruh, 
Buta trenggiling Tegal, ing Tegal si Gunting -geni, Kaliwungu Gutuk api kang rumeksa.

Magelang ki Samaita, Dhadhung awuk Geseng nenggih, Buta salewah ing Pajang, Manda- manda ing Matawis, Paleret Rajekwesi, Kuta gedhe Nyai Panggung, Pragota Kartasura, Cirebon Setan Koberi, Jurutaman ingkang aneng Tegal layang.

Genawati ing Seluman, Ki Kemandhang Wringin putih, Si Karetek Pajajaran, 
Sapuregel ing Batawi, ki Drusul ing Banawi, ingkang aneng gunung Agung, Ki Tlekah ngawang- awang, ki Tlapa ardi Marapi, 
Ni Taruki ingkang ana ing Tunjungbang.

Setan Kareteg ing Kendal, Pamasuhan Sapu angin, 
Kresnapada ing Rangkudan, Ni Pandansari ing srisig, kang aneng Wanapeti, Palang karsa wastanipun, 
Ki Candhung ing Sawahan, Plabuhan Ki Dudukwarih, 
Batutukang kang aneng ing palayangan. 

Ni Rara Aris ing Bawang, ing Tidar Ki Kalasekti, ki Padareksa Sundara, Ki Jalela ardi sumbing, 
Ngungrungan Kesbumurti, Ki Krama ardi Rebabu, 
Nirbangsan ardi Kombang, Prabu Jaka ardi Kelir, 
Ajidipa gunung Kendeng kang den reksa.

Ing pasisir Butakala ing Tlacap, 
si Kalasekti Kalanadhah, ing Banyumas, 
Sigaluh aran si Pentul, Banjaran Ki Wewasi, Kyai Korog ing Lowanu, gunung Duk Geniyara, Nyai Bureng Parangtritis 
Drembamoha, ingkang aneng Prabalingga. 

Ki Kerta Sangkal bolongan, Kedhung gandong 
Winongsari, ing Jenu Ki Karungkala, 
ing Pengging Banjaransari, 
ing Kedhu kang nenggani, anama Ki Candralatu, gunung Kendhalisada 
Ketek putih kang anenggani, 
Bataglemboh ing Ayah kahyanganira.

Ni Roro Dhenok ing Demak, ing Tuban Nyai Bathinthing, 
ing Kuwu Kajual payal si Jungkit, ing Guyang nenggih, 
Trenggalek Ni Daruni, Tunjungseta Cemarasewu, 
Kalawadhung, Kenthongan Jepara Ki Wanengtaji, 
Bagus Anom ing Kudus kahyanganira.

Magiri Ki Manglar monga, ing Gading Ki Puspasari, Ketanggung ki Klanthung welah, 
Brengkelan si Banaspati, 
Ni Kopek ing Manolih, ing Tengah si Sabuk-ala, 
Nglandak Ki Mayangkara, 
si Gori Kedhung cuwiri, Baru klinthing ingkang ana ing Bahrawa.

Sunan Lawu ing Argapura, ing Bayat si Puspakati, Cucuk dhandang ing Kartikan, kulawarga Tasik Wedhi, kali opak winarni, Singga bawana ranipun, 
si Kecek Pajarakan, 
Cingcing goling Kaliwening, 
ing Dhahrama Ulawelang kang rumeksa.

Kang aneng Kayu landheyan, Ki Daruna Ni Daruni, 
Bagus Karang aneng Roban Sangujaya, Udan riris
Sidarangga Delepih, si Gadhung Kedhung garunggung, 
kang neng Bojanagara, Citranaya kang nenggani, 
Genapura kang aneng ing Majapura.

Kabupaten Kendal memiliki hubungan erat dengan kerajaan Mataram dan Kraton Surakarta Hadiningrat. Kabupaten Pesisir lor ini punya masa lampau yang gemilang. Sejarah ini telah memberikan nuansa yang agung dan anggun bagi sekalian warganya.

Kawruh kautaman memang perlu. Nilai historis dan filosofis warisan para raja dan pujangga Kraton lmenjadi acuan bagi rakyat Kabupaten Kendal. Dengan harapan Kabupatenl Kendal benar -benar ageng agung ayem ayom lahir batin.

SEJARAH PRABU SILIWANGI

SEJARAH PRABU SILIWANGI.  Oleh: Dr. Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA Hp: 0878 6440 4347.  A. Berdirinya Istana ...